Sunday, July 9, 2017

Setelah puas leyeh-leyeh dan ngobrol-ngobrol di Hutan Mangrove Pak Kong, kami mengunjungi bukit salib. Yang letaknya hanya 15 menitan dari tempat Pak Kong.

Dan cerita seru lainnya berlanjut...

* Photo Prewed Low Budget
Sebagai pasangan yang (kelamaan) pacaran dan berencana menikah tahun depan (eheeemm...) dan dengan budget pernikahan terbatas (malah curhat yaa.. hahaha), maka beberapa hal yang tidak begitu penting kami hilangkan. Seperti photo prewed.

Tetapi bukan berarti kami patah semangat, kami melancarkan proyek photo prewed low budget!

Aww banget khaannn.... 
Termasuk ketika kami di Flores. Salah satu agendanya adalah membuat photo ala-ala. Bermodal tripod, kamera mirorless, timer, kreativitas dan kepercayaan diri yang agak kelewat batas, jadilah photo ala-ala dari bukit salib!

Gimana ga gatel pengen potoan coba, tempatnya cantik gini
Bukit salib ini adalah bukut gersang (mirip pulau Padar kalau ambil trip Komodo) yang diatasnya dibangun salib yang cukup besar. Salib ini dibangun oleh anggota TNI Sikka. Memang ya para tentara ini gak ada matinya!

Nah, kalau kalian mau photo prewed low budget, silahkan mungkin bisa ikut tips saya ini. Ya maklum kalau baju seadanya, make up setidak adanya. Hahahaha....

tuh yg dibelakang adalah gambaran kami 20 tahun lalu. Hahaha...

* Sesederhana Kelapa Muda
Turun dari bukit salib. Bekal air minum kami sudah habis! Naiknya lumayan, hausnya juga.

Tapi dari awal kami sudah lihat ada seorang bapak tua jualan kelapa muda. Ya, di tempat seindah dan seramai itu memang tidak ada dagang samasekali. Padahal di pinggir jalan raya. Bapak penjual kelapa ini juga aseli dah seadanya banget!

Jadi bapaknya membawa kelapa muda yang dimasukkan ke dalam karung, kemudian karung ini dipikul dari rumahnya sampai ke jalanan. Udah jualannya kelapa itu dan beberapa gelas air mineral.

Nah, kami beli 2 kelapa. Giliran bayar saya tanya bapaknya dibilangnya "15 ribu saja" jadi saya kasi 30 ribu kaan, trus bapaknya malah bingung. Ternyata 2 bijinya yang 15 ribu!! Alamak, murahnya... apalagi ini ukurannya tempat wisata terkenal ya..

Saking herannya saya tanya sama Kak Gerson, kenapa dia jual kelapanya murah sekali. Menurut Kak Gerson, sebelum kami datang dia bahkan jualnya hanya 6 ribu sebutir. Lalu Kak Gerson sarankan jual 10 ribu saja. daripada nanti susah cari kembalian, dan biar dia dapat untung lebih dari kampung mikul kelapa muda sampai sana.

Pertanyaan kedua saya, kenapa tidak ada dagang lain? Kan itu pengunjungnya banyak ya, kalau di kampung saya sudah dimana-mana dagang berserakan. Jawaban Kak Gerson "Kan semua orang sudah punya kelapa, jadi tidak usah jual kelapa lagi." Jawaban yang singkat, lugas dan ngena ulu hati! Hahahaha....

Ya sesederhana itu memang, di Flores pohon kelapa ada dimana-mana. Orang-orang dengan mudah bisa petik sendiri (lha apa kabar saya kalau harus petik kelapa sendiri ya..)

Saking terpesona dengan jawaban itu kami sampai lupa foto bapak kelapanya.

Sekianlah episode kelapa ini berakhir. Hahahaha...

* Cara Jualan yang saya tidak pernah tahu
Perjalanan pulang ke hotel saya kembali melakukan pengamatan tidak penting dan tidak valid saya tentang Kuburan (ada di artikel sebelumnya: ini dia). Sambil mendengar Kak Gerson bercerita tenatang produk pertanian Flores. Mulai dari kopra, mangga, dan saya baru tahu kalau Flores adalah penghasil kemiri!

Di jalan kami berhenti sebentar, biasalah kalau tidak belanja saya jadi uring-uringan. Hahaha...
Niatnya mau beli mangga, tapi mangganya belum matang, jadilah saya belanja jambu. Jambunya merah-merah, besar dan masih segar! Yum (apalagi kalau dicocol bumbu rujak yaa.. ngileerrr).
Seporsinya 5 ribu
Uniknya adalah cara jualan pinggir jalan ini, kalau di kampung saya jualan buah, atau bumbu biasanya dengan sistem kiloan. Tapi tidak di Flores, di jualan pinggir jalan, buah ini dijual dengan sistem porsi. Jadi porsi-porsi ini digelar di meja dagangan, kita tinggal pilih mau yang mana. Langsung ambil 1 porsi itu.

Tinggal Pilih mau yang mana

Saya sih belum sempat tanya kalau mau beli kiloan atau sebiji aja boleh apa engga.. hehehe

*Toko Oleh-oleh atau rumah Om?
Kembali ke kota Maumere, Kak Gerson menanyakan apa kami mau belanja oleh-oleh. Saya langsung iyakan, Kak Gerson bilang ada toko oleh-oleh di Maumere.

Agak bingung juga awalnya. Soalnya, saat malam sebelumnya jalan-jalan naik motor ke kota, rasanya kok saya tidak ada ketemu toko oleh-oleh. Tapi memang mungkin kami yang tidak tau tempatnya dimana.

Sampai di Maumere, kami berhenti di sebuah rumah sederhana yang pintu pagarnya tertutup. Halamannya rimbun pepohonan, dan dari luar kami lihat bapak-bapak duduk di beranda dengan kaos kutung dan rokok. Saya celingukan kenapa berhenti disana.

Rupanyaaaa... rumah itulah toko oleh-olehnya!!! Hahahaha...
Kami dibukakan pagar oleh bapak kaos kutung itu, lalu dia memanggil istrinya di belakang lalu kami diantar ke ruang tamunya yang disulap jadi toko kecil. Begitu kami tiba, baru lampu-lampu dinyalakan!

Tapi jualannya lumayan lengkap sih, kaos-kaos souvenir sampai kain-kain tenun ada juga. Rasanya tidak seperti di toko oleh-oleh. Rasanya seperti mampir ke rumah Om!

Mampir ke rumah om, eh mampir ke toko oleh-oleh
* Ke Kelimutu Kami Harus Kembali
Hari ke-3, tujuan utama kami dari perjalanan kali ini. Kelimutu! Dari maumere kami harus berangkat super pagi, jam 2 dini hari. Agar bisa melihat sunrise.

Sudah janjian dengan Kak Gerson untuk dijemput jam 2. Staff hotel juga sudah menyiapkan bekal perjalanan untuk kami: 2 botol air mineral dan sebungkus kacang telor! Persiapan saya dan Dje pun sudah komplit. Jaket, syal, sarung tangan, sepatu, dan antimo (buat saya, berdasar petunjuk dari kanjeng bos di kantor yang sudah lebih dulu kesana).

Sekitar jam 2.30 dini hari kami berangkat. Maumere - Kelimutu ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam. Saya sengaja minum antimo, agar sepanjang perjalanan saya bisa tidur nyenyak dan bisa puas menikmati Kelimutu.

Sampai di Kelimutu jam 5.30, duingiiiinnn dan senangnya cerah!!! kami tidak sabar segera naik. Apalagi Dje harus banyak-banyak hunting Foto. Dan, drama paling seru terjadi! Begitu menyalakan kamera, eng ing eng... memory card-nya tertinggal di laptop!! Alamaakk... gara-gara kemarinnya kami memindahkan foto ke laptod dan lupa ambil!

Aseli deh, nyesek.. apalagi Dje.Ada mungkin perlu sekitar 15 menit buat dia menenangkan diri sebelum kami bisa ketawa-ketawa lagi. Hahaha..

Jadii, kami pasti akan kembali ke flores! Kembali ke Kelimutu! Pasti.
Indahnya Kelimutu, sungguh tak mampu saya jelaskan. Betapa semesta begitu luar biasa agung, betapa kita sesungguhnya hanya remahan rengginang di kaleng Khong Ghuan sisa lebaran kemarin.
Danau 1: berkabut - saya tidak tahu warna aselinya apa

Danau 2 & 3 (diseberangnya) - Biru dan Tosca

Meratapi drama memory card

Sudah Move On!

Trus Minta Belanja - Ga dikasi sama Dje - Manyun Lagi

Dijanjiin bakal kesini lagi - Happy lagi!!

* Pantai sejuta umat - Pantai Koka
Mencoba melupakan urusan memory card kamera, perjalanan kami berlanjut ke Pantai Koka. Jadi ini pantai segala kalangan. Tua-Muda, Bule-Lokal, Keluarga-Pacaran, semua tumplek blek disini. Apalagi masih suasana Lebaran dan liburan sekolah. Saat kami kesana pantainya ramai! Yang menurut Kak Gerson biasanya sepi.

Jalanan ke pantai agak kecil dan melewati kebun-kebun warga. Dibandingkan di objek lain, disini bayarnya yang agak banyak. Jadi bayar tiket masuk 2x. Pertama 10 ribu, kedua 20 ribu. Lalu naik ke bukitnya bayar lagi 5 ribu per orang.

Kalau mau dibilang, pantai ini cantik. Tapi, ada beberapa pantai yang jauh lebih cantik lagi menurut saya. Misalnya Tanjung Aan dan Tanjung Tinggi.

Ini Pantainya

Ini Pengungjung Pantainya

Ini saya dari atas bukit liatin pantainya
Ini jembatan bambu ke atas bukit

Ini saya sebenernya ngeri naik jembatan horor

Tapiii... di Flores ini bukan melulu urusan indah atau eksotis, tapi menurut saya yang jauh lebih menarik adalah cerita di baliknya.

Cerita pertama adalah saat kami menaiki tebing untuk melihat kedua teluk. Di bale-bale dijaga beberapa orang anak usia tanggung (mungkin SMP kelas 1 atau 2) yang memungut biaya masuk. Yang menarik perhatian saya adalah ada dua anak laki-laki yang sedang khusyuk berurusan dengan kepala temannya. Saya pikir mereka sedang mekutu (mencari kutu). Eh, setelah saya dekati ternyata mereka sedang membuat pola kekinian di kepala temannya!! Itu lho cukuran rambut dengan garis horisontal di anak cowok. Setahu saya kalau dikampung saya itu dilakukan oleh tukang cukur rambut. Ini mereka hanya bermodal selembar silet patah, jadi deh model rambut kekinian! Cadaaassss...

On Proses

Cadazzzzz
Lalu, begitu kami turun ke pantai, perut sudah keroncongan minta makan siang. Dje dengan pedenya mendekati ibu-ibu yang sedang membuka box pendingin ikan dan menyiapkan ikan bakar. Niatnya untuk pesan makan sih, tetapi ternyata oh ternyata, ibu itu sedang piknik bersama keluarga dan berbekal ikan 1 box penuh untuk dipanggang ramai-ramai!

Benar kata Kak Gerson, mereka memang niat-niat. Rata-rata mereka membawa gitar (dan mereka benar-benar menyanyi bersama), ada yang membawa bekal piknik, ada yang membawa pisang satu tandan! Ya benar satu tandan saudaraku! Ada juga yang membawa kelapa muda sendiri. 3 atau 4 biji kelapa mereka tenteng.

Bukannya disana tidak ada dagang ya, banyak warung-warung kecil, tetapi rata-rata jualannya adalah pop mie, pisang goreng dan minuman. Sukurnya kami menemukan satu warung makan yang mau menjual ikan bakarnya pada kami. Soalnya di tempatnya hanya ada segunung kelapa muda, iseng-iseng kami bertanya apa dia jual ikan bakar, dia bilang bisa-bisa. Lalu, jadilah kami makan ikan bakar seadanya. Hahaha...

Ikan Bakar + Tumis Kangkung + Sambal Kecap + Nasi Merah


* Yang Tidak Boleh Terlewat - Kunjungan Ke Pasar
Namanya juga cewek ya, kalau tidak belanja rasanya ada yang kurang. Pun saya, hanya saja, saya sukanya belanja ke Pasar. Senang saja rasanya mengunjungi pasar, suasananya kurang lebih sama. Riuh, seru dan murah!

Pasar di Kota Maumere namanya Pasar Alok. Pasarnya besar! Mungkin ini modelan pasar induk. Tujuan utama saya adalah cari tenun. Sebelumnya di Desa Sikka sempat ditawari kain tenun harganya 750 ribu, lalu di Kelimutu ditawari 1 juta! Alamak, mahal kali... Untungnya ada mbak-mbak baik hati bisikin saya bilang kalau di pasar harganya hanya 450 ribuan.

Berbekal informasi itu, kami meluncur ke pasar. Karena siang, pasar sudah sepi, tapi masih ada beberapa pedagang yang buka. Langsung saya ke tempat kain-kain tenun dipajang berjejer. Ternyata harganya jauh lebih murah! Kisaran 250 - 450 ribu saja! Cantik dimata, cantik di dompet.
Petak Umpet diantara tenunan cantik

Tentengannya satu aja yaa..

Sudah siang, pasarnya sepi
Oh satu lagi, ketika masuk lebih kedalam lagi, ada beberapa ibu-ibu penjual keladi masih buka. Saya dan Dje agak terpesona melihat keladi yang super besar. Dengan penasaran kami mendekat dan hanya karena penasaran juga kami bertanya harganya. Ibunya bilang 15 ribu saya "kalau kakak mau ambil, saya kasi 10ribu sudah" eehh, saya jadi salah tingkah, akhirnya Dje menjelaskan kalau kami hanya ingin tahu saja. Bagian terbaiknya adalah, saya tanyakan biasanya keladi sebesar itu diolah untuk masakan apa? Lagi-lagi saya menerima jawaban sederhana dan mak jleb di ulu hati: dimasak untuk makanan Babi! Hahahaha....
Keladi Jumbo

* Hotel? Bukan, Somewhere between Heaven and Earth!

Setelah 2 malam di kamar Backpaker, kami pindah ke Bungalow. Dan ini adalah keputusan terbaik yang kami ambil.

Saya serasa ada di filem-filem holywood! Bungalow benar-benar dibangun diatas hamparan pasir, di bawah kebun kelapa dan persis di hadapan laut! Detail di dalamnya yang membuat saya meleleh. Temanya adalah warna biru, jadi banyak tiny lil'details yang mereka taruh di dalam kamar. Mulai dari bintang laut warna biru, cushion bantal, handuk pantai, sampai sprai toilet juga!

Perfect Sanctuary
Shells house

Unyu Banget kan yaa

This small lil touch.. aww banget (bukan, bukan awkarin)


Belum lagi disekitaran resort yang dibuat "seadanya" tapi cantik. Bahkan selonjoran di pantainya saja sudah membuat bahagia.

Leyeh-leyeh dipantai berasa ikan paus terdampar

Sunrise view

The resort

Small Lil detail

Paradise - Flores

Diantara semua itu yang paling penting tentu saja staffnya. Mereka semua sangat baik dan perhatian! Mereka bertanya tentang perjalanan kami, mereka perhatian ketika kami seharian tidak di hotel, mereka menemani saya ngobrol kesana kemari ketika Dje asik dengan foto-fotonya. Mereka yang menceritakan pada saya tradisi di Maumere. Ah, saya jadi rindu mereka. Terutama Kak Asti!

Meski mereka tidak jago masak (mi instan gagal itu lho...) tapi saya maafkan. Kecantikan pulaunya dan kebaikan hati mereka membuat saya luluh :)

Dan semua cerita-cerita itu membuat saya makin jatuh cinta pada flores.

Bukan melulu tentang mencari pantai-pantai cantik, atau tempat-tempat eksotis, atau makanan-makanan enak. Tapi juga tentang belajar mendengarkan, tentang belajar mensyukuri dan belajar mencintai.

Semoga semesta mendukung, suatu hari saya berbagi cerita dari pelosok yang lain :)


N.B
Pesanan khusus seorang teman di kantor (sebut saja namanya Rika) yang ingin tau rincian biaya perjalanan kami, jadi kurang lebih begini

- Tiket pesawat Dps - Mof - Dps : 2.200.000 / person (Garuda)
- Hotel 3 night (2N backpaker room, 1 N Bungalow): 1.700.000 (Coconut Garden Beach Resort)
- Mobil (2 Hari termasuk driver & bensin) : 1.750.000 (Kak Gerson 081339364084)
- Motor (setengah hari, sewa di hotel): 50.000
- Taksi (Bandara - Hotel - Bandara): 200.000
- Makan: kira-kira 1.000.000 (sudah termasuk segala cemilan yang saya beli)
- Donasi Patung Maria : Seikhlasnya
- Donasi Gereja Tua Sikka: Seikhlasnya
- Tiket masuk hutan Mangrove Pak Kong : 5.000/orang
- Tiket Masuk Kelimutu (termasuk mobil dan penumpang) : 50.000
- Tiket Masuk Pantai Koka (Termasuk naik bukit): 40.000
- Tip dan belanja souvenir : Seikhlasnya

Jadi kalau dihitung-hitung, untuk berdua perjalanan 4D3N biayanya persis sekitar 9.000.000
Mirip dengan biaya kami ke komodo 2 tahun lalu.

Selamat merencanakan liburaaannn...

A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates