Masa Paling Indah – Masa Sekolah Dasar: Part 1 – Belajar Sembahyang
Terlalu banyak hal menyenangkan
dan tak terlupakan terjadi saat saya SD. Bahkan hingga hari ini saya masih
ingat sebagian besar nama teman-teman sekelas saya. Kalau yang masih ingat nama
lengkapnya: Koman Evayanti, Ketut Suartini (Bobik), Ketut Dewi Astuti, Kadek
Srimas, Komang Sukayasa, Komang Ari Pasnaya, Linda Aristyana, Ketut Hartono,
Ketut Dedi Andika, Komang Ayu Dewi, Komang Permai Agustarini
Yang tidak ingat nama lengkapnya:
Dek Alo, Kundi, Mang Entok, Magun, Seri, Eka Yani, Mang Sepen, Dek Surya.
Not Bad lah, dari satu kelas yang
isinya kurang lebih 30 murid, saya ingat 19 nama! Hahaha..
Satu hal yang tiba-tiba saya
ingat ketika bicara tentang jaman SD adalah tentang sembahyang. Setiap pagi,
setelah pembersihan area sekolah dan sebelum jam pelajaran dimulai kami semua
akan berbaris sesuai dengan kelas masing-masing di depan padmasana (pura)
sekolah. Dimulai dari anak-anak kelas 1 di sisi paling timur sampai anak kelas
6 di sisi paling barat. Di tutup dengan jejeran Guru dan Pegawai yang berbaris
di belakang kami. Sekarang saya baru tau alasannya, biar kami sembahyangnya
tertib!!
Yang bertugas membawa canang
(sesajen) biasanya anak-anak kelas 6 secara bergiliran. Tidak sedikitpun kami
keberatan dengan tugas ini, malah si petugas canang ini biasanya akan sangat
bangga dan dengan senang hati mempersiapkan canang yang cantik untuk dibawa ke
sekolah.
Kemudian, dipimpin oleh Pak
Kepala Sekolah atau oleh Pak Guru Agama, kami secara serentak melakukan Puja
Trisandya (persembahyangan. Yang menarik
tentu saja saat kami semua, seluruh siswa, mengucapkan setiap bait mantra
dengan sangat bersemangat (kadang-kadang malah terlalu semangat! Hehehe…).
Begitupun dengan lagu dan nadanya, sangat khas SD kami!
Usai sembahyang, Pak Guru yang
memimpin akan mengambil tirta (air suci) untuk di-ketis (dicipratkan) kepada
kami semua. Nah, bayangkanlah antusiasme anak-anak SD yang berharap dapat
ketisan paling banyak! Biasanya anak-anak yang berbaris di deretan belakang
akan berteriak-terian “Paaaakkk.. belum kebagian, belum kebagiaaannn… “
Bagi saya, saat itulah pertama
kali saya belajar Puja Trisandya. Tidak pernah diajarkan di kelas, tapi saat
masih kelas 1 kami “terpaksa” mengikuti kakak-kakak kelas yang sudah jago dan
hapal. Baru kemudian saat kelas 2 atau 3 baru kami diajarkan arti masing-masing
bait mantra.
Menyenangkan sekali masa-masa
itu. Bahkan saya masih bisa ingat dengan jelas suasana pagi itu, padmasana yang
asri dikelilingi banyak pohon dan bunga dan dipagari oleh besi di cat warna
kuning.
Sumber foto: disini |
Salam peluk windaaa.... >;<
ReplyDeleteGreat bgt tulisannya...jdi inget jamannya SD,yhaa ampunn bgt yha masa kecilnya,penuh warna...
Btw, pas sembahyanknya aq ingetnya saat2 pak sujana mukul kk kelas yg maen2 di sembahyank...hahahah
Masih gak yhaa spe skrg tradisi ini??? Maksudnya tradisi sembahyank bersamanya...
Hahaha... Ditunggu tulisan-tulisan selanjutnya ya dek.. Masih ada beberapa
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete