Misalnya… Suatu ketika heboh kasus penusukan. Pelakunya adalah seorang paman, yang ditusuk adalah kakaknya beserta keponakannya sendiri. Usut punya usut ternyata kasus ini terjadi karena urusan harta warisan.

Kemudian, orang-orang di kampung itu beramai-ramai mendemo toko kelontong satu-satunya di kampung itu dengan alasan, toko kelontonglah yang menjual pisau. Sehingga pelaku bisa melakukan penusukan dengan pisau.

Lalu pertanyaannya, waraskah penduduk kampung itu?!

Misalnya.. Suatu ketika heboh kasus pencurian sapi. Sapi-sapi dibawa kabur oleh sang bromocorah dengan mobil pickup keluaran Jepang. Usut punya usut, si sapi dijual ke kampung tetangga sebagai hewan kurban.

Kemudian, orang-orang di kampung sapi beramai-ramai protes ke perusahaan mobil Jepang yang memproduksi pickup. Alasannya, kenapa harus diciptakan mobil pickup yang bisa nampung sapi. Harusnya dibuat sistem agar sapi tidak muat di dalam bak pickup.

Lalu pertanyaannya, sehatkah penduduk kampung itu?!

Misalnya.. suatu ketika heboh kasus pen-contek-an massal di sebuah SMA ketika sedang ujian kenaikan kelas. Usut punya usut anak-anak sekolah itu menyimpan contekan di dalam lipatan kaos kaki dan di sol sepatu mereka.

Kemudian.. para orang tua yang tak terima anaknya dituduh mencontek beramai-ramai unjuk rasa ke pabrik kaos kaki dan sepatu. Asalannya, kenapa kaos kaki dibuat terlalu tebal sehingga bisa menyembunyikan contekan dan kenapa sepatu harus ada solnya sehingga bisa dipakai untuk menyembunyikan contekan juga.

Lalu pertanyaannya, apakah para orang tua ini tidak terganggu jiwanya?

Terjadilah… tiba-tiba kemarin saya dengar berita heboh di TV dan media. Sedang banyak kasus kekerasan seksual di negeri saya. Usut punya usut banyak pelakunya masih anak-anak dan mereka ngakunya tergoda setelah melihat konten porno di internet.

Kemudian, sekelompok orang cerdik cendikia melakukan protes kepada pemerintah agar menutup Google dan Youtube. Alasannya karena konten porno didapat dari searching di Youtube dan Google.

Lalu pertanyaannya, apakah orang-orang ini memang cerdik cendikia seperti namanya?

Tak kah mereka tahu bahwa di muka bumi ini di jaman serba terhubung ini search engine tak hanya google saja? Situs berbagi video tak hanya youtube saja? Coba saja tengok Facebook, banyak kok orang-orang yang katanya sudah dewasa tapi share konten-konten yang bahkan org dewasapun tak layak menontonnya.

Tak kah mereka sadar, bahwa sia-sia saja kalau mau menutup 2 situs itu karena akan muncul sejuta situs lain yang dengan mudah bisa diakses.

Dan, apa mereka tak pernah berpikir bahwa, jika memang google dan youtube adalah cikal bakal kemasiatan di negara saya, memangnya di masa perang dunia I dan II sudah ada Internet? Lha wong, belum ada internet tapi penjahat kelas raksasa sudah ada kok, namanya Hitler!

Atau mungkin mereka belum pernah membaca kisah Count Dracula. Sebenarnya tokoh yang menginspirasi tokoh fiksi yang sangat disegani hingga kini itu adalah seorang Jendral Perang di abad 15 yang haus darah, dimana dia suka memenggal leher korbannya hanya demi kepuasan semata. Yah, pasti mereka tak pernah membaca kisahnya. Tapi saya yakin mereka tahu kalau abad 15 belum ada internet.

Seharusnya mereka bisa lebih bijaksana, mencerahkan kami yang tak se-berilmu mereka. Kenapa mereka tidak mulai dengan membantu pemerintah menyusun kurikulum pendidikan yang baru? Yang lebih sesuai dengan kondisi kekinian.

Pendidikan tentang bahagianya hidup dalam perbedaan. Beda agama, beda suku, beda ras. Tak melulu mengaku-aku agama sendiri paling baik. Agar mereka sadar bahwa agama adalah urusan individu dengan Tuhanya. Tak patut diumbar-umbar tak perlu.

Pendidikan yang juga menyangkut seks education, tak semata-mata tentang organ reproduksi dan cara protozoa berkembang biak! Jadi mereka tau apa yang berbahaya bagi tubuh mereka.

Pendidikan tentang cara melindungi diri dari seks predator dan human trafficking. Bukan sekedar lari keliling lapangan bola 3x hanya untuk menghabiskan jam pelajaran olah raga. Jadi mereka sadar bahwa mereka bisa melindungi diri sendiri.

Pendidikan tentang cara mengurus KTP, SIM, NPWP dan surat-surat lainnya, jadi anak-anak kita 10 tahun lagi tahu kalau semua itu sebenarnya tak perlu calo.

Pendidikan tentang Undang-Undang Tenaga Kerja dan Undang-Undang Perpajakan, sehingga besok mereka paham apa hak dan kewajiban mereka sebagai Pekerja dan tak lagi mereka kena tipu perusahaan abal-abal yang suka mengebiri hak karyawannya.

Pendidikan tentang proses produksi makanan kemasan, jadi mereka tahu sebenarnya bertani jagung sangat menjanjikan karena untuk produksi makanan, tepung jagung adalah salah satu produk yang paling banyak digunakan.

Pendidikan tentang indahnya Indonesia, tak melulu menghapal nama ibu kota propinsi dan nama gubernur. Jadi besok-besok mereka tahu kalau mau usaha travel agent banyak hal yang bisa mereka tawarkan. Tak melulu Bali, Bandung dan Jogja.

Pendidikan tentang bertahan hidup, tentang masa depan, tentang cinta.

Semoga mereka membaca ini.


Sumber gambar: https://pixabay.com/en/online-internet-icon-symbols-www-942410/