Beberapa Cendikiawan Mau Blokir Youtube & Google, Entah Mereka Sehat atau Tidak
Misalnya… Suatu ketika heboh
kasus penusukan. Pelakunya adalah seorang paman, yang ditusuk adalah kakaknya
beserta keponakannya sendiri. Usut punya usut ternyata kasus ini terjadi karena
urusan harta warisan.
Kemudian, orang-orang di kampung
itu beramai-ramai mendemo toko kelontong satu-satunya di kampung itu dengan
alasan, toko kelontonglah yang menjual pisau. Sehingga pelaku bisa melakukan
penusukan dengan pisau.
Lalu pertanyaannya, waraskah
penduduk kampung itu?!
Misalnya.. Suatu ketika heboh kasus
pencurian sapi. Sapi-sapi dibawa kabur oleh sang bromocorah dengan mobil pickup
keluaran Jepang. Usut punya usut, si sapi dijual ke kampung tetangga sebagai
hewan kurban.
Kemudian, orang-orang di kampung
sapi beramai-ramai protes ke perusahaan mobil Jepang yang memproduksi pickup.
Alasannya, kenapa harus diciptakan mobil pickup yang bisa nampung sapi.
Harusnya dibuat sistem agar sapi tidak muat di dalam bak pickup.
Lalu pertanyaannya, sehatkah
penduduk kampung itu?!
Misalnya.. suatu ketika heboh
kasus pen-contek-an massal di sebuah SMA ketika sedang ujian kenaikan kelas.
Usut punya usut anak-anak sekolah itu menyimpan contekan di dalam lipatan kaos
kaki dan di sol sepatu mereka.
Kemudian.. para orang tua yang
tak terima anaknya dituduh mencontek beramai-ramai unjuk rasa ke pabrik kaos
kaki dan sepatu. Asalannya, kenapa kaos kaki dibuat terlalu tebal sehingga bisa
menyembunyikan contekan dan kenapa sepatu harus ada solnya sehingga bisa
dipakai untuk menyembunyikan contekan juga.
Lalu pertanyaannya, apakah para
orang tua ini tidak terganggu jiwanya?
Terjadilah… tiba-tiba kemarin
saya dengar berita heboh di TV dan media. Sedang banyak kasus kekerasan seksual
di negeri saya. Usut punya usut banyak pelakunya masih anak-anak dan mereka
ngakunya tergoda setelah melihat konten porno di internet.
Kemudian, sekelompok orang cerdik
cendikia melakukan protes kepada pemerintah agar menutup Google dan Youtube.
Alasannya karena konten porno didapat dari searching di Youtube dan Google.
Lalu pertanyaannya, apakah
orang-orang ini memang cerdik cendikia seperti namanya?
Tak kah mereka tahu bahwa di muka
bumi ini di jaman serba terhubung ini search engine tak hanya google saja?
Situs berbagi video tak hanya youtube saja? Coba saja tengok Facebook, banyak
kok orang-orang yang katanya sudah dewasa tapi share konten-konten yang bahkan
org dewasapun tak layak menontonnya.
Tak kah mereka sadar, bahwa
sia-sia saja kalau mau menutup 2 situs itu karena akan muncul sejuta situs lain
yang dengan mudah bisa diakses.
Dan, apa mereka tak pernah
berpikir bahwa, jika memang google dan youtube adalah cikal bakal kemasiatan di
negara saya, memangnya di masa perang dunia I dan II sudah ada Internet? Lha
wong, belum ada internet tapi penjahat kelas raksasa sudah ada kok, namanya
Hitler!
Atau mungkin mereka belum pernah
membaca kisah Count Dracula. Sebenarnya tokoh yang menginspirasi tokoh fiksi
yang sangat disegani hingga kini itu adalah seorang Jendral Perang di abad 15
yang haus darah, dimana dia suka memenggal leher korbannya hanya demi kepuasan
semata. Yah, pasti mereka tak pernah membaca kisahnya. Tapi saya yakin mereka
tahu kalau abad 15 belum ada internet.
Seharusnya mereka bisa lebih
bijaksana, mencerahkan kami yang tak se-berilmu mereka. Kenapa mereka tidak
mulai dengan membantu pemerintah menyusun kurikulum pendidikan yang baru? Yang
lebih sesuai dengan kondisi kekinian.
Pendidikan tentang bahagianya
hidup dalam perbedaan. Beda agama, beda suku, beda ras. Tak melulu mengaku-aku
agama sendiri paling baik. Agar mereka sadar bahwa agama adalah urusan individu
dengan Tuhanya. Tak patut diumbar-umbar tak perlu.
Pendidikan yang juga menyangkut
seks education, tak semata-mata tentang organ reproduksi dan cara protozoa
berkembang biak! Jadi mereka tau apa yang berbahaya bagi tubuh mereka.
Pendidikan tentang cara
melindungi diri dari seks predator dan human trafficking. Bukan sekedar lari
keliling lapangan bola 3x hanya untuk menghabiskan jam pelajaran olah raga.
Jadi mereka sadar bahwa mereka bisa melindungi diri sendiri.
Pendidikan tentang cara mengurus
KTP, SIM, NPWP dan surat-surat lainnya, jadi anak-anak kita 10 tahun lagi tahu
kalau semua itu sebenarnya tak perlu calo.
Pendidikan tentang Undang-Undang
Tenaga Kerja dan Undang-Undang Perpajakan, sehingga besok mereka paham apa hak
dan kewajiban mereka sebagai Pekerja dan tak lagi mereka kena tipu perusahaan
abal-abal yang suka mengebiri hak karyawannya.
Pendidikan tentang proses
produksi makanan kemasan, jadi mereka tahu sebenarnya bertani jagung sangat
menjanjikan karena untuk produksi makanan, tepung jagung adalah salah satu
produk yang paling banyak digunakan.
Pendidikan tentang indahnya
Indonesia, tak melulu menghapal nama ibu kota propinsi dan nama gubernur. Jadi
besok-besok mereka tahu kalau mau usaha travel agent banyak hal yang bisa
mereka tawarkan. Tak melulu Bali, Bandung dan Jogja.
Pendidikan tentang bertahan
hidup, tentang masa depan, tentang cinta.
Semoga mereka membaca ini.
Sumber gambar: https://pixabay.com/en/online-internet-icon-symbols-www-942410/ |