Tidak Apa Kalau Tak Jadi Bernama RATU
Belakangan entah kenapa saya
sering memikirkan pilihan-pilihan nama jika saya punya anak suatu hari nanti. Untuk
anak perempuan rasanya ingin sekali menamai anak saya RATU. Ya RATU… konon
katanya dalam cerita raja-raja, sang RATU bahkan lebih berkuasa daripada sang
raja. Dan bukan rahasia lagi jika sang raja takut pada sang RATU. Yah semacam
suami-suami takut istri saat ini. Nah itulah yang saya ingin dari anak saya
kelak. Menjadi wanita yang kuat wanita yang berkuasa. Haha…
Tapi seperti biasa, Ibu pasti
berkomentar. Dibalik segala kekonyolannya dan kekacauan yang kadang dia
ciptakan, dia memberi nasehat urusan si RATU. Katanya dengan penuh keyakinan “Jangan
namai anakmu RATU, nanti bisa-bisa dia jadi tidak bisa diatur dan keras kepala”
tapi ya bodo amat, saya masih kekeuh menamai anak saya RATU. Tambahan kemudian
ibu saya berkata “Mau ntar nasibnya anakmu macam grup band RATU, saling
menghianati antar teman nanti dia itu” Waduh, makin tak percayalah saya karena
nasehat ibu juga semakin kacau.
Nah, tiba-tiba ada lagi kasus
RATU yang jauuuuhhh lebih heboh dari sekedar grup band RATU yang bubar jalan
dan mempraharai rumah tangga masing-masing. Ini kasus datang dari kampung para
jawara! Sang RATU dari negeri debus! Siapa berani, monggo adu makan api sama
para jawara dari Banten. Kasusnya bukan kasus ecek-ecek, urusan korupsi, usuran
Negara. Ngeri pokoknya.
Sebenarnya sih saya tidak terlalu
mengikuti kasusnya apalagi turut menyumpahi sang RATU, saya tak tahu benar apa
duduk perkaranya. Hanya saja saat wajah RATU muncul di TV saya langsung menarik
kesimpulan “Waooooo, obat pemutin bu RATU mesti jagoan! Itu muka udah macam
tembok!” dan sayapun setuju kalau dia namanya RATU, lha wong dia pemimpin para
jawaran makan beling! Kurang sakti apa coba?! Mungkin hanya RATU Laut Selatan
yang bisa menandinginya.
RATU ini juga nampaknya sangat
soleha, beliau berjilbab! Seorang pemimpin yang menutupi auratnya. Bukankah dalam
novel Laskar Pelangi Bu Mus pernah berkata bahwa menjadi pemimpin itu adalah tugas
yang mulia, pasti didoakan oleh rakyatnya. Coba cek dalam upacara bendera pasti
dalam doanya “berkatilah para pemimpin kami”. Bu Mus memang benar, RATU memang
jagoan, sudah soleha plus didoakan oleh rakyatnya.
Tapi sayangnya bu RATU yang cantik
ini tak patut ditiru. Karena kasus-kasunya yang semakin membuat para jawara
geleng geleng kepala. Ah sudahlah biarlah bu RATU diadili oleh para punggawa
KPK, mereka akan lebih paham apa yang selayaknya diterima bu RATU.
Hanya saja sekarang rasanya tak
lagi menggebu untuk menamai anak saya RATU. Kurang greget saja rasanya. RATU
sudah tercemar urusan – urusan kotor, entah apakah tangan sang RATU ikut kotor
atau tidak. RATU terkontaminasi urusan – urusan kosmetik dan lupa nasib para
jawaranya yang tidak diberi akses jalan dan listrik.
Tidak apalah namanya bukan RATU
atau bolehlah namanya RATU asalkan kasus RATU yang satu ini sudah mulai
terlupa.
Ibu RATU tenang saja, saya tak akan menamai anak
saya RATU. Agar tak meniru-niru kamu.
sebenernya Ratu emang kurang sreg di hati.. :P
ReplyDelete