Thursday, May 26, 2022

Setelah 2,5 tahun semua rencana untuk bertemu gagal maning gara-gara pandemi akhirnya kemarin ini saya bisa ketemu Issam. Keseluruhan prosesnya panjang dan menguras emosi. Bikin marah-marah dan bertengkar hebat. Sampai sok-sok minta putus segala karena sudah lelah. 

Urusannya ga bisa sat set sat set kayak nikahan Maudy Ayunda. Kita yang rakyat jelata begini harus melewati berbagai halang rintang sebelum bisa ketemu.

Mulai dari tiket pesawat yang mahalnya naudzubilah. Yang dulu PP Oman - Bali itu masih bisa dapat harga 9 jutaan, sekarang sudah lebih dari 2 kali lipat. Itupun dengan pilihan lama transit yang membuat pantat langsung pegal hanya dengan memikirkannya saja. Kemarin itu setelah lelah hati lelah jiwa memilih flight yang paling bersahabat di kantong dan di durasi transit, Issam harus melalui perjalanan panjang ini untuk ketemu saya:
Muscat - Abu Dhabi: 1 jam + 2 jam transit, total 3 jam
Abu Dhabi - Jakarta: 8 jam + 3 jam transit, total 11 jam
Jakarta - Bali: 2 jam
Total : 16 jam, belum termasuk perjalan dari rumah, check-in di bandara, tunggu bagasi, nyaris 20an jam. 
Tidak buruk-buruk amat sih. Semoga next visit Oman Air sudah buka, jadi ga perlu ribet lagi.

Trus entah kenapa pemerintah Indonesia masih belum memasukkan Oman dalam list negara yang bisa masuk dengan Visa on Arrival (VOA), jadilah saya harus apply pre-arrange visa untuk Issam. Harganya 4 juta. Saran saya hati-hati pas cari agentnya, ada teman yang cerita kalau teman bulenya ketipu hampir 5 jutaan urusan agent visa ini. 

Syarat lainnya kemarin itu harus ada asuransi yang mengcover COVID dan juga PCR test (ini katanya sekarang sudah tidak perlu lagi). Sukurnya sudah tidak perlu PCR test lagi upon arrival dan karantina. Alhamdulilah juga semua prosesnya lancar. Biarpun ketika di Imigrasi Jakarta dia sempat di tanya agak panjang urusannya datang ke Indonesia. Dengan santainya Issam bilang, mau ketemu pacar saya di Bali namanya Yulia Windayani. Ini dia lagi online saya saya, kamu mau ngomong langsung? πŸ™„

Ketika jemput di bandara saya mules. Deg-degan macam mau interview kerja. Beneran deh, dan setelah ketemu mewek. Masih ga percaya kalau setelah ratusan hari (asek, mantap!) kami bisa ketemu. Bahkan dua-tiga hari pertama masih suka ga percaya kalau dia di Bali. Setelah 2,5 tahun hanya lewat telpon kadang suka lupa kalau Issam juga manusia, bukan kode biner πŸ˜†

Ini kali kedua Issam ke Bali. Kali kedua ketemu ibu bapak juga. Kebetulan yang menyenangkannya adalah, pas tanggal ibu ulang tahun. Ibu seneng banget sih. Super senang sepertinya. Dan di hari yang sama Issam melamar saya. Eheemm, yaps, lebih tepatnya meminta saya pada bapak dan ibu. Duh, kok nulis ini aja nangis sih.

Bukan lamaran romantis yang Issam berlutut memgang tangan saya dan memberi cincin. Kayaknya lamaran macam itu hanya ada di film-film dan atau kehidupan orang lain yang bukan Winda. 

Ceritanya gini...

Hari itu kami pulang ke Buleleng, ke rumah Busungbiu untuk kejutan ulang tahun Ibu. Kejutan berhasil, ibu senang dengan kado-kado yang kami berikan. Lalu makan malam di restoran yang memang ibu mau. Salah satu Restoran dan Bar yang sedang hits di Buleleng. 

Saya dan Issam minta tolong pada waiter untuk menyiapkan kue ulang tahun kecil untuk Ibu. Ternyata Issam juga meminta agar home band menyanyikan lagu ulang tahun "paling keren". Jadilah ibu surprise (lagi) dengan kejutan di restoran itu. Tak lama home band istirahat, suasana restoran menjadi lebih kalem dan bisa ngobrol dengan lebih enak.

Then, that moment happened.
Issam tidak ada bilang apapun ke saya sebelumnya. Percakapan kami hanya sebatas antara kami berdua. Apa yang kami inginkan kedepannya dan bagaimana rencana-rencana untuk bisa sampai kesana. Tapi ternyata Issam punya rencana lain.

Issam hanya bilang kalau dia mau ngobrol sama bapak, minta bantu diterjemahkan. Di tengah restoran itu dan sesaat setelah perayaan ulang tahun ibu, kurang lebih ini yang Issam sampaikan ke Bapak:

"Saya disini hari ini, setelah 2,5 tahun yang panjang untuk bisa bertemu Winda, melewati semua kesulitan berdua, niat saya hanya satu, saya mau meminta Winda menjadi istri saya. Saya hanya manusia biasa, saya punya masa lalu yang buruk, orang tua juga sudah tua dan mereka tidak bisa datang saat ini. Saya berharap Bapak bisa merestui"

Bukan Issam namanya kalau tidak absurd, setelah melihat raut wajah ibu dan bapak yang syok tapi bersahabat dan saya yang syok tapi harus tetap menterjemahkan semuanya dia menambahkan "Tapi kalau Bapak tidak merestui, saya tetap akan menikahi Winda. Saya akan menculik Winda" (saya sampai bingung ini harus disampaikan juga ke Bapak Ibu, tapi tetap saya sampaikan)

Saya tau Bapak sangat kaget dan tidak siap (ini berasa Issam ngelamar bapak sih) and there are some reasons why I am so gratefull being the Wirnadas. Salah satu karena Bapak jawab gini ke Issam "Kamu dan Winda sudah sama-sama dewasa. Buat saya yang paling penting adalah kebahagiaannya Winda. Kaluu dia bahagia sama kamu, saya pasti merestui. Apakah kalian sudah pikirkan semuanya baik-baik? Tentang jarak, tentang agama? Apakah Issam sudah siap dengan semua itu?"

Disini Issam menangis, dan jawaban dia manis sekali "Saya belum pernah jatuh cinta sebelumnya, dan Winda adalah cinta saya. Saya tidak akan mengambil Winda dari kalian. Menikah bukan berarti saya akan menjauhkan dia dari keluarga. Kami akan ngobrol untuk menentukan kapan waktu yang terbaik. Tentang apakah Winda akan tetap di Indonesia atau di Oman. Tapi niat saya, saya akan berusaha untuk menghabiskan lebih banyak waktu di Indonesia. Tentang agama, dalam Islam kami diajari sebuah ayat yang berkata -- Untukmu agamamu, untukku agamaku -- Saya mencintai Winda, karena dia Winda" 

Ambyarrrr
Saya nangis. Sesenggukan.

Yang agak bikin heran, selesai pembicaraan ini, home band naik panggung dan mulai nyanyi lagi, lagunya Glen Fredly yang liriknya "Dengarlah sayangku, aku mohon kau menikah denganku...." Kata Issam dia ga ada bilang apapun ke org resto atau band. Dia juga ga paham lagunya. Kata mbak gemoy teman saya, kayaknya home band pandai membaca situasi dan gerak gerik kami. Hahahaha

Tidak pernah membayangkan Winda akan dilamar seperti itu.
As an average mbak-mbak, mikirnya lamarannya ya pakai cincin, makan malam romantis, bunga-bunga. Tidak seemosional dan semanis ini. Aahh ini nangis lagi.

Ya, lamaran saya tanpa cincin, tanpa bunga, tanpa tanggal pernikahan dalam waktu dekat.
Tetapi orang-orang yang sangat saya cintai ada di momen itu. Orang-orang yang paling berharga dalam hidup saya.

Apapun ujungnya nanti, saya tidak bisa berhenti berterimakasih pada semesta karena mempertemukan saya dengan laki-laki absurd tapi manis ini.

3 comments:

  1. Nggak bisa omong apa....ikut bahagia mendengar kabar bahagia dari Kalian berdua❤️❤️ ikut mewek bacanya😒😒

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih Supportnyaaaa... Sayangnya Anonym lho, jadi aku ga tau siapa yang komen...

      Delete
  2. 😍😍😍😍 semoga berbahagia selalu adik ku... Dan dilancarkan semua rencana

    ReplyDelete

A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates