Satu Dekade, Satu Cerita
10 tahun, banyak ini itu yang terjadi,10 tahun dan aku ingin bercerita. Cerita tentang cinta.
10 tahun, dan yang paling sulit adalah jarak. Ketika kamu tak bernah bisa menutup jarak diantara kita. Sulit rasanya bisa tetap waras untuk menunggu waktu bertemu. Sebulan belum tentu, pernah 4 bulan menahan rindu. Bahkan pernah sampai 9 bulan lamanya menunggu. Meskipun 1 dekade berlalu, jarak selalu ada disitu.
10 tahun, dan yang paling menyebalkan adalah saat kamu tak punya waktu. Terlalu sibuk dengan pekerjaan dan tanggungjawab sedangkan aku terlalu keras kepala dan menuntut kamu memperhatikanku. Semua perdebatan biasanya berawal dari situ. Ketika kamu tertidur saat masih bicara denganku di telepon. Saat kamu tak antusias membalas ceritaku karena kamu terlalu lelah menjalani hari di kantor yang tak menentu, dan selalu aku seperti anak-anak yang merajuk tak tentu.
10 tahun, dan yang paling seru adalah jalan-jalan. Cerita kita saat melihat tempat baru, dan terutama menikmati pantai-pantai cantik nan biru. Berdua perjalanan jadi lebih seru, dan kita selalu menanti itu. Belum banyak memang yang kitai berdua tau, tapi ini kesempatan untuk merencanakan perjalanan baru. Bali, Lombok, Jakarta, Jogja, Semarang, Labuan Bajo, Komodo, Moyo, Sumbawa, Belitung, dan pulau-pulau kecil disekitar semua pulau itu. Semua membuat kita bahagia.
10 tahun, dan yang paling membuat rindu adalah duduk berdua di malam minggu. Entah menonton TV saja di rumah, atau makan ke pasar senggol dan sesekali makan malam di restoran yang agak mahal. Tak jarang duduk berdua di kaki lima, atau sekedar tertawa karena tak jelas apa. Semua aku suka, semua membuat rindu.
10 tahun, dan yang paling membuat hati tak menentu adalah ketika kamu kembali ke pulau seberang itu. Bukan karena cemburu. Samasekali tak ada ragu. Hanya saja, memikirkan kamu menempuh beribu kilometer demi bisa bermalam minggu bersamaku. Cukup membuat ketar-ketir menunggu. Tapi itulah resiko memutuskan bersamamu.
10 tahun, dan yang paling membuat gembira adalah semua kejutan dan hadiahmu. Segala yang kamu usahakan untuk aku. Semua yang kamu kerjakan agar aku bahagia dan tertawa. Mulai dari sepatu yang kamu pesan khusus untuk aku, laptop pertama dalam hidupku, Permen Bertie Botts segala rasa, buket bunga tanda cinta, novel-novel kesukaanku, sampai hal-hal yang bahkan dalam mimpipun aku kadang ragu Luna, Ovie, dan semua yang kita berdua sepakati kini. Kamu memang paling tahu membuatku bahagia.
10 tahun, dan yang paling aku tunggu adalah kabar darimu. Kabar bahwa kamu sudah sampai kantor dan sarapan gorengan tahu. Kabar bahwa kamu akan menonton film kesukaanmu dan lari terburu-buru mengejar waktu. Kabar bahwa kamu mendapat surat tugas menghadiri seminar di Bali selama seminggu. Dan tentu yang paling aku tunggu bahwa kamu akan pulang di akhir minggu.
10 tahun, dan paling aku kagum adalah baik hatimu. Tak hanya kamu pintar ini itu, tapi hatimu jauh melebihi kepintaran dan egomu. Menyayangi keluargaku dan keluargamu tanpa mengeluh. Membagi rejekimu kepada mereka yang perlu. Dan mendukung ide gilaku untuk beasiswa kakak asuh. Sebenarnya dari kamu aku belajar tentang keikhlasan. Dari kamu aku belajar kebaikan hati, belajar ketulusan, dan tentu saja dari kamu aku belajar kesabaran.
10 tahun, dan yang paling membuat aku cinta adalah caramu menghadapi aku. Tak pernah habis sabarmu menghadapi kebodohan, kecerobohan dan aku yang berkepala batu. Kadang aku saja kesal pada diriku. Tapi entah karena apa, kamu tetap cinta. Mungkin karma baikku di kehidupan dahulu terlalu banyak hingga layak dicintai kamu.
10 tahun, dan yang paling mudah adalah jatuh cinta dan tetap tergila-gila. Inilah bagian paling mudah dalam kisah cinta kita. Memang tak semua orang percaya, tapi memang benar, aku bercerita apa adanya. Sangat mudah untuk selalu jatuh cinta pada kamu setiap hari. Sangat mudah untuk merindukanmu setiap hari. Semudah bernapas.
10 tahun dan aku semakin jatuh cinta.
Terimakasih bulan Oktober 10 tahun yang lalu.