Aku Bahagia Kita Berbeda
Dia sukanya
babi,
Kamu sukanya
sapi,
Aku tak suka
makan daging
Lalu
bagaimana?
Tak apa,
kita masih bisa makan bersama. Dia makan babi guling, kamu makan rendang sapi.
Atau mungkin kita berbagi gado-gado saja.
Dia
sembahyangnya Minggu,
Kamu
sembahyangnya Jumat,
Aku
sembahyangnya pas bulan Purnama.
Lalu
bagaimana?
Tak apa,
kita bisa bersama di hari Sabtu ketika tak bulan Purnama.
Dia ke
tempat ibadah pakai dress,
Kamu ke
tempat ibadah pakai sarung,
Aku
sembahyangnya pakai kebaya.
Lalu
bagaimana?
Tak apa,
kita bisa tetap jalan-jalan menggunakan kaos pantai.
Dia bukunya
bahasa Inggris,
Kamu bukunya
bahasa Arab,
Aku bukunya
bahasa Sansekerta,
Lalu
bagaimana?
Tak apa,
kita selalu bisa bercerita dan curhat dengan bahasa Indonesia yang kita cintai.
Dia hari rayanya
pakai kalkun,
Kamu hari
rayanya pakai opor,
Aku hari
rayanya pakai betutu.
Lalu
bagaimanya?
Tak apa,
kita bisa saling berbagi kalkun, opor dan betutu. Atau, hei! Aku bisa
berkunjung ke rumah kalian saat hari raya!
Dia
jalan-jalannya ke Jerusalem,
Kamu
jalan-jalannya ke Madinah,
Aku
jalan-jalannya ke India.
Lalu
bagaimana?
Tak apa,
kita bisa menjelajah Indahnya Indonesia bersama!
Aku bahagia
kita berbeda,
Karena kalau
kita sama aku tak akan tau enaknya opor ayam dan gurihnya kalkun panggang.
Aku bahagia
kita berbeda,
Karena kalau
kita sama, tak akan ada yg bisa menggantikan aku bekerja saat aku berhari raya
Aku bahagia
kita berbeda,
Karena meski
berbeda, kita tetap saudara untuk berbagi segala cerita.
Aku bahagia
kita berbeda,
Karena meski
berbeda kita tetap saling cinta.
Tetaplah
berbeda,
Tetaplah
menjadi saudara yang membuat aku bangga.
![]() |
sumber foto: http://jalandamai.org/wp-content/uploads/2015/06/toleransi-agama.jpg |