Kalau anda tidak tahu Oman, jangan kecil hati.
Anda tidak sendiri. Ketika memutuskan untuk pindah bekerja ke Oman, reaksi kawan saya biasanya seperti ini “Hah? Oman? Dimana tuh?” 7 dari 10 orang yang saya beritahu beraksi seperti itu. Tiga orang sisanya biasanya akan berkata “Hah? Ngapain?”
Saya juga awalnya tidak tahu kalau ada negara bernama Oman. Mulai tahu Oman karena perusahaan tempat kerja saya membuka resort di Oman, tepatnya di Wilayah Al Dakhliyah di Pegunungan Jabal Akhdar.
Saat itu saya sedang dalam masa orientasi. Dalam salah satu training, topiknya adalah mengenal resort kami di seluruh dunia. Ketika slide presentasi memperlihatkan resort yang berlokasi di Oman, saya merinding. Indah yang tidak biasa. Pemandangannya mengingatkan saya film-film berlatar luar angkasa macam Interstellar atau The Martian. Landscapenya macam bukan di Bumi tapi di Mars!
 |
Ini landscape di Jabal Akhdar, saya photo saat sunset |
 |
Ini landscape di lokasi berbeda, menjelang sunset juga |
Saat itu saya berkata dalam hati, suatu hari saya harus pernah ke Jabal Akhdar, Oman!
Begini ceritanya,
Awal 2017, seperti biasa jadwal evaluasi kinerja tahunan. Bos saya di Kantor Pusat, sebut saja namanya Bu Madam, berkunjung ke kantor. Sebelum menandatangani evaluasi kinerjasaya, pertanyaan pamungkas darinya adalah “Jadi Winda, apa target karirmu selanjutnya?”. Saya mengutarakan keinginan saya untuk bekerja diluar Bali sebelum saya menikah.
Sebagai anak Bali tulen, lahir, besar, sekolah, bekerja, menggendut, semuanya di Bali. Sekali-kali mau lah jadi anak rantau. Tapi sebenarnya saya juga tak berharap banyak, saya pikir pertanyaan itu hanyalah pertanyaan formalitas, kecil kemungkinannya lanjut dibahas kan.
Pertengahan 2017, sedang sibuk-sibuknya proses rekrutment karyawan untuk proyek pembukaan Day Club paling hitz di Bali (yang sekarang sudah ganti nama itu). Bu Madam telpon saya, “Winda, masih ingin pindah keluar Bali?” tentu saja saya iyakan. Kebetulan saat itu sedang ada cabang yang akan buka di Jakarta dan Malaysia, saya bersemangat, saya pikir mungkin saya akan dikirim task force ke sana.
Bu Madam melanjutkan, “Ke Jabal Akhdar, mau?” Hah?? Langsung ke ujung dunia begitu! Tanpa pikir panjang, langsung saya iyakan. Yang ada di kepala saya saat itu, kapan lagi ada tawaran macam ini. Malah Bu Madam yang bingung “Eh, mending kamu ngobrol dulu sama keluargamu dan tunanganmu ya. Minggu depan kabari lagi keputusanmu ke saya.”
Langsung saya telpon Bapak & Ibu. Saya jelaskan ke mereka alasan kenapa saya harus ambil kesempatan ini. mereka sih orang tua paling santai sedunia. Bapak Cuma bilang “Terserah kamu, kan kamu lebih tau. Kalau memang lebih banyak baiknya dan kamu memang mau,Bapak mendukung.” Ibu lebih histeris, histerisnya karena girang sih. Urusan Orang Tua beres.
Bli Pacar langsung saya beri tahu juga. Dia juga setuju dan sejak awal dia bilang dia selalu mendukung karir saya. Dia memang salah satu manusia terbaik yang pernah saya kenal selama hidup! Pas semua beres.
Bos saya di Bali, sebut saja Pak Londo, sepenuhnya mendukung. Bahkan usut punya usut, sebenarnya dialah yang merekomendasikan ke kantor pusat agar saya yang dipindahkan ke Oman.
Tapi karena saya anaknya agak drama, saya sempat juga mendatangi kantor beliau dan bilang jangan-jangan proses untuk memindahkan saya ke Oman adalah usaha untuk menendang saya dari Bali karena dia tak suka dengan kinerja saya. Tentu Pak Londo marah-marah dan ngomel “Kamu pikir saya gila, saya yang kasi rekomendasi kamu ke kantor pusat. Yang saya pertaruhkan itu nama baik saya sendiri demi mendukung karir kamu. Kalau saya ga suka ngapain saya repot-repot mikirin karir kamu”
Ya maaf, namanya juga labil. Pak Londo memang mantap sih.
Seminggu kemudian saya kabari Bu Madam keputusan saya tetap sama. Beliau lalu mengatur jadwal interview saya dengan calon bos di Oman, namanya Pak Uban.
Sangat deg-degan sebenarnya untuk interview ini. Saya merasa sedikit minder karena saya belum pernah punya pengalaman internasional. Paling jauh luar negerinya ya main ke Phuket sendiri. Itupun cuma liburan sekejap.
Nyatanya Pak Uban tak banyak bertanya, kata dia kalau Bu Madam dan Pak Londo sudah percaya pada saya, itu sudah referensi yang cukup untuk kinerja saya. Malahan dia yang banyak bercerita tentang kenapa sampai saya harus pindah ke Oman. Intinya, resort Oman itu sudah buka 4 tahun, selama 4 tahun itu sudah ganti 4 kali orang di posisi saya. Macam-macam alasannya.
- Orang pertama dari Srilanka, kabur setelah menggelapkan uang dan aset perusahaan (Termasuk laptop dan HP Kantor) bahkan belum genap setahun bekerja.
- Orang Kedua, Orang Oman (Omani), muncul kerja hanya sebulan sekali, macam orang datang bulan, lalu mengundurkan diri begitu saja.
- Orang Ketiga, dari Philipina, yang menurut Pak Uban, orang ini adalah yang paling waras. Tapi tetap saja mengundurkan diri tepat setahun setelah bergabung dengan alasan sudah lelah hati menghadapi segala drama yang terjadi disana.
- Orang Keempat, another Philipina, kurang dari setahun kinerjanya dianggap tidak sejalan dengan harapan. Diputuskan untuk didemosi menjadi Training Manager.
Pak Uban juga bilang “I will tell you all the black picture Winda. Semua tantangan yang pasti akan kamu hadapi. Saya ga mau janji-janji manis, tapi nanti sampai disini kamu malah kecewa” Wih, saya suka gaya lu Pak Bos, janji manis gak guna, bikin diabetes. Apalagi janji manis doang, dikasi kepastian engga. Eh..
Lagi-lagi saya diberi waktu seminggu untuk memikirkan apa yang sudah diceritakan tentang kondisi tempat kerja baru nantinya. Tapi bahkan sebelum seminggu, keputusan saya masih tetap sama, yakin pindah ke Oman.
Sambil menunggu selama satu minggu itu, saya coba tanyakan ke Bu Madam, kenapa mereka memercayakan posisi di Oman untuk saya, bukannya mencari kandidat yang lebih berpengalaman. Bu Madam bilang kantor pusat sudah lelah dengan drama yang terjadi disana. Mencari orang baru berkali-kali tapi ujungnya tetap tidak bertahan. Jadi mereka memilih untuk menempatkan orang yang sudah depercayai saja.
Kata Bu Madam juga, rencana untuk memindahkan saya ke Oman sebenarnya sudah dibicarakan bahkan dari tahun 2016, tetapi tidak ditindaklanjuti karena kantor pusat takut kalau saya dipindah ke Oman saya akan tidak betah dan mengundurkan diri dari perusahaan. Awww... orang-orang kantor pusat memang juara!
Seminggu kemudian, Pak Uban megirimkan saya draft kontrak kerja. Pelan-pelan saya baca.
· Tanggal Mulai Bekerja, 1 Desember 2017 - oke, siap
· Durasi kontrak 2 tahun – oke, setuju
· Cuti tahunan – oke, asik
· Libur Nasional – oke, paham
· Tiket Pulang Kampung – oke, sip
· Akomodasi & Transportasi – oke, aman
· Tunjangan Kesehatan – oke, angkut
· Gaji – wait, hhhmmm, oke, cuss berangkat!!!
Saya kirim kontrak yang sudah saya tandatangani ke Pak Uban. Eh, dia masih belum percaya juga kalau saya haqqul yaqin pindah ke Oman. Dengan seijin Pak Londo, Pak Uban mengatur perjalanan saya mengunjungi Oman selama 1 minggu di bulan Oktober sebelum benar-benar tidak bisa mundur lagi. Tentu saja saya girang jejingkrakan. “Liburan” seminggu ke Oman, semua dibiayai, mau lah!
Tapi kata MG “there’s no free lunch Winda. If they are giving you that much, means they are expecting even more from you.” Glek, bener juga sih, kalau mereka sampai nekat membiayai perjalanan saya seminggu ke Oman yang pasti tidak murah, pasti mereka berharap banyak dari saya. That’s ok, mumpung masih Young Dumb and Broke, nothing to lose kan! Hajar.
Saya merasa selama proses ini, semua dipermudah. Itu semakin membuat niat saya bulat 100% untuk pindah ke Oman.
Kenapa? Inilah alasannya,
Alasan utamanya saat itu adalah, di bidang pekerjaan saya, agak sulit untuk bisa bekerja keluar negeri. Sebagian besar negara, dalam undang-undang ketenagakerjaannya mewajibkan orang diposisi Human Resources Manager / Director harus warga negaranya sendiri. Sama seperti di Indonesia. Jadi, kesempatan yang saya dapatkan ini langka! Biasanya negara-negara yang memperbolehkan orang-orang HR-nya expatriate adalah negara di Timur Tengah dan Maldives. Negara lain terkadang ada, tetapi tidak umum. Nah, setelah saya kembali lagi ke Indonesia nantinya, pengalaman ini akan membuat nilai jual saya semakin tinggi (urusan pekerjaan lho ya)
Alasan kedua, saya baru saja memulai program beasiswa kakak asuh. Saya perlu menabung lebih banyak agar adik-adik asuh saya bisa tetap kuliah dan saya tenang dengan urusan biaya kuliah mereka. Cita-cita saya adalah menambah 1 orang adik Asuh setiap tahun ajaran baru, sehingga pada setiap 1 periode saya akan selalu punya 4 orang adik asuh.
Alasan terakhir, ya itu yang saya cerita di awal. Niatan saya sejak pertama kali melihat Jabal Akhdar saat masa orientasi karyawan baru. Ini seperti mimpi menjadi nyata. Satu bucket list saya yang paling aneh bisa saya centang.
Dan seperti Ibu saya selalu bilang, ucapan adalah Doa. Saya ke Jabal Akhdar! Jadi TKW.
Pokoknya ibu yang satu ini inspirasi banget.... Cuma sayang aku ditinggalin sampai berlumut di perusahaan yang lama itu..������
ReplyDeleteSukses bu winda....
ReplyDelete