Monday, July 17, 2017

Minggu pertama masuk sekolah! Yang riweh bukan hanya anak-anak sekolah. Orang tuanya lebih rempong lagi! Menyiapkan seragam, buku tulis, buku pelajaran, alat tulis dan segala printilan kecil-kecil sampai topi, dasi, pita rambut, segala rupa. Sampai urusan cukur rambut segala.



Saya buktikan sendiri. Setelah liburan sebulan, dan tahun ajaran baru, hari Sabtu kemarin toko buku Gramedia ramainya bukan main! tumben-tumben saya lihat mereka sampai buka 5 kasir dan di masing-masing kasir ada 15-20 orang antre. Rata-rata membeli buku dan alat tulis. Begitu juga saat saya mampir ke toko buku dekat rumah hari Minggu kemarin. Ramainya lebih-lebih! Bahkan disertai drama seorang anak menangis dan berguling-guling di lantai hanya gara-gara tidak dibelikan set buku tulis yang diinginkan. Memang kadang-kadang anak kecil itu kejam.

Keriaan hari minggu awal sekolah ini mengingatkan saya kembali tentang kenangan masa SD saya yang luar biasa indah dan unbeatable!

SD saya ada di kampung kecamatan. Tidak bisa dibilang pelosok karena terletak di jalan utama penghubung antar dua kabupaten, tetapi tidak bisa juga dibilang sekolah kota karena sekolah saya tidak ada pagarnya. Di belakang kelas saya ada kebun pisang yang rimbun, dan di persis di sebelah saya ada kali kecil yang dulu jadi tempat mandinya orang-orang sekitar.

Bagi saya, masa SD adalah masa luar biasa, ketika saya tak perlu khawatir gendut, jerawat, dan masalah-masalah remeh temeh orang dewasa lainnya. Masa ketika "taking the risk" bukan hanya motto di resume kerja, tetapi benar-benar saya lakukan.

Jadi, ini beberapa hal luar biasa di SD saya.

1. Piket Kelas, Liburan Juga Piket!
Apakah disekolahmu dulu ada jadwal piket harian? Di sekolah saya ada. Jadi setiap hari kami piket bergilir. Dari 40 orang siswa, setiap hari satu regu piket terdiri atas 5-6 orang yang mendapat giliran piket. Tentu saja kami harus membersihkan ruangan kelas, termasuk menyiapkan vas bunga untuk meja guru, ember kecil berisi air bersih untuk guru cuci tangan setelah mengajar (maklum, jaman itu sekolahan masih pakai kapur tulis, spidol masih barang mewah lah). Lagipula di sekolah kami tidak ada petugas kebersihan sekolah, jadi kebersihan adalah tanggung jawab penuh kami semua.


Beginilah kurang lebih suanasan piket kelas. Masih ingat??
Biasanya piket kelas paling rempong kalau diminta membawa vas bunga (lebih tepatnya, ibu-ibunya yang rempong) karena kan kita berusaha sangat keras untuk mendapat pujian dari guru (kelakuan ya...) jadi pasti di rumah merengek-rengek minta dibuatkan yang bagus. Sampai suatu hari ibu saya kesal krn bolak-balik harus membuatkan vas bunga, dia belikan saya vas bunga plastik yang cantik. katanya sekalian taruh di kelas tiap hari biar teman-temannya tidak repot lagi bawa-bawa dari rumah. Dari saya saya tau kalau ibu saya itu visioner (atau sebenarnya males ribet, beda tipis!)

Yang paling cadas dari urusan per-piket-an ini adalah, liburan sekolahpun piket tetap jalan!! Jadi setiap pagi kita tetap harus datang ke sekolah dan bersih-bersih seperti biasa (kecuali urusan bawa vas bunga dan air cuci tangan guru saja). Nah, saya tergolong bandel urusan ini, saya super jarang ikut piket saat liburan sekolah. Saya lebih memilih kabur sesegera mungkin setelah ulangan umum ke rumah nenek. Jadilah hukuman saya paling berat, yaitu bawa batu kali yang segede kepala! Hahaha... batunya bukan buat nimpukin saya lho.. tapi buat nambah-nambah material kalau ada pembangunan di sekolah. Cemerlang kan idenya!

Sekarang setelah dewasa, saya baru sadar kalau piket kelas ini bukan sekedar tentang membersihkan kelas saja. Tapi pelajaran moral dan tingkah laku! Ya disekolahlah saya belajar caranya menyapu, mengepel lantai, menghargai kebersihan. Kalau kotor kan yang repot kita juga. Entahlah jaman sekarang anak SD masih ada piket kelas atau tidak.

2. Kutukan Pup Anjing
Judulnya agak menyeramkan, aslinya juga agak menyeramkan sekaligus menjijikkan sebenarnya! Hahahaha...

Jadi, masih berkaitan dengan piket kelas. Kita tidak hanya bertugas menjaga kebersihan kelas sendiri tetapi juga kebersihan halaman. Jadi setiap kelas sudah "dijatah" bagian mana. Semakin tinggi kelas, semakin banyak jatahnya. Contohnya, anak kelas 1 belum kebagian jatah (karena masih kecil, bisa lap ingus sendiri saja sudah syukur ya), lalu anak kelas 2 di halaman pura sekolah yang relatif kecil, anak kelas 4 di halaman belakang sekolah, dan yang paling luas tentu anak kelas 6 yaitu di lapangan utama sekolah tempat kita upacara bendera (luas lapangannya kira-kira setengah lapangan sepak bola!)

Jadi harus pintar-pintar membagi waktu untuk membersihkan semuanya sebelum jam bel sekolah (jam 7.15 sepertinya berbunyi). Jadi sudah merupakan pemandangan jamak kalau pagi-pagi buta, anak-anak SD di kampung saya sudah berduyun-duyun berangkat sekolah. Ada bahkan jam 5.30 sudah disekolah! Aseli deh saya tidak bohong. Sebab, selain urusan membagi waktu untuk membersihkan jatah piket, ada urusan yang lebih krusial lagi, yaitu pup anjing!

Nah, tadi kan saya sempat cerita kalau sekolah saya tidak berpagar, jadi anjing-anjing kampung itu bebas berkeliaran terutama selepas jam pulang sekolah. Berkeliaran dan pup lebih tepatnya! Siapa yang harus membersihkan pup mereka? ya petugas piket!! Siapa lagi... hahahaha....

Pengaturannya adalah, nasib ditentukan oleh tingkat kerajinan. Semakin belakangan kita datang, semakin besar peluang untuk membersihkan pup anjing ini! Contoh, dari 7 orang yang piket, saya adalah yang datang terakhir, nah kalau ada 1spot pup anjing, maka itu menjadi jatah saya. Kalau ada 2 spot, jadi jatah org yg datang ke-6 begitu seterusnya. Sialnya ya lagi-lagi karena saya pemalas, saya termasuk golongan-golongan korban kutukan pup anjing! Hahahaha...

Kalau anjingnya unyul gini sih saya ikhlas! :)
Pesan moral dari kegiatan ini, entahlah apa. Mungkin dengan berurusan dengan hal ini dari kecil, saya tidak menjadi orang yang gampang jijik. Santai aja sob, dari kecil sudah khatam bersihin pup anjing! Hahahahahaha....

3. Mencari Batu ke sungai
Lagi-lagi bukan urusan belajar, sekolahan jaman dulu belum ada dana bantuan ini itu dari pemerintah maupun NGO. Jadinya kalau mau ada membangun sesuatu harus bisa irit-irit jatah dari pemerintah dan pandai-pandai putar otak untuk memanfaatkan segala sumber daya.

Kalau tidak salah, waktu itu sekolah kami akan membuat tembok beton untuk tanah miring yang agak berbahaya bagi para siswa. Nah, tembok ini kan perlu batu yang banyak ya.. jadilah di masa-masa setelah ulangan umum, kami semua dari kelas 1 sampai 6 diajak ke sungai untuk mencari batu! Jadi ukuran batunya sudah ditentukan ukuran minimalnya, 1 orang cukup mengangkut 1 batu saja. Nah, saat itu kegiatan ini malah yang paling saya tunggu-tunggu. Ke sungai yang cukup jauh, melewati kebun-kebun kopi, jalanan tanah yang curam, tapi kami bahagia, karena bisa bermain air di sungai beramai-ramai! Tentu ibu bapak guru juga menemani

Kurang lebih penampakan sungai kampung saya (photo dari google)
Kalau sekarang sepertinya tidak ada lagi. Kalau ada mungkin sekolahnya sudah dituntut pasal exploitasi anak di bawah umur oleh para orang tua!

Tapi saya benar-benar bahagia dengan kegiatan ini. Menjadi sangat dekat dengan teman-teman. Belajar tentang gotong royong (tidak pragmatis semata) sambil bermain.

4. Kutu Rambut Sebagian dari Tren
Menurut sharing pengalaman yang tidak penting dengan beberapa teman, ternyata kasus kutuan pada anak SD tidak hanya terjadi di kampung saya lho! Di kampung-kampung tetangga bahkan sampai lintas kabupaten juga kasusnya sama. Rata-rata dari mereka kutuan saat SD.

Entah karena kami anak-anak SD ini rata-rata jorok amit-amit, atau kepala anak SD adalah lahan yang subur bagi para kutu! Yang jelas, saya kutuan waktu SD. Semacam penyakit kambuhan yang dialami semua orang. Dari kelas 1 sampai kelas 6, laki- laki dan perempuan, rata!

Mungkin juga dulu kami sekolah jalan kaki melewati kebun-kebun dan pohon asam yang tinggi-tinggi. Menurut legenda, kutu-kutu ini dijatuhkan oleh hantu-hantu penunggu pohon, absurd memang!

Di awal-awal kutuan, jadwal resmi pulang sekolah saya adalah mekutu (dicari kutu) oleh ibu. Ini bukan kegiatan yang saya suka. Samasekali bukan. Bagaimana tidak, saat mekutu waktu bermain dengan teman-teman jauh berkurang. Pun, ketika mekutu, ibu saya ganas!! Rambut ditarik-tarik, kepala ditoyor-toyor, pokoknya dia belum selesai kalau punggungnya sendiri belum sakit atau matanya belum berkunang-kunang. Semakin saya menangis, semakin gaharlah dia! Hahaha...

Sampai suatu hari mungkin ibu saya lelah juga, karena setelah berbulan-bulan dan mekutu setiap hari, kutunya bukannya berkurang tapi malah semakin subur beranak pinak. Lalu ibu saya membelikan saya obat anti kutu, mereknya Peditox. Masih ingat saya, baunya lebih menyengat dari karbol. Waktu itu doa saya cuma satu "semoga kepala saya tidak botak setelah di Peditox!"

Sukurnya tidak! Rambut saya bersih dari kutu, meski ya nanti kena lagi, di peditox lagi!

Ada banyak cerita seru lain yang nanti pasti akan saya bagikan.
Masa-masa sekolah, apalagi SD dan SMP harusnya adalah masa kita dipenuhi keceriaan dan kebahagiaan.

Sedih melihat minggu pertama masuk sekolah diwarnai dengan berita bullying yang terjadi.

Mungkin itu adalah dampak kemajuan jaman, tetapi itu terjadi karena kita semua terlalu lalai. Termasuk saya, karena terlalu asik berpikir bahwa kita pemeran utama dalam kehidupan.

Semoga kita semua bisa belajar, kita semua lebih peduli, dan kita semua membawa kebahagiaan bagi mereka semua!!

Selamat hari senin, selamat memulai sekolah!!

Keceriaan dan kebahagiaan mereka adalah tanggung jawab kita semua!



A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates