Bagaimana Kalau Kamu Menghina Agamaku?
Suatu hari seseorang bertanya padaku:
Q: Apa Agamamu?
Aku : Untuk apa kamu perlu tau agamaku?
Q:
agar aku lebih berhati-hati saat bicara denganmu sehingga kau tak merasa aku
menyinggung atau menghina agamamu.
Aku: tak usah ragu ketika bicara padaku.
Tak perlu bingung untuk tahu apa agamaku. Agama apapun itu aku rasa agama sangat
mulia sehingga tak ada satupun makhluk yang bisa menghinanya. Pun dengan Tuhan,
Tuhanku atau Tuhanmu, Tuhan kita sangat agung dan maha segalanya, tak perlulah
dia dibela. Tak ada yang bisa menyakitinya atau menghinanya. Dia maha mulia.
Q:
Tapi jaman sekarang makin banyak manusia yang suka menistakan Agama.
Menginjak-injak ajaran agama.
Aku: Ah, mungkin cara pandang kita
berbeda. Aku tak pernah menganggap agamaku nista, kalaupun ada yang beranggapan
begitu, biar saja, itu hanya karena mereka tidak tahu. Seperti aku bilang tadi,
aku rasa semua agama itu mulia. Tidak ada yang nista, lalu kenapa harus
terluka.
Q:
kamu yakin kamu tidak marah kalau Agamamu diinjak-injak?
Aku: Sering orang-orang nyinyir tentang
agamaku, lalu apa aku marah? Buat apa marah, ketika kita sadar bahwa yang nista
bukanlah agama. Yang ada adalah kita manusia terbatas mampunya. Mampu untuk
memahami, mampu untuk sabar. Bukankah belajar agama adalah belajar menjadi
makhluk mulia? Makhluk yang penuh sabar, toleransi dan welas asih? Lalu buat
apa marah? Marah itu adalah ketika ada manusia lain yg tega menyakiti
sesamanya. Marah itu adalah ketika ada manusia yang merusak alamnya, marah itu
adalah ketika sesama manusia bebal akal budinya.
Q: berarti
kamu tidak benar-benar mencintai agamamu?! Sama seperti seandainya orang tuamu
dihina, apakah kamu diam saja??
Aku: bukankah cinta tidak ada
takarannya? Jadi aku memang tak tahu benar seberapa aku mencintai agamaku. Sama
seperti kedua orang tuaku, orang tua dan agama, aku mengenal mereka sejak
sebelum aku membuka mata. Agama dan orang tua ada di setiap perbuatanku.
Bukankah prilaku seorang anak mencerminkan hasil didikan orang tuanya? Bukankah
prilaku seorang manusia menggambarkan kuat ilmu agamanya? Apakah itu bukan
cinta? Aku hanya manusia biasa, pasti aku sebal dan akan marah jika ada yang
menghina kedua orang tuaku, tetapi kalau itu tidak benar, bukankah aku tinggal
menjelaskannya saja? Kalau memang mereka tetap tidak percaya, apalah dayaku
yang hanya manusia biasa? Tentu aku menempuh jalan manusia, mengikuti aturan
yang ada. Lapor ke polisi, gugat ke pengadilan. Aku pikir itulah jalan manusia
yang berbudaya. Tapi lagi-lagi aku katakan, bahkan orang tuaku-pun hanya
manusia biasa yang kadang punya salah dan hina, bukan maha mulia. Kalaupun ada
yang tak suka mereka atau tak suka aku ya wajar saja. Jangankan manusia biasa,
Nabi, Kristus, Sri Krisna, Sang Buddha juga ada yang tak suka.
Q:
Lalu apa yang akan kamu lakukan jika ada yang menghina agamamu?
Aku: kalau tentang menghina, tentu aku
akan menjelaskan. Menulis apa yang bisa aku sampaikan. Dan memintanya untuk
meminta maaf. Kalau memang dia tidak mau, ya kembalikan ke jalan agama.
Bukankah setiap manusia menanggung karmanya?
Q:
Bagaimana kalau orang itu merusak atribut agamamu?
Aku: Perusakan tentu berkaitan dengan
hukum. Tinggal selesaikan dengan cara-cara beradab. Tak perlu saya harus
teriak-teriak mengancam membunuh ini itu atau bahkan malah ikut-ikutan merusak
dan menjelekkan mereka. Agama tidak pernah mengajarkan itu. Dan, kalau kita
bereaksi tak berakal budi, lalu apa bedanya kita dan mereka yang menghina itu?
Q:
Kenapa kamu tak mau berjuang demi agamamu? Kenapa kamu tak mau berkorban demi
agamamu?
Aku: Perjuangan apa yang kau maksud
kawan? Kalau perjuangannya adalah berbalik menghina orang lain, merusak
lingkungan, mencaci sesama dan mengatakan itu pembelaan mati-matian kita demi
agama, bukankah itu artinya bahwa kita sedang menghina agama kita sendiri? Merendahkan
kesucian agama kita sendiri? Sehingga yang orang lain katakan tak lagi fitnah,
tetapi nyata bahwa kita sebagai penganut agama kita, menghancurkan semua kebajikan
yang diwariskan?
Q:
Kamu terlalu banyak alasan! Kamu memang bukan manusia taat beragama!
Aku: Kawanku, ijinkan aku bertanya.
Apakah gerakan yang kau sebut perjuangan ini adalah untuk membela agamamu, atau
sebenarnya membela ego-mu? Karena yang aku yakini, agama itu sangat mulia, dan
tuhan itu maha segalanya sehingga tak perlu kita bela. Beliaulah yang membela
kita dari semua mungkar dan dosa dunia.
Q:
Lalu, apa agamamu?!
Aku: biarlah aku dan orang HRD saja yang
tahu, untuk pembayaran THR tepat waktu! Hahahaha….
P.S. Jangan
serius melulu… semoga kita semua berbahagia..
Ada Bakat ..
ReplyDelete