Thursday, November 3, 2016

Suatu hari seseorang bertanya padaku:

Q: Apa Agamamu?

Aku : Untuk apa kamu perlu tau agamaku?

Q: agar aku lebih berhati-hati saat bicara denganmu sehingga kau tak merasa aku menyinggung atau menghina agamamu.

Aku: tak usah ragu ketika bicara padaku. Tak perlu bingung untuk tahu apa agamaku. Agama apapun itu aku rasa agama sangat mulia sehingga tak ada satupun makhluk yang bisa menghinanya. Pun dengan Tuhan, Tuhanku atau Tuhanmu, Tuhan kita sangat agung dan maha segalanya, tak perlulah dia dibela. Tak ada yang bisa menyakitinya atau menghinanya. Dia maha mulia.




Q: Tapi jaman sekarang makin banyak manusia yang suka menistakan Agama. Menginjak-injak ajaran agama.

Aku: Ah, mungkin cara pandang kita berbeda. Aku tak pernah menganggap agamaku nista, kalaupun ada yang beranggapan begitu, biar saja, itu hanya karena mereka tidak tahu. Seperti aku bilang tadi, aku rasa semua agama itu mulia. Tidak ada yang nista, lalu kenapa harus terluka.

Q: kamu yakin kamu tidak marah kalau Agamamu diinjak-injak?

Aku: Sering orang-orang nyinyir tentang agamaku, lalu apa aku marah? Buat apa marah, ketika kita sadar bahwa yang nista bukanlah agama. Yang ada adalah kita manusia terbatas mampunya. Mampu untuk memahami, mampu untuk sabar. Bukankah belajar agama adalah belajar menjadi makhluk mulia? Makhluk yang penuh sabar, toleransi dan welas asih? Lalu buat apa marah? Marah itu adalah ketika ada manusia lain yg tega menyakiti sesamanya. Marah itu adalah ketika ada manusia yang merusak alamnya, marah itu adalah ketika sesama manusia bebal akal budinya.

Q: berarti kamu tidak benar-benar mencintai agamamu?! Sama seperti seandainya orang tuamu dihina, apakah kamu diam saja??

Aku: bukankah cinta tidak ada takarannya? Jadi aku memang tak tahu benar seberapa aku mencintai agamaku. Sama seperti kedua orang tuaku, orang tua dan agama, aku mengenal mereka sejak sebelum aku membuka mata. Agama dan orang tua ada di setiap perbuatanku. Bukankah prilaku seorang anak mencerminkan hasil didikan orang tuanya? Bukankah prilaku seorang manusia menggambarkan kuat ilmu agamanya? Apakah itu bukan cinta? Aku hanya manusia biasa, pasti aku sebal dan akan marah jika ada yang menghina kedua orang tuaku, tetapi kalau itu tidak benar, bukankah aku tinggal menjelaskannya saja? Kalau memang mereka tetap tidak percaya, apalah dayaku yang hanya manusia biasa? Tentu aku menempuh jalan manusia, mengikuti aturan yang ada. Lapor ke polisi, gugat ke pengadilan. Aku pikir itulah jalan manusia yang berbudaya. Tapi lagi-lagi aku katakan, bahkan orang tuaku-pun hanya manusia biasa yang kadang punya salah dan hina, bukan maha mulia. Kalaupun ada yang tak suka mereka atau tak suka aku ya wajar saja. Jangankan manusia biasa, Nabi, Kristus, Sri Krisna, Sang Buddha juga ada yang tak suka.

Q: Lalu apa yang akan kamu lakukan jika ada yang menghina agamamu?

Aku: kalau tentang menghina, tentu aku akan menjelaskan. Menulis apa yang bisa aku sampaikan. Dan memintanya untuk meminta maaf. Kalau memang dia tidak mau, ya kembalikan ke jalan agama. Bukankah setiap manusia menanggung karmanya?

Q: Bagaimana kalau orang itu merusak atribut agamamu?

Aku: Perusakan tentu berkaitan dengan hukum. Tinggal selesaikan dengan cara-cara beradab. Tak perlu saya harus teriak-teriak mengancam membunuh ini itu atau bahkan malah ikut-ikutan merusak dan menjelekkan mereka. Agama tidak pernah mengajarkan itu. Dan, kalau kita bereaksi tak berakal budi, lalu apa bedanya kita dan mereka yang menghina itu?

Q: Kenapa kamu tak mau berjuang demi agamamu? Kenapa kamu tak mau berkorban demi agamamu?

Aku: Perjuangan apa yang kau maksud kawan? Kalau perjuangannya adalah berbalik menghina orang lain, merusak lingkungan, mencaci sesama dan mengatakan itu pembelaan mati-matian kita demi agama, bukankah itu artinya bahwa kita sedang menghina agama kita sendiri? Merendahkan kesucian agama kita sendiri? Sehingga yang orang lain katakan tak lagi fitnah, tetapi nyata bahwa kita sebagai penganut agama kita, menghancurkan semua kebajikan yang diwariskan?



Q: Kamu terlalu banyak alasan! Kamu memang bukan manusia taat beragama!

Aku: Kawanku, ijinkan aku bertanya. Apakah gerakan yang kau sebut perjuangan ini adalah untuk membela agamamu, atau sebenarnya membela ego-mu? Karena yang aku yakini, agama itu sangat mulia, dan tuhan itu maha segalanya sehingga tak perlu kita bela. Beliaulah yang membela kita dari semua mungkar dan dosa dunia.

Q: Lalu, apa agamamu?!

Aku: biarlah aku dan orang HRD saja yang tahu, untuk pembayaran THR tepat waktu! Hahahaha….



P.S. Jangan serius melulu… semoga kita semua berbahagia..

1 comments:

A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates