Polemik yang banyak terjadi belakangan ini adalah fenomena dimana orang-orang kesal ditanya kapan menikah, kapan punyak anak, kapan punya anak lagi, kapan punya cucu, kapan punya cucu lagi dst. dsb. Pertanyaan-pertanyaan ini banyak muncul terutama dalam acara-acara keluarga macam arisan, pernikahan saudara, acara keagamaan, pokoknya acara kumpul-kumpul pada umumnya.
Yang bertanya ya para om dan para tante, para sepupu, dan para saudara jauh. Entah karena memang peduli karena si korban belum menikah (contoh korban: saya) atau karena memang kemampuan berbasa basi mereka hanya sebegitu saja. Padahalnya mereka paham betul kalau misalnya korban baru saja putus cinta (tapi ditodong kapan kawin) atau korban baru saja menikah bulan lalu (tapi diteror kapan punya anak, lu kira dia lalat buah yang bisa bereproduksi dalam jangka waktu 24 jam?!)
Saya (dalam hal ini berperan sebagai korban, hiks) sukurnya tidak menganggap pertanyaan ini mengganggu. Karena menurut hemat saya, sangat wajar mereka bertanya kapan saya menikah. Kan saya belum menikah. Kecuali kalau mereka bertanyanya kapan saya jadi jendral, itu baru mengganggu karena agak terlalu off side sih pertanyaannya.
Permasalahannya, manusia kan tidak diciptakan sama. Ternyata banyak sekali orang yang terbebani dengan pertanyaan ini. Ujung-ujungnya membuat sedih, depresi, dan permusuhan dalam keluarga. Semacam Captain America: Civil War. Para Tante membentuk persekutuan untuk menggunjingkan kubu Tante yang lain. Para Om jadi ga bisa bebas ngopi bareng lagi karena nanti dianggap bergaul dengan geng yang tidak disukai istrinya. Duh ribet! Dunia rumah tangga memang kadang ribet bin ajaib. (eh ga paham juga, saya rumah aja ga punya apalagi tangga, apalagi suami!)
Untuk menghindari perpecahan keluarga yang lebih jauh, daripada membahas (dan mempertanyakan) kapan wisuda, kapan kawin, kapan beranak, sebenarnya ada beberapa topik yang jauh lebih hot untuk dipergunjingkan dan dijamin jauh lebih bermanfaat dan mudah-mudahan tidak memecah belah persatuan keluarga.
Disclaimer: topik-topik berikut ini sudah saya ujicobakan kepada The Sadras (Ini adalah nama panggung keluarga kami, diambil dari nama Alm kakek, I Nengah Sadra). Dan sejauh mata memandang dan lautan membentang, sebanyak 3 generasi (menuju gen 4) hasil uji coba berhasil dengan baik.
Beberapa topik yang bisa dipergunjingkan dengan seru tersebut adalah:
1. Pengetahuan tentang Vaksinasi COVID-19
Semua pasti sepakat kalau pandemi Covid-19 ini adalah topik yang sangat seksi dan hot untuk dipergunjingkan sejagat semesta raya planet bumi ini. Dari nenek saya (yang juragan dodol itu) sampai si Raka (adik sepupu yang baru SD kelas satu tapi ga sekalipun paham rasanya masuk kelas gegara sekolah online) pasti punya pandangan dan argumentasi sendiri tentang per-covid-an ini. Dampaknya ketika kami (yang 90% kerja hotel jadi tak lagi bergaji penuh), ketika para sepupu tak sebegitu bangga menjadi sarjana karena sudah paham akan kesulitan mencari kerja, ketika para tante uring-uringan gegara harga cabai lebih mahal daripada harga skincare.
Lalu muncul segala teori konspirasi tentang covid contohnya semacam virus covid buatan lab di Wuhan, sengaja di buat oleh Bill Gates untuk memperkaya diri dan lebih berkuasa, sebagai senjata biologis pemusnah massal, dan banyak teori absurd lainnya. Yang terbaru tentu saja kalau vaksin dibuat untuk menanam chip dalam tubuh manusia jadi mau ngapain aja bisa terdeteksi. Bahkan numpang berak di SPBU jalur pantura sampai George Soros bisa lihat! Sakti ga tuh!
Nah, daripada bahas topik basi, si Winda kapan kawin, kan lebih baik bahas apakah perlu atau tidak kita di vaksin. Tulisan ini bukan untuk memaksa kalian setuju di vaksin ya, selama tidak diharuskan oleh negara kenapa saya memaksa kalian kan. Tetapi sebagai contoh bahasan kami di WAG dan saat kumpul keluarga adalah kenapa lebih baik di vaksin. Lalu kami juga mengobrolkan bagaimana sih cara daftanya? Apakah lewat instansi tempat kerja, kepala lingkungan, RT/RW atau lewat organisasi yang sedang menggiatkan vaksin, atau malah ada keluarga om tante yang lebih mapan memilih vaksin mandiri.
Kami bahas panjang lebar berbagi pengalaman cara daftar online di aplikasi Peduli Lindungi, membantu para tetua yang kurang paham untuk install dan daftarkan mereka. Lalu berbagi efek setelah vaksin dan cara mengurangi efeknya. Misalnya dengan makan makanan sehat, minum air putih, mengurangi begadang dan shift malam, bahkan kami juga bahas nanti saat antre vaksin jangan lupa bawa air minum, HP yang sudah di charge penuh dan headset (jadi bisa nunggu sambil nonton tiktok atau cuplikan episode Ikatan Cinta).
Kami berbagi keragu-raguan, apakah kalau punya penyakit rematik bisa di vaksin. Apakah nenek yang punya komplikasi diabetes dan jantung boleh divaksin. Kami berbagi informasi, meluruskan isu-isu yang kami paham salah dan saling menyemangati. Selalu kami akan berujung pada, nanti di tempat vaksin banyak bertanya sama petugas. Atau sebelum vaksin kita konsultasi sama dokter puskesmas aja dulu!
2. Edukasi BPJS Kesehatan
Kalau keluargamu adalah keluarga sultan atau politisi senayan, mungkin topik ini bisa langsung dilewatkan. Tapi, kalau masih beli rumah dengan pinjam uang di Bank atau LPD, ini bisa jadi topik yang juga hot dan relevan untuk di bahas di acara kumpul-kumpul keluarga.
Jangankan Om dan Tante, banyak dari kita yang memandang rendah BPJS Kesehatan kan. Ngaku deh. Karena antrenya lama, karena obatnya obat generik dan karena dilayani tidak sepenuh hati oleh tenaga kesehatan dan lainnya. Trus, kalau sudah jelek begini, apalagi yang mau dibahas kan.
Hei kalian, bukankah prinsip dasar pergunjingan adalah semakin buruk, semakin nikmat. Semakin penuh intrik semakin menarik. Itu alasannya pernikahan Atta-Aurel trending mulu kan, karena banyak kekurangan di mata netijen. Kalau baik-baik saja macam nikahan Tasya Farasya kurang afdol dipergunjingkan. Duh, fokus Winda, Fokus!!!
Balik lagi ke BPJS Kesehatan.
Tahukah kamu kalau dengan BPJS Kesehatan kamu bisa berobat gratis untuk penyakit-penyakit kronis yang sebagian besar tidak ditanggung asuransi kesehatan tanggungan kantor? Mulai dari kemoterapi untuk kanker sampai operasi besar semacam bypass jantung juga ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Siapa yang rentan dengan penyakit-penyakit ini, Om dan Tante yang sudah mulai berumur kan? Daripada bahas si Winda yang umurnya sudah 30++ ga kawin juga, bukankah lebih baik membahas caranya berobat dengan BPJS Kesehatan?
Tahukah kamu kalau BPJS Kesehatan juga merupakan system yang lebih baik karena bisa mengurangi (dengan signifikan) tindak tanduk "main mata" antara dokter dan makelar obat sehingga si dokter makin kaya dan pasien makin merana? Ini saya paham dari kawan-kawan saya yang dokter juga. Contoh si Winda, kemarin dia bisul, diresepkan minum antibiotik 200mg sebanyak 2 kali sehari. Jaman sebelum BPJS Kesehatan, dokter akan meresepkan merek obatnya. Kenapa, karena dari hasil main mata dengan kang obat, kang dokter ini dapat reward kalau menggunakan produk obat dari perusahaan obat cap kuku macan. Meski ada obat dengan harga lebih ekonomis dan kandungan obat sama, kang dokter ga peduli, yang dikejar ya reward jalan-jalan ke Skandinavia bersama keluarga. Dengan BPJS hal ini sulit untuk dilakukan karena sudah dibuatkan regulasinya. Kapan-kapan kalau saya ada mood saya tanya lagi kawan dokter saya ya.
Nah, di kumpul-kumpul keluarga, bisa kita bahas apakah om tante, sepupu dan ponakan sudah paham alur berobat BPJS agar tidak frustasi sendiri? Atau tips dan trik kapan saatnya menggunakan BPJS dan kapan saatnya menggunakan asuransi yang dibayari oleh perusahaan.
Bahas begianian bisa berjam-jam sendiri lho!
Belum lagi ajarin mereka install applikasi mobile JKN. Dah pasti mereka akan lupa untuk nanya si Winda kapan kasi cucu!.
3. Cara melakukan lapor SPT tahunan
Meskipun penghasilan berkurang dan nyaris menghilang, kewajiban lapor pajak tahunan masih tetap berjalan untuk semua umat manusia yang mencari nafkah di bumi Indonesia. Suka tidak suka, proses ini tetap harus dilakukan. Mau sebenci apapun, kalau masih jadi jongos macam si Winda ini segala penghasilan pasti di potong pajak.
Lalu, pernahkah kalian bertanya pada om tante, sepupu dan saudara bagaimana mereka melapor pajaknya? Atu at least sudahkah mereka melapor pajaknya? Tahukah kalian (dan mereka) kalau melapor pajak bisa dilakukan secara daring?
Sekali lagi, kalau kalian dari keluarga sultan atau politisi senayan, mungkin topik ini agak kurang relevan. Karena mungkin saja karena harta dan penghasilan terlalu melimpah jadi pusing masukin angkanya dan terpaksa harus bayar jasa konsultan pajak (dengan tarif minimal 2jt per SPT, ini juga konsultannya yang sudah kasi tarif ultra ekonomis, harga covid)
Tapi kalau masih mengisinya form 1770S atao 1770SS, masih bisa lah isi-isi sendiri lewat situs online DJP. Pembahasan tentang topik ini dalam pergunjingan keluarga biasanya bisa sampai nyerempet ke urusan pinjam uang di Bank! Kalau urusan kredit di bank begini pasti menarik untuk di bahas! Apalagi kalau kamu sampai bisa menjelaskan tarif pajak penghasilan tanpa NPWP bisa sampai 20% lebih tinggi daripada kalau punya NPWP, dan tarif pajak penghasilan UMKM hanya 0,5% saja belum lagi pemahaman kalau setiap wajib pajak itu punya account representative masing-masing yang bisa kita hubungi langsung. Detailnya bisa kita dapatkan kalau kita login ke account pajak kita! Dijamin, siapa yang peduli kalau si Winda belum bawa pacar kerumah.
4. Pengetahuan Dasar tentang UU Ketenagakerjaan
Sebagian besar pembaca artikel ini sudah bekerja atau sedang mempersiapkan diri untuk bekerja.
Di banyak sekali cerita, kita tidak paham apakah kontrak kerja yang ditawarkan pada kita itu sah secara hukum atau abal-abal. Bukan sepenuhnya salah kita, saya juga di awal-awal tidak mengerti. Jangankan undang-undang ketenagakerjaan, saat itu mikirnya bisa diterima kerja saja sudah sukur.
Coba deh ngobrol dengan sepupu-sepupu tentang cara menghitung uang pesangon menurut undang-undang. Atau tentang siapa saja yang boleh atau tidak boleh diberikan masa percobaan atau probation. Oh, atau yang lebih menarik tentang cara penghitungan uang tunjangan hari raya yang muncul setahun sekali.
Oh apalagi kalau sudah bisa nyerempet-nyerempet tentang upah minimum dan bahas sedikit-sedikit tentang logika sederhana penghitungan kenaikan gaji tahunan. Pembahasan tentang asuransi kesehatan di perusahaan kakak sepupu dibandingkan dengan asuransi kesehatan yang baru saja dipilihkan perusahaan untuk kita. Kelebihan dan kekurangannya, dan hal mana yang bisa diakali dengan BPJS Kesehatan. Sedikit tetap bisa julid, tetapi lebih kaya informasi kan.
Belum lagi kalau membahas tentang banyaknya hotel besar yang dulunya mentereng dan bertarif ribuan dolar tapi melakukan PHK berjemaah. Apakah hal ini dibenarkan secara undang-undang, dan bagaimana sebenarnya pendekatan yang lebih baik. Jangankan para adik sepupu yang akan cari kerja, Om Tante yang sudah jauh lebih berpengalaman makan asam garam pare gula kehidupan (asin asin pahit asin maksudku) pasti akan dengan senang hati berbagi pengalaman mereka.
Daripada membahas si Winda telat nikah, topik ini lebih berfaedah!
5. Pengetahuan Dasar Mengelola Keuangan Keluarga agar Terhindar Pinjol dan Lintah Darat
Saat kumpul keluarga, pernah ga sih membahas tentang SMS penipuan yang sering sekali kita terima? Mulai dari menang undian bank BRI (padahal ga punya rekening BRI) sampai tawaran untuk check out keranjang belanja shopee secara gratis (ini terlalu menggiurkan sebenarnya). Kalaupun dibahas biasanya sambil lucu-lucuan ya.
Bagaimana dengan pinjaman online (Pinjol)?
Itu lho SMS yang menawarkan pelunasan kartu kredit, atau kredit tanpa agunan (biasanya dengan embel-embel halal) dan bunga ringan. Mungkin banyak yang menganggap buat apa membahas topik ini? Lagi-lagi untuk membangun kesadaran tentang bahayanya pinjol. Coba deh pancing para tetua bercerita tentang lintah darat, pasti mereka punya bejibun contoh.
Sistem bunga berbunga lah, sistem anak beranak lah, bunga diatas 10%, debt collector dengan kekerasan. Kalau jaman lintah darat, kekerasannya fisik, bisa mendatangi kerumah sampai gebukin babak belur. Kalau Pinjol mainnya psikis, teror online ke semua teman dan kerabat menyebarkan aib. Duh, mengerikan.
Di masa pandemi begini tawaran lintah darat dan pinjol bisa menjadi sangat menggiurkan dan nampak pilihan tercepat dan termudah. Tapi apakah itu yang terbaik? Tentunya tidak. Tapi bagaimana adik sepupu yang baru mulai bekerja paham beginian kalau kita tidak saling berbagi cerita kan?
Kalau saat arisan sibuknya menggunjingkan si Winda yang lama-lama jadi perawan tua kan lebih baik menggunjingkan Pinjol dan Lintah darat yang menjebak.
Seletah membaca ini, pasti akan merasa "dih, aneh banget tulisan ini. Ya kali acara kumpul keluarga bahas beginian". Memang banyak topik lain sih yang bisa di bahas misalnya cara memasak tape singkong yang manis tanpa gula. Atau cara memasang alis yang cepat dan akurat.
Mana saja boleh sih, selama bermanfaat bagi orang banyak.
Bosan lah tanya orang kapan kawin melulu. Nanti kalau kawin kan pasti dikabari, masih keluarga ini. Kecuali pegel dengerin ceramah kapan kawin akhirnya ngambek dan kawin lari biar sehat.
Apalagi kalau ditanya kapan beranak, masa urusan ranjang orang diumbar-umbar. Situ suka urusan ranjangnya diintipi melulu yang ada ketar ketir ga enjoy ga bisa berproduksi! Toh nanti kalau jabang bayi jadi kan pasti dikabari, masih keluarga ini.
Kenapa saya tulisnya khusus acara keluarga? Bagaimana dengan dengan teman? Sayangnya kita orang Indonesia tidak bisa menghindar begitu saja dari keluarga. Ada adab, adat dan nama baik orang tua yang harus dijaga. Ada sopan santun yang harus dijunjung. Dan sayangnya juga kita tidak bisa memilih siapa om tante dan sepupu-sepupu kita, tapi kita masih bisa memilih siapa yang menjadi teman-teman kita.
Kalau ada topik panas lain yang bisa digunjingkan di acara keluarga, sini coba bisikin ke saya!
 |
Sumber photo: https://www.pexels.com/photo/text-5938722/ |
| |
|