Ramadan tiba, Ramadan tiba,
Marhaban ya Ramadan, Marhaban ya Ramadan....
(Lebih mantap lagi kalau bacanya sambil nyanyi)



Personally, saya suka sekali bulan Ramadan, baik di Indonesia maupun di Oman. Kalau di Indonesia, terutama di Bali, Ramadan adalah saatnya festival jajanan! Penjual takjil semarak dimana-mana, dan enak-enak pula! Belum lagi undangan-undangan buka bersama yang selalu membuat saat makan malam adalah saat yang ditunggu-tunggu.

Di Indonesia, kalau iklan syrup Marjan mulai merajalela di TV berarti kita akan bersiap-siap menyambut bulan Ramadan. Bagaimana kalau di Oman? Let me tell you beberapa hal menarik tentang Bulan Suci Ramadan di Oman. Salah satunya pasti membuat kita semua iri!

1. Berbuka Puasa dengan Laban
Kan di iklan-iklan sering dibilang, berbukalah dengan yang manis. Kalau di Indonesia biasanya berbuka dengan kolak, atau syrup, atau teh manis kan ya. Nah di Oman, orang berbuka puasa dengan kurma dan Laban (kadang juga disebut Leben).

Tidak usah saya jelaskan tentang kurma lah ya, pasti tau semua. Tapi kalau laban? Saya baru tau laban saat bulan Ramadan tahun lalu, ketika setiap kali buka puasa selalu ada laban.

Ini salah satu contoh Laban yang sering saya lihat


Laban masih bersaudara dengan yogurt dan lassi. Karena laban adalah minuman dari hasil fermentasi susu. Teksturnya lebih cair daripada yogurt (semacam yogurt yang dicampur air). Rasanya ya persis seperti yogurt cair, tapi di lidah saya tidak hanya berasa asamnya yogurt tetapi ada sedikit rasa asin.

Umumnya ada 2 varian laban yang disukai untuk berbuka puasa. Orininal dan Jeera Laban. Jeera laban ini adalah laban yang dicampur dengan jintan. Rasanya? Menurut saya aneh bin ajaib. Tidak masuk di lidah saya. Tapi, jeera laban ini kesukaan banyak orang. Termasuk kawan Omani saya!

Saya. tidak tahu ada atau tidak yang jual laban di Indonesia, mungkin bisa di cek di online shop, siapa tau ada, jadi bisa coba!


2. Ngabuburit
Kurang tepat sih sebenarnya kalau disamakan dengan ngabuburit di Indonesia. Kan ngabuburit itu adalah mengisi waktu sembari menunggu saatnya berbuka puasa. Itu semacam tradisi kita di Indonesia.

Kalau di Oman, ada tradisi yang hampir mirip ngabuburit, tapi ini adalah mengisi waktu menunggu Sahur.

Setelah Iftar dan Sholat Tarawih, orang-orang akan mulai bersosialisai. Mengunjungi tetangga dan saudara, anak-anak bermain di taman, banyak juga yang berolah raga. Mulai dari sekedar jogging, sampai gym. Literally, kehidupan mulai berdenyut setelah Tarawih. Dan kegiatannya berlanjut sampai saatnya Sahur tiba.

Ramadan tahun lalu saya heran, pulang kerja tengah malam tumben jalanan di Shabia (yang biasanya tak seekor kucingpun lewat) mendadak ramai. Warung-warung juga masih buka, banyak orang ngobrol di depan rumah, ya karena mereka ngabuburit menunggu sahur!


3. Jam Buka Toko dan Warung
Begitu menjelang Magrib, toko-toko dan warung akan segera tutup. Mereka baru buka lagi setelah sholat tarawih usai.

Supermarket besar macam Lulu dan Hypermart tetap buka sih, tapi kalau tinggalnya di kota kecil tanpa supermarket atau di atas gunung macam saya, ya jam segitu berarti tidak akan ada toko yang buka. Karena semua orang pergi ke Masjid.

Biasanya toko dan warung akan dibuka lagi setelah jam 8.30 atau jam 9 malam.

Oh iya, meskipun mall dan supermarket tetap buka, tetapi food court, cafe dan semua penjual makanan akan tutup sepanjang siang, dan baru buka setelah bedug magrib.

Kemarin saya lupa kan tentang jam buka tutup toko selama bulan Ramadan, kebetulan air minum di apartment habis. Walhasil, terpaksa menunggu sampai jam 9 malam sebelum bisa beli air minum!

4. Tukar Makanan untuk Berbuka
As we know, Ramadan adalah bulan penuh berkah dan kebaikan, banyak hal-hal baik terjadi di Oman.

Salah satunya tradisi berbagi makanan untuk berbuka puasa. Di Oman (dan saya yakin di Indonesia juga), setiap keluarga pasti berusaha menyajikan yang terbaik untuk hidangan berbuka puasa. Di Oman, selain disajikan untuk seluruh keluarga, makanan juga akan dikirimkan ke keluarga dan tetangga-tetangga dekat rumah. Begitu juga sebaliknya, tetangga akan mengirim makanannya untuk kita.

Bukan hanya sekedar parsel yang dikirim menjelang Lebaran, tapi benar-benar makanan yang dimasak sendiri, dan ini dilakukan beberapa kali (kalau tidak nyaris setiap hari) selama bulan Ramadan. Menyenangkan kan!

5. Bekerja 6 Jam saat Bulan Ramadan
Ini mungkin yang membuat iri. Selama bulan Ramadan, pemerintah mengeluarkan peraturan kalau semua umat Muslim (baik Omani dan Expat) hanya bekerja selama 6jam kerja saja!

Serius! Baik itu di kantor pemerintah, di Hotel, perusahaan minyak, dimanapun, hanya 6 jam, beres!

Gajinya? Tetap sama. Intinya, pertimbangan pemerintah adalah ketika berpuasa, tenaganya pasti tidak maksimal, jadi lebih baik diberikan short time, daripada dipaksa. Apalagi kalau bekerja di Muscat yang ketika bulan Ramadan, panasnya membuat haru dan sedih karena bisa mencapai 45 - 50 derajat celcius.

Tapi, yang kurang menyenangkan adalah, di Oman tidak ada THR! Jadi harus pintar hemat-hemat selama Ramadan!

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa kengkawan...

Peluk Cium dari Oman!