Friday, October 11, 2013


Belakangan entah kenapa saya sering memikirkan pilihan-pilihan nama jika saya punya anak suatu hari nanti. Untuk anak perempuan rasanya ingin sekali menamai anak saya RATU. Ya RATU… konon katanya dalam cerita raja-raja, sang RATU bahkan lebih berkuasa daripada sang raja. Dan bukan rahasia lagi jika sang raja takut pada sang RATU. Yah semacam suami-suami takut istri saat ini. Nah itulah yang saya ingin dari anak saya kelak. Menjadi wanita yang kuat wanita yang berkuasa. Haha…

Tapi seperti biasa, Ibu pasti berkomentar. Dibalik segala kekonyolannya dan kekacauan yang kadang dia ciptakan, dia memberi nasehat urusan si RATU. Katanya dengan penuh keyakinan “Jangan namai anakmu RATU, nanti bisa-bisa dia jadi tidak bisa diatur dan keras kepala” tapi ya bodo amat, saya masih kekeuh menamai anak saya RATU. Tambahan kemudian ibu saya berkata “Mau ntar nasibnya anakmu macam grup band RATU, saling menghianati antar teman nanti dia itu” Waduh, makin tak percayalah saya karena nasehat ibu juga semakin kacau.

Nah, tiba-tiba ada lagi kasus RATU yang jauuuuhhh lebih heboh dari sekedar grup band RATU yang bubar jalan dan mempraharai rumah tangga masing-masing. Ini kasus datang dari kampung para jawara! Sang RATU dari negeri debus! Siapa berani, monggo adu makan api sama para jawara dari Banten. Kasusnya bukan kasus ecek-ecek, urusan korupsi, usuran Negara. Ngeri pokoknya.

Sebenarnya sih saya tidak terlalu mengikuti kasusnya apalagi turut menyumpahi sang RATU, saya tak tahu benar apa duduk perkaranya. Hanya saja saat wajah RATU muncul di TV saya langsung menarik kesimpulan “Waooooo, obat pemutin bu RATU mesti jagoan! Itu muka udah macam tembok!” dan sayapun setuju kalau dia namanya RATU, lha wong dia pemimpin para jawaran makan beling! Kurang sakti apa coba?! Mungkin hanya RATU Laut Selatan yang bisa menandinginya.

RATU ini juga nampaknya sangat soleha, beliau berjilbab! Seorang pemimpin yang menutupi auratnya. Bukankah dalam novel Laskar Pelangi Bu Mus pernah berkata bahwa menjadi pemimpin itu adalah tugas yang mulia, pasti didoakan oleh rakyatnya. Coba cek dalam upacara bendera pasti dalam doanya “berkatilah para pemimpin kami”. Bu Mus memang benar, RATU memang jagoan, sudah soleha plus didoakan oleh rakyatnya.

Tapi sayangnya bu RATU yang cantik ini tak patut ditiru. Karena kasus-kasunya yang semakin membuat para jawara geleng geleng kepala. Ah sudahlah biarlah bu RATU diadili oleh para punggawa KPK, mereka akan lebih paham apa yang selayaknya diterima bu RATU.

Hanya saja sekarang rasanya tak lagi menggebu untuk menamai anak saya RATU. Kurang greget saja rasanya. RATU sudah tercemar urusan – urusan kotor, entah apakah tangan sang RATU ikut kotor atau tidak. RATU terkontaminasi urusan – urusan kosmetik dan lupa nasib para jawaranya yang tidak diberi akses jalan dan listrik.

Tidak apalah namanya bukan RATU atau bolehlah namanya RATU asalkan kasus RATU yang satu ini sudah mulai terlupa.
Ibu RATU tenang saja, saya tak akan menamai anak saya RATU. Agar tak meniru-niru kamu.

1 comments:

A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates