Sebenarnya ini bukan obrolan makan siang, tapi obrolan di sela-sela jam kerja yang terkadang membosankan. Kegiatan favorite saya dan seorang teman kerja belakangan ini adalah trivia quiz yang samasekali tidak penting. Sambil ngopi dan rokok-an, kuis kami biasanya meliputi berbagai topik yang tidak berfaedah samasekali mulai dari nama-nama negara, ibu kota negara, tokoh politik, pemimpin negara, merk pakaian, perusahaan otomotif, jenis sayur dan buah, sampai yang pernah saking gabut, topiknya adalah tabel periodik unsur kimia! Yaps, setidak-jelas itu memang.

Meski tidak jelas, banyak orang sering ikut kok. Bahkan sering kita invite orang-orang yang sekiranya akan bisa menjadi "pesaing" untuk ilmu pengetahuan yang tidak berfaedah ini. Aturannya sederhana, sebutkan nama-nama sesuai dengan topik, tidak boleh mengulang, tidak boleh berpikir lebih lama dari 10 detik. Terlihat mudah memang, tetapi biasanya di tengah-tengah sebagian akan nge-blank dan out. 

Pernah sih kami berdua bikin aturan yang agak ribet. Nama negara waktu itu, jadi negara yang disebutkan hanya boleh dengan huruf awalan yang sama dengan huruf akhir negara yang disebutkan sebelumnya. Misalnya saya menyebutkan "JAPAN" orang selanjutnya hanya boleh menyebutkan nama negara dengan awalan huruf "N" misalnya "NEPAL" nah jatohnya ribet memang, jadi lama-lama aturan ini kami hapuskan.

Well salah satu topik yang pambahasannya bisa berlanjut lama setelahnya adalah tentang pemimpin dunia. Hitungannya adalah Kepala Negara/Kepala Pemerintahan. Presiden sudah tentu, selain itu Raja dari negara yang diakui UN (jadi Sunda Empire belum termasuk ya maap), Sultan dari negara yang di akui UN (Rapi Ahmat juga belum termasuk maap), dan Perdana Menteri. Tokoh politik, tokoh pergerakan kemerdekaan, se-powerful apapun tidak masuk hitungan. Che Guevara misalnya, belum masuk. Kadang kami memperdebatkan apakah Hitler termasuk. Keputusan akhirnya termasuk sih, nampaknya dia pernah menjadi kanselir Jerman sekaligus kepala pemerintahan di tahun 1934.

Menariknya dari kegiatan ini adalah nama-nama yang disebutkan. Siapapun pesertanya, polanya akan sepert ini: 

- Negara mereka sendiri - di saya pasti mulai dari Bung Karno 
- Negara yang pernah ditinggali - saya biasanya sebutkan Alm. HM Sultan Qaboos
- Kawasan negara sekitar - Lee Kwan Yew pasti masuk di list saya, oh dan Sultan Bolkiah!

Setelah ketiga jenis itu disebutkan, selanjutnya haqqul yaqin pasti diktator! Yang tidak pernah absen dari peredaran regardless siapapun pesertanya: Soeharto, Dutarte, Saddam Hussein, Kim Jong Un, Putin, Netanyahu (ga tau dia diktator apa penjahat), Stalin, Musolini, Gadaffi, Mao Zedong, Xi Jin Ping (hhmmm, not sure if he is a dictator sih)

Don't get me wrong, some notable leaders because of their good legacy juga tidak pernah absen. Thatcher, Gandhi, Mandela, Churchill, Arafat. But then list dictator leaders nampak lebih mudah diingat daripada leaders lainnya. Why does the human brain remember that way? Do we love tragedy more than peace? maybe no, not love it, it's just leaving a longer term (if not permanent) mark I guess,

But what if, it's more than just the feeling. Mungkin nanti saya harus baca buku-buku tentang diktator dulu. Bagaimana kalau salah satu skill ke-diktator-an adalah tentang menguasai massa. Membuat orang-orang percaya bahwa apa yang dilakukan sebenarnya untuk niatan mulia. Kinda using "greater good" purposes untuk membuat orang-orang melihat bahwa being a dictator means also you have such a great power, you almost a demi-god, manusia setengah dewa. Dan orang-orang akan menyembah mereka. Bukankah itu yang terjadi pada Hitler dan Kim Jong Un?

Mungkin juga it's in our muscle memories (or DNA?) that actually we can be much more productive if we are underpressure. Contohnya saya dan deadline kerjaan! Bahwa sebenarnya kita suka perasaan merdeka tetapi sebenarnya gamang ketika diberi kebebasan. Makanya dengan para diktator ini malah merasa terlindungi. Buktinya saat awal perang Rusia - Ukraine, banyak netijen komennya masa gini "Nah rasakan kemaran Putin, singa tidur diganggu" "Yah presiden Ukraine kan komedian, mana mungkin menang lawan Putin yang perkasa" Hmmm... what was that?

Now, reflect back to our country, apakah Soeharto diktator? Secara resmi, Indonesia adalah negara demokrasi. Presiden dipilih oleh rakyat (atau perwakilannya), tapi with his "charm" Soeharto berhasil meyakinkan ratusan juta rakyat Indonesia bahwa dialah pemimpin terbaik selama 32 tahun! Memang sih belum selama Fidel Castro yang sampai 49 tahun atau Gadaffi yang sampai 42 tahun. Tapi Soeharto bernasib jauh lebih baik dari Gadaffi. Sampai meninggal proses peradilannya tidak pernah rampung, hartanya langgeng sampai anak cucu cicitnya hari ini, bahkan dimakamkan selayaknya pahlawan! Sementara Gadaffi mati dibunuh oleh pemberontak! 

Nasib diktator di Indonesia memang akan tetap baik nampaknya 2024 ini. Mungkin shio bapaknya sedang ok di Tahun Naga. Buktinya calon presiden yang sudah nyalon 3 kali ini jelas-jelas punya bibit diktator yang mantap tetapi punya basis massa yang sangat besar. Kekuasaan bentuknya memang berbagai macam, kemampuan financial pasti yang paling penting, lanjutkan dengan manipulasi data and algoritma, et-voile, the devil suddenly wears cute teddy bear costum now. And who dont like teddy bears, especially the young-soul human! Can't blame them. Apalagi ketika para penguasa (diktator dan hampir diktator) ini berkuasa. Siapa yang bisa melawan. Kalau kata nenek mungkin harus turunkan Dewa Siwa! Agak extreem memang nenek saya.

Well, seperti yang mereka selalu katakan "Siapa saja boleh nyalon kok" (terutama kalau punya om ketua MK atau bapaknya presiden yang berkuasa) dan "kan rakyat yang menentukan dan rakyat yang memilih", masalahnya ini adalah marketingnya siapa yang lebih kuat dan cerdik saja. Contoh Indomaret dan toko kelontong sebelah rumah. Indomaret kenceng marketingnya, jaringannya luas, nampak indah dan mengundang jg. Padahal lebih mahal, pembenaran pelanggannya ya ada harga ada mutu. Padahal di toko kelontong sebelah rumah bisa kas bon dlu, kalau ban motor pecah pinjam pompa juga di dia. Tetap saja pilihannya ke Indomaret. Eh, kayaknya ini analogi yang tidak nyambung blass. Nanti kupikir lagi lah contohnya.

Lalu, siapa yang akan dipilih mbak kantoran di pemilu depan. 
Bukan yang gemoy kok, karena buat saya segemoy apapun dia, he is not a leader, he is a dictator. 

But if you wanna go with him, go for it. It's your choice, that unfortunately affecting the life of 270 million ++ human in Indonesia!

Bhaaayyy!!!