Friday, March 26, 2021

10 December 2017, saya terbang ke Oman, kali ini bukan untuk liburan, tapi beneran kerja. Keluarga besar antar saya ke bandara. Macam rombongan hajatan. Wajar kalau kata ibu, kan tidak setiap hari saya pergi berangkat kerja ke luar negeri dan baru akan kembali berbulan-bulan kemudian. Ditambah lagi memang sudah menjadi fitrah di keluarga kami (sebut saja The Sadra's) kalau apa-apa memang harus heboh.

Tidak ada lagi jemputan VIP kali ini dan saya masuk ke Oman sudah dengan visa kerja. Berdasarkan kunjungan bulan Oktober kemarin, sekarang jadi lebih paham dinginnya Oman, jadi dari rumah sudah bersiap-siap dengan pakaian yang lebih layak untuk cuaca dingin. Jemputan saya tiba, Masood nama sopirnya. Dan dia adalah staff di HRD. Karena lokasi resort kami yang terpencil, selain staff HRD untuk mengerjakan administrasi pada umumnya, kami juga punya 4 orang sopir khusus untuk keperluan karyawan dan full team chef untuk kantin. 

Seterpencil bahwa kota terdekat, Nizwa, jaraknya 1,5 jam berkendara dan hanya boleh ditempuh dengan mobil 4WD dan samasekali tidak ada angkutan umum. Kota utama, Muscat, berjarak kira-kira 200 km yang bisa ditempuh dalam 2,5 jam berkendara. Fasilitas utama seperti rumah sakit besar, kantor kedutaan besar, mall, bandara, bioskop dan kantor-kator pemerintahan berlokasi. Karena itulah salah satu tanggung jawab perusahaan yang terletak di Jabal Akhdar harus memberikan fasilitas transportasi yang memadai.

Berdasarkan kontrak kerja yang saya tanda tangani, tempat tinggal menjadi tanggungan perusahaan. Perusahaan menyewa sebuah gedung apartment di Desa Saiq untuk beberapa orang karyawan. Ada dua bangunan, masing-masing bangunan berisi 6 unit apartment. Jangan bayangkan apartment modern macam di majalah-majalah gaya hidup atau yang biasa kalian lihat di IGTV ya, tipe bangunan dan apartmentnya mengikuti tata ruang rumah-rumah keluarga Oman pada umumnya.

Ini tampak luar apartment saya di Saiq


Dapur yang sangat besar untuk ukuran saya, ruang tamu yang juga sangat lega (di Oman namanya Majilis) yang bisa muat 2 set sofa tamu sebenarnya, sebuah kamar tamu jika ada kawan yang ingin menginap, dan dua buah kamar mandi. Satu di kamar tidur utama, satu di dekat dapur yang bisa dipakai oleh tetamu yang berkunjung. 

Tetangga-tetangga saya adalah teman-teman kerja di resort. Di lantai 2 saya bertetangga dengan Mas Bule. Lalu di lantai satu ada Mbok Bali, dan Bang Tambun beserta keluarganya (masih ingat di cerita sebelumnya si Bang Tambun ini yang menertawai saya setelah Via Feratta). Lalu di lantai 3 ada dua orang karyawan Omani, Estaqlal dan Miad dan Om Koki.

Sebagian besar karyawan lain tinggal di staff accomodation yang letaknya di dalam lokasi resort. 

Karena saya bilang apartment, jangan bayangkan lokasinya di perkotaan ya. Seperti yang saya bilang tadi, tempatnya di Desa Saiq. Desa ini terletak di ketinggian 2000 mdpl (mungkin boleh dimasukkan dalam daftar desa-desa dengan letak tertinggi di dunia). Dari Saiq menuju ke Resort sekitar 30 menit naik mobil (harus mobil 4WD) dengan jalanan yang tidak terlalu lebar, hanya pas muat 2 mobil dan jurang di sisi kiri kanan. Menyeramkan sekaligus indah sebenarnya.

Selain terpencil, fasilitas di Saiq sebenarnya cukup memadai. Kurang lebih inilah hal-hal yang bisa saya temukan din Saiq

  • Sebuah pompa bensin milik perusahaan Al-Maha. Tidak buka 24 jam, saya kurang paham jam tutupnya. Kadang-kadang jam 10 sudah tidak ada nyawa, kadang jam 11 masih ramai. Suka-suka yang jaga nampaknya. Seperti SPBU lainnya di Oman, mereka juga menjual pulsa isi ulang. Sebenarnya saya curiga ini adalah pekerjaan sampingan para petugasnya sih. Yang paling menyenangkan dari Al Maha Jabal Akhdar adalah, bisa menjadi tempat titip paket! Iya, paket belanja online. Macam Shopee atau Tokopedia di Indonesia gitu. Para kurir selalu ogah kalau harus mengantar barang ke Resort. Kalau di alamatkan ke apartment mereka akan tambah bingung, karena alamatnya tidak jelas. Jadilah Al Maha tempat penitipan yang ideal dan terpercaya. Tidak usah khawatir barang hilang, Oman memang negara super aman.
  • Sebuah ATM Bank Muscat. ATM-nya terletak persis di sebelah Al Maha. Tips-nya, jangan mengambil uang di hari Kamis. Karena hari kamis adalah hari gajian para pekerja bangunan (biasanya orang-orang Asia Selatan) dan mereka beramai-ramai mengambil uang di hari itu, terutama petang hari. Kalau tidak kepepet lebih baik ambil besoknya. 
  • Apotek Kecil yang saya lupa namanya. Menjual rupa-rupa obat yang cukup lengkap untuk penyakit ringan. Permasalahan saya dengan apotek ini adalah penjaganya, orang India tidak bisa bahasa Inggris samasekali. Sebaiknya kalau mau membeli obat, googling dulu fotonya. Misal, mau beli panadol untuk sakit kepala kita sudah siap dengan photo panadol merah. Selain itu, siapkan juga beberapa foto obat sejenis sebagai alternatif kalau panadol tidak ada. Pengalaman saya pertama kali membeli obat ya itu, berbahasa tarzan. Saya coba tuliskan nama obatnya entah kenapa tetap saja si abang penjaga tidak paham. Waktu itu saya sakit kepala, bukannya dapat obat, saya tambah puyeng sih! 

  • Klinik kecil di belakang Al Maha. Kalau dari ukuran sebenarnya cukup besar. Mungkin setipe rumah sakit tipe D di Indonesia (kalau di Bali ukurannya seperti RS Santi Graha di Singaraja, kalau di daerahmu coba googling deh). Tetapi fasilitasnya sangat terbatas, lebih mirip puskesmas pembantu. Kami sangat jarang ke klinik ini, lebih baik langsung ke kota Nizwa ke rumah sakit beneran.
  • Sebuah rumah makan India dan satu lagi rumah makan Turki, baru setahun kemudian ada satu lagi rumah makan Turki lain dibuka dan sebuah rumah makan Omani. 
  • Beberapa warung kopi, jangan bayangkan warung kopi lucu kekinian yang beberapa tahun terakhir menjamur di Indonesia ya. Ini hanya ruko kecil, dengan sebuah rak display, menjual kopi dalam gelas-gelas kertas. Sangat jarang ada orang yang minum di tempat. Selain menjual kopi mereka selalu menjuak Karak Chai, teh dengan susu dan rempah-rempah. 

  • 3 toko kelontong yang cukup lengkap. Tidak hanya produk kemasan, mereka menjual juga ayam dan ikan yang dibekukan, buah dan sayur segar. Baru setahun setelahnya ada sebuah toko yang lebih besar, sejenis indomaret. Hari jumat biasanya ada mobil box membawa ikan-ikan segar dari Muscat dan di jual di lapangan kosong persis di sebelah Al Maha.
  • Sebuah hotel bintang 5, jaringan international, letaknya kurang lebih 15 menit berjalan kaki dari Al Maha. Dari sisi lokasi, hotel ini menjadi satu-satunya saingan resort saya. Dan menjadi satu-satunya pilihan tempat ngopi-ngopi cantik sambil mejengin karyawannya (ya, seputus asa itu karena tidak ada yang bisa kami kecengin)
  • 3 buah Masjid yang tersebar di penjuru desa. Saat adzan maghrib berkumandang biasanya toko-toko tutup karena semua orang menunaikan shalat. Kurang lebih 30 menit kemudian, toko akan buka kembali. 

  • Sebuah kantor pos, dimana kiriman-kiriman untuk resort biasanya dialamatkan ke kantor pos ini. Oh bahkan saat saya belanja online di Aliexpress, barang-barang yang saya pesan dari Cina sampai dengan selamat di kantor pos ini! Meskipun perlu kurang lebih 2 bulan delivery.
  • Dan yang paling tidak biasa menurut saya adalah sebuah kantor cabang bank HSBC. Menjadi pertanyaan juga buat saya kala itu, kenapa tiba-tiba HSBC? kenapa bukan bank lokal macam Bank Muscat atau Oman-Arab Bank? Menurut cerita kawan yang asli dari Saiq, entah krn marketing yang pas atau bagaimana, para baba (bapak) tua di Saiq yang  punya berhektar-hektar kebun (ya, disana ada kebun!) dan beratus-ratus ekor kambing dan domba (ya ini juga kalian tidak salah baca) dan kaya raya, menyimpan uang mereka di HSBC. Mereka tidak terbiasa dengan sistem online banking, jadi cash masih harus dibawa kemana-mana.

Lalu tentu saja ada pemukiman penduduk. Paling padat memang di Saiq, tapi banyak juga keluarga-keluarga yang tinggal di lokasi-lokasi yang tersebar di sekitarnya. Bahkan di lembah dan lereng-lereng pegunungan. Tapi jangan bayangan mereka orang dari gunung seperti stereotype kita di Indonesia yang biasanya identik dengan kondisi ekonomi yang kurang baik ya. Di Jabal Akhdar, penduduknya rata-rata kaya untuk ukuran di desa saya. Rumah-rumah bertingkat dan mobil-mobil SUV mewah keluaran terbaru menjadi pemandangan jamak disana. Lha wong mobil untuk mengangkut pakan ternaknya mereka saja adalah GMC Denali double cabin keluaran terbaru. Iler saya meleleh melihatnya, ga ada itu mobil pick-up omprengan macam di kampung saya.

Pemandangan rumah & mobil milik warga Saiq


Sebelumnya pernah saya tulis, Jabal Akhdar adalah kawasan yang dilindungi oleh pemerintah. Itulah alasannya sampai ada pemeriksaan yang cukup ketat oleh polisi di check point. Selain karena memang jalur yang penuh tanjakan dan tikungan tajam dan membahayakan pengendara yang tidak berpengalaman, dalam sejarahnya (sekitar tahun 1954 - 1955) pernah taerjadi perang saudara besar antara Muscat dan Jabal Akhdar. Cerita lengkapnya saya kurang paham. Intinya setelah perang itu, pemerintah mendirikan pangkalan militer di Jabal Akhdar. Tidak hanya satu, tapi ada dua sekaligus. Sebuah pangkalan Army (angkatan darat) dan sebuah pangkalan Air Force (angkatan udara) di dekat apartment saya.

Alasan lainnya yang mungkin jauh lebih penting sebenarnya karena perkebunan untuk suplai buah-buahan untuk konsumsi pribadi His Majesty Sultan Qaboos bin Said berlokasi di Jabal Akhdar. Tak jauh dari resort saya. Perkebunan ini dijaga sangat ketat. Tidak sembarangan orang bisa masuk, cukup hanya para pekerja dan yang ditunjuk kerajaan saja. Dari jalan raya perkebunan membentang sejauh 1 kilometer. Entah berapa luasnya. Konon katanya, kebun ini menghasilkan berbagai jenis buah-buahan termasuk zaitun, delima, peach, anggur, buah ara, sampai bawang merah dan bawang putih juga.

Saya sih percaya. Meski nampaknya hanya bebatuan, tetapi Jabal Akhdar adalah areal yang sangat subur. Jabal artinya Pegunungan, sedangka Akhdar artinya Hijau (tadinya saya pikir macam Akbar yang artinya besar). Pegunungan hijau yang subur. 

Terbukti dari hasil perkebunannya, delima dari pegunungan ini adalah delima dengan kualitas terbaik dan ternikmat (menurut hemat saya). Saya lihat sendiri berhektar-hektar kebun delima milik penduduk. Belum lagi di setiap halaman rumah penuh dengan pohon delima dan zaitun. Ada juga berhektar-hektar kebun bunga mawar, deretan walnut, dan pohon-pohon juniper yang tumbuh liar. Pohon Juniper tidak bisa ditemukan di sembarang tempat. Jabak Ahdar salah satu lokasi dimana juniper bisa tumbuh subur, karenanya Juniper juga menjadi tanaman yang dilindungi. Jangankan penebang, kalau mau mengambil cabang dan rantingnya saja tetap harus dengan persetujuan Municipality (semacam Pemda) dan Kementrian Lingkungan Hidup!

Saya yang berasal dari kampung kecil di Buleleng yang rumahnya dikelilingi kebun yang isinya kelapa, mangga, cengkeh, kopi, durian dan sejenisnya merasa saya masuk ke dunia lain! Dunia yang ajaib, dunia yang bahkan di TV atau di Film jarang diekspose. Tempat yang mau tak mau akan menjadi rumah dalam beberapa waktu kedepan.

Jabal Akhdar, Pegunungan Hijau yang belakangan membuat saya rindu



A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates