Friday, May 27, 2016

Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia” – Nidji

Bermimpilah karena tuhan akan memeluk mimpi – mimpimu” – Andrea Hirata

Semua berawal dari sebuah novel yang berkisah tentang anak-anak kampung yang tak pernah hilang semangat untuk belajar meskipun sekolah mereka 11-12 kalau dibandingkan dengan kandang kambing. Dari mereka saya banyak belajar tentang mimpi, cita-cita dan cinta. Dari mereka juga saya mengenal sebuah pulau yang belakangan saya tau sangat indah. Pulau Belitung namanya.

Bertahun-tahun menggantung mimpi agar dapat teraih, menabung meski uang tabungan kadang habis terpakai untuk ini itu dan kembali lagi menabung dari 0. Tapi tak sekalipun menyurutkan niat untuk menginjakkan kaki di negeri penghasil Timah ini. Hingga akhirnya Tuhan menjawab mimpi-mimpi saya. Saya diijinkan untuk berkunjung ke tanah di ujung timur Pulau Sumatra.

Belitung saya kunjungi selama 4 hari dari tanggal 7 – 10 Mei 2012. Dari akhir tahun lalu memang sudah meniatkan ke Belitung, kalau tertarik tentang detail persiapan dan pengeluaran boleh dibaca di post saya sebelumnya atau klik disini.

Sekarang, saya ingin bercerita tentang indahnya Belitung. Negeri Laskar Pelangi.

Perjalanan kali ini, buat saya lebih dari sekedar liburan. Trip ini buat saya adalah sebuat napak tilas, sebuah perjalanan yang sangat pribadi dan sarat emosi. Ya, saya adalah pecinta Novel seri Laskar Pelangi. Bahkan sudah tak terhitung lagi berapa x saya membaca mereka. Jangan heran kalau di perjalanan ini saya penuh haru.

Jadi inilah, rangkuman keindahannya:

Pantai Tanjung Pendam
Pantai ini terletak di kota Tanjung Pandan, aksesnya sangat gampang pun dengan tiket masuknya. Cukup Rp. 2.000,- per orang.

Kalau kata orang Tanjung Pandan, pantai ini adalah pantai gaulnya muda mudi disana. Memang sih di sepanjang pantai banyak kafe. Ada juga bebrbagai fasilitas permainan anak mulai dari ayunan sampai penyewaan odong-odong.

Garis pantainya cukup panjang, berpasih putih dan cocok untuk melihat sunset. Tapi kalau indahnya sih memang belum seberapa. Pantai berpasir putih pada umumnya lah.

Sunset di Pantai Tanjung Pendam


Vihara Dewi Kwan Im
Dalam perjanan ke Museum Kata, bisa sekalian mampir sebentar ke Vihara ini. Menurut cerita teman kami yang orang Belitung, 2/3 dari penduduk pulau ini adalah etnis Tionghoa. Tak heran, banyak vihara-vihara cantik di seluruh pulau. Salah satunya adalah Vihara Dewi Kwan Im


Vihara ini masih dalam tahap pembangunan, mereka membangun patung Dewi Kwan Im yang cukup besar di atas bukit. Yakin pasti setelah selesai tempat ini akan menjadi alternative wisata yang menarik.

Ketika saya berkunjung, kebetulan memang sedang ada sekelompok umat yang bersembahyang, kami beruntung sempat melihat ritual mereka. Ah, memang saya mensyukuri semua perbedaan. Kalau tak berbeda, mana mungkin saya bisa melihat keindahan vihara.

Pantai Burung Mandi
Pertanyaan saya pertama x kepada Bang Jaka (Driver kami) adalah “Emang disana banyak burung mandi Bang?!” jawabannya tentu saja tidak! Hahaha…



Tapi memang pantai yang terletak hanya 5 menit dari Vihara Dewi Kwan Im ini terletak di desa Burong Mandi. Makanya namanya demikian. Seperti rata-rata pantai pada umumnya, Pantai ini berpasir putih, bersih dan tenaang… Coba saya punya lebih banyak waktu, pasti saya akan leyeh-leyeh sekalian tidur siang disana.

Atau kalau saya jadi anak kampung Burong Mandi, panti ini akan menjadi markas saya! Selain bersih, juga banyak pohon rindang. Jadi adem.

Pantai Burung Mandi yang tenang


Museum Kata Andrea Hirata
Ini adalah tujuan utama dari keseluruhan perjalanan saya. Inilah alasan saya jauh-jauh dari Bali, naik pesawat 2 x, transit berjam-jam di Jakarta.

Kisah inilah yang menginspirasi saya untuk tidak pernah berhenti bersyukur. Tak putus berbahagia dengan apa yang saya punya. Dan yang paling penting, novel ini mungkin adalah titik dimana saya berusaha “hidup untuk memberi sebanyak-banyaknya” seperti pesannya Pak Harfan.

Cerita yang tak akan pernah berhenti menginspirasi


Saya sangaat bersyukur, Bang Jaka sudah menjelaskan sebelumnya kalau Museum Kata akan tutup 2 hari lagi (tutup 10 Mei) untuk renovasi (kami kesana tanggal 8 Mei) dan memang setiba disana kami melihat pengumumannya. Kami berjanji pasti akan kembali untuk melihat Museum Kata yang baru.

Kata Dje: Aku berjanji mengajakmu kembali kesini. SWEET!!


Museum ini benar-benar membuat saya bahagia. Semua tentang cerita Laskar Pelangi. Cerita ketika semua berawal, sampai kini Laskar Pelangi telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa.

Laskar Pelangi dalam berbagai bahasa
Kecintaan saya pada karya Bang Ikal bahkan membuat saya tak sanggup lagi bercerita betapa bahagianya saya.

Saya Bahagia


Replika SD Muhamadiyah
Tak jauh dari museum, ada replica SD Muhamadiyah. Tempat awal dimana Ikal dan kawan-kawan Laskar Pelangi merangkai dan mengejar mimpi mereka.

Sekolahnya gini aja masih semangat, kita apa kabar?!


Kondisi sekolahnya, seperti gambaran di novelnya, ya rusak parah. Bukan barang baru sebenarnya. DI berbagai pelosok Indonesia sebenarnya sekolah macam ini bisa ditemukan dengan mudah. Yang membuat sekolah buruk ini menjadi indah adalah kisah di dalamnya. Kisah anak-anak Indonesia yang luar Biasa!

Kata Ikal: Aku beruntung ayahku mengirimku ke sekolah miskin ini.


Danau Kaolin
Kalimat yang tepat untuk menjelaskan tentang Danau Kaolin adalah: Ironically Beautiful. Indah memang tapi ironisnya keindahan ini tercipta dari kegiatan melukai bumi.

Ironically Beautiful 
Ya, danau kaolin tercipta dari pertambangan timah massive di Belitung. Tak hanya beberapa, tapi puluhan! Mungkin ratusan. Dimana galian bekas tambang timah tidak di tutup kembali. Jangan tanya Reklamasi, lha di tutup kembali saja tidak!

Danau Kaolin yang menjadi Objek Foto Prewed
Kagum dengan keindahannya tetapi sedih memikirkan kerusakannya. Kini ketika PN Timah sudah gulung tikar dan timah sudah tak lagi boleh ditambang, saya berharap agar Pariwisata di Belitung bisa berkembang. Tetapi semoga Pariwisata tidak semakin merusak pulau indah ini.

Pantai Tanjung Tinggi
Entah kejadian luar biasa apa yang melempar bebatuan setinggi gedung bertingkat ke pulau ini. Kalau katanya Dje mungkin karena dahsyatnya letusan Gunung Krakatau yang legendaris itu. Mungkin.

Batu-Batu di Pantai Tanjung Tinggi enak untuk tiduran
Tetapi gugusan batu ini membuat Pantai Tanjung Tinggi menjadi luar biasa Indah. Belum pernah saya melihat keindahan seperti ini. Pantai ini juga menjadi lokasi syuting Film Laskar pelangi. Ketika anak-anak SD Muhamaddiyah diajak oleh Bu Mus melihat indahnya Pelangi

Saya pikir saya di Surga

Island Hoping
Pada umumnya di daerah lain di seluruh Indonesia, Pulau Belitung juga dikelilingi pulau-pulau kecil yang Indah. Kami mengunjungi beberapa pulau hari itu.

Gugusan Batu Garuda – Gugusan bebatuan besar yang dari kejauhan seolah membentuk kepala garuda. Kita tidak bisa bersandar di Pulau ini karena dikelilingi terumbu karang yang cantik. Saya sangat bersyukur malah kita tidak usah bersandar sehingga tak perlu merusak terumbu karangnya.

Dibelakang kami itu Batu Garuda


Pulau Batu Berlayar – Pulau sangat kecil berpasih putih dengan gugusan batu besar. Penghuni pulau ini hanya sekeluarga bintang laut yang lucu!!

Pulau Batu Berlayar

Keluarga Bintang Laut, penghuni pulau Batu Berlayar

Pulau Pasir – Pulau ini panjangnya palingan hanya 5 meter dan lebar tak lebih dari 2 meter. Sesuai namanya, hanya pasir saja. Pulau ini hanya muncul saat air laut sedang surut. Kalau kami bilang, hanya takdir dan pasang surut air laut yang menentukan apakah kami bisa ke pulau ini. Hahaha..

Pulau Pasir, antara Takdir dan Pasang Surut Air Laut
Pulau Lengkuas – Paling besar diantara pulau-pulau sebelumnya. Di pulau ini ada sebuah mercusuar peninggalan jaman Belanda. Literally, karena Mercusuar ini dibangun pemerintah Kolonial tahun 1882 setinggi 65 meter dengan 16 lantai dan 313 anak tangga. Harus naik, karena dari atas, kita bisa melihat keindahan yang sebenarnya.

Pemandangan dari atas mercusuar


Pulau Kelayang – Pulau terakhir, hanya mampir untuk makan siang. Tetapi pulaunya cukup indah dan berpasir putih. Kalau cukup beruntung seperti saya, akan ketemu bintang laut berwarna putih (ini baru pertama kali saya lihat)

Bintang Laut Pulau Kepayang


Pasar Ikan Tanjung Pandan
Saya suka pasar, dan selalu suka pasar. Jadi, dengan sedikit dukungan dari Dje, pagi terakhir kami memutuskan ke Pasar Ikan Tanjung Pandan. Ini pertama kali saya berkunjung ke Pasar Ikan yang besar dan ramai!

Tapi pasar ini tak melulu ikan, seperti pasar pada umumnya, dibagian depan adalah pasar biasa yang menjual berbagai keperluan dari sayur hingga ember. Bagian belakang baru khusus bagian ikan.

Jualannya bermacam-macam. Mulai ikan tuna yang bisa ditemukan dimana-mana, udang, kerang, remis, kepiting, sampaaaiii…. Ikan Pari!! Telur Penyu!!! dan Hiu!!! Sedih sekali sebenarnya hewan2 terlindungi ini dijual bebas begitu saja.

Belum puas menikmati pesona indah pulau ini. Saya belum sempat ke Manggar, belum mampir ke pasar ikan di Manggar. Belum coba warung kopi di Manggar, belum ke lokasi Gedong, belum bertemu Bang Ikal.

Saya pasti kembali, beberapa tahun lagi.
Terimakasih Belitung, terimakasih menyambutku dengan cinta, membuat mimpi-mimpiku nyata.


Pasti akan kembali lagi

1 comments:

A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates