Aku jatuh cinta pada buku sejak kelas 4 SD. Ketika aku menghabiskan banyak waktu di perpustakaan milik satu-satunya SMA Negeri  di Kampungku. Mujurnya aku bisa selalu nongkrong di perpustakaan itu karena bapak menjadi guru disana.

Begitu banyak buku yang aku baca saat itu. Beberapa aku masih ingat ceritanya hingga hari ini, beberapa lagi bahkan aku lupa kalau pernah membacanya. Kalau dipikir sekarang, sepertinya aku membaca terlalu banyak buku yang jarang dibaca anak seusiaku. Saat SD aku sudah membaca Siti Nurbaya, Tak Putus Dirundung Malang, Ronggeng Dukuh Paruk, sampai Komik Mahabharata. Dan yang menjadi kesukaanku saat itu adalah novel serial detektif tulisan Agatha Christie.

Selalu aku merasa bahwa di perpustakaan itu cintaku pertama kali berlabuh. Tak pernah aku merasa kesepian atau merasa asing ketika dikelilingi kakak-kakak SMA yang bersekolah disana. Selalu ada buku baru yang boleh aku baca. Memang ada beberapa buku yang tidak boleh aku pinjam untuk dibawa pulang (contohnya komik Mahabharata – karena itu buku baru dan tebal dan mahal). Kalau sudah begitu, pulang sekolah, aku akan makan siang cepat-cepat di kantin ibuku (yang juga belokasi di SMA Negeri)dan langsung kabur ke perpustakaan untuk lanjut membaca.

Orang tuaku pun senang aku banyak menghabiskan waktu di perpustakaan, setidaknya mereka tidak perlu membayar pengasuh untuk mengawasiku. Dan rasa-rasanya tidak ada yang perlu ditakuti dari pergaulanku diperpustakaan, kecuali kalau aku sampai ceroboh dan merusakkan koleksi buku mereka sehingga harus diganti rugi (Syukurnya belum pernah terjadi sampai hari ini).

Sahabat terbaikku saat itu bernama Pak Ketut Enteg. Beliau adalah kepala perpustakaan. Beliau sangaaatt baik. Orangnya sabar dan tenang. Beliau yang merekomendasikan buku-buku baru padaku. Dari beliau juga aku belajar cara menyampul buku yang baik. Menggunakan kertas bening, kemudian kalau mau hasil maksimal, ujung-ujung plastik bisa disetrika dengan panas sedang sehingga hasilnya mirip dengan laminating.

Meskipun aku mencintai membaca dengan sepenuh hati, jarang sekali aku membeli buku. Di kampungku tak ada toko buku, pun di kota kabupaten, tak ada toko buku yang memadai. Toko bukunya adalah toko buku konvensional yang jualannya adalah Majalah, Koran, Buku Pelajaran dan alat-alat tulis.  Toko buku yang bagus berjarak 3 jam perjalanan dari kampungku. Tapi sejak SMA, mulai rajin membeli buku. Saat SMA lah aku mulai mengoleksi buku. Di beberapa kesempatan, orang tuaku dengan sangat murah hati mengajakku ke toko yang bagus dan mengijinkanku membeli buku yang sangat banyak!! Jadi sekali waktu aku bisa membeli 15-20 buku untuk bekal sebelum bisa ke toko buku itu lagi. Itu adalah salah satu momen terbaik dalam hidupku.
Ini dia Harta Karunku

Ini adalah buku favoritku. Buku yang sudah aku baca berulang-ulang:
1.       Serial Harry Potter
2.       Supernova: Petir (sudah puluhan kali aku membacanya) & Akar
3.       Serial Laskar Pelangi: Edensor
4.       Einstein Juga Manusia (Kumpulan pemikiran Einstein tentang segala hal)
5.       Imung Detektif Cilik

Kemanapun aku pergi, aku pasti membawa buku. Untukku buku adalah sahabat setiaku ketika harus menunggu pesawat, bersantai di pantai, menunggu pesanan makanan datang, leyeh-leyeh di tempat tidur, atau sedang menunggu antraian di dokter.

Memang sih pengalamanku dengan buku tak selalu menyenangkan. Waktu SMP aku pernah dikeluarkan dari kelas karena ketahuan membaca novel saat pelajaran Fisika. Gurupun menyampaikan ke orang tuaku, untungnya orang tuaku tidak marah hehehe. Aku juga pernah dimarahi ibu ketika asik membaca sampai tengah malam padahal besoknya Ujian Kelulusan. Masalahnya yang dibaca ya bukan buku pelajaran, tapi novel. Hehehe... Pun saat aku sudah kuliah, ketika keesokan harinya aku harus menghadapi ujian sidang, aku malah membaca novel sampai jam 5 pagi karena penasaran dan tidak bisa lepas dari novel itu. Kalau tidak salah saat itu aku membaca Mockingjay. Untungnya ujiannya lancar dan aku lulus. :)

Bersyukur sekali cinta pertamaku adalah buku. Tidak pernah aku berharap punya hobi yang lain. Kecintaanku pada buku mengantarku pada cinta yang baru. Kecintaanku untuk menulis. Aku mulai menulis dari kelas 5 SD. Tulisan tentang apapun yang terlintas di kepalaku. Sayangnya kumpulan tulisanku waktu SD hilang entah kemana. Memang bukan tulisan menarik seperti buku-buku yang aku baca, tetapi menulis membuatku merasa semakin tidak kesepian. Menulis membuatku merasa aku bisa mencapai apapun yang aku impikan.

Kini, cintaku pada buku masih tetap seperti dulu. Bahkan mungkin jauh lebih cinta. Apalagi aku bisa membeli buku dengan uangku sendiri. Rata-rata dalam sebulan aku akan menambah 3 – 5 buku dalam koleksiku. Bahagia sekal rasanya sekarang aku punya satu lemari penuh buku (satu setengah lemari lebih tepatnya).

Buku-buku inilah bekalku menua nanti. Harta tak ternilai yang akan aku wariskan ke anak cucu J