Memutuskan Menjadi Dewasa
Kita semua berharap menjadi manusia dewasa. Tidak hanya
sekedar pintar, mapan dan tua tapi juga dewasa. Sangat banyak kriteria dewasa
yang ideal, tapi bagi saya menjadi dewasa cukup sederhana. Dewasa adalah saat
saya mampu menentukan pilihan saya dan bertanggung jawab dengan semua resiko
atas pilihan yang sudah saya putuskan.
Sanur, 21/10/13
8.54pm
Dari sinilah muncul pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa
menjadi dewasa itu sulit. Kenapa sulit, ya karena proses pengambilan keputusan
dalam memilih itu. Banyak orang takut memutuskan. Mulai dari hal kecil, mau
makan malam dimana? Sampai hal besar, mau tetap pacaran lalu menikah atau putus?
Kalau dipikir kembali, jawabannya sangat sederhana. Logika
dan hati kita sebenarnya sudah tau pilihan yang kita inginkan. Hanya saja
banyak pertimbangan-pertimbangan “manusiawi” yang memperlambat proses
pengambilan keputusannya.
Mengenai makan dimana misalnya, kita sudah tau bahwa
sebenarnya kita sangat ingin makan suki, tapi kita berpikir sepertinya teman
kita tidak suka. Sehingga muncul pernyataan “terserah kalian saja”. Hal yang
paling sering terjadi semua orang dari kelompok itu mengatakan “terserah kalian”
lha trus gimana? Kenapa tidak bilang saja “saya mau makan suki” kalaupun
ternyata teman-teman tidak setuju ya sudah, kita sudah menyampaikan apa yang
kita inginkan. Ingat, menjadi dewasa adalah keberanian mengambil keputusan
sekaligus menanggung resiko atas keputusan yang diambil. Kalau ujung-ujungnya
makan bakso, sekali lagi keputusan kita, mau ikut makan bakso dan bersama
teman-teman atau makan suki tetapi sendiri. Sebenarnya logika dan hati kita
sudah menyiapkan jawaban.
Sama saja dengan hal-hal yang lebih besar. Kita sudah tau
keputusan apa yang akan kita ambil, tetapi sekali lagi kita takut untuk
menanggung resikonya atau malah kita takut menjadi berbeda dengan orang-orang
disekitar kita. Contoh mengenai keputusan melanjutkan pacaran kemudian menikah
atau putus, sering terjadi kita memutuskan untuk melanjutkan hubungan bukan
karena masih cinta dan sayang (udah jelas-jelas sering bertengkar sampai
lempar-lemparan piring sama pacarnya) tapi karena: udah pacaran lama, keluarga
sudah saling kenal, belum tentu dapat yang lebih baik, apa kata orang-orang
nanti kalau putus. Nah, sekali lagi kalau memang sudah memutuskan lanjut dan
menikah, ya jangan ngeluh kalau besok-besok suaminya tetap kasar, jangan ngeluh
kalau istrinya tetap suka dugem. Pilihan sudah diambil, jalani dan tanggung
resikonya.
Kenapa kesannya jadi kejam begitu? Sebenarnya tidak
samaskali, secara logika dan hati kita sudah tau apa pilihan yang harus kita
ambil, tetapi karena kedewasaan kita hanya pada batas pemahaman “membuat semua
orang menjadi nyaman” kita lupa bahwa diri sendirilah yang seharusnya dibuat
nyaman terlebih dahulu.
Kok kesannya egois? Hanya kesan bukan? Kenyataanya? Bukankah
kalau kita mengambil keputusan yang salah dan kemudian tidak bertanggung jawab
atas resikonya semakin banyak orang yang menderita? Memutuskan menikah hanya
karena “sudah umur” dan ga enak sama tetangga padahal dalam hati masih ingin
melajang karena banyak hal yang harus dibatasi saat menikah (maen game
misalnya), lalu setelah menikah menelantarkan istri dan anak biar bisa maen
game seharian. Hayo, sekarang mana yang egois?
Buat saya, hal yang tersulit menjadi dewasa adalah mengambil
keputusan. Terutama mengambil keputusan tanpa mengkaji resiko-resikonya dan
tanggung jawab yang akan muncul akan keputusan yang kita buat.
Sama seperti keputusan saat 7 tahun lalu saya menyatakan
kalau saya mencintai Dje, kalau dulu saya terlalu bimbang karena “kodrat”
wanita harusnya ditembak bukan menembak, mungkin saya tidak akan sebahagia ini
sekarang. Saat itu saya sudah memikirkan resiko terburuk, dia tidak cinta saya,
ya sudah cari yang lain. Daripada saya galau berkepanjangan – toh akhirnya kami
7 tahun bersama J
Keputusan untuk mencintai dia dan untuk selalu bersama
adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya ambil. Apapun nanti
akhirnya, saya tetap tau ini keputusan terbaik. Karena saya sudah tau seperti
apa nanti kami berakhir J
Selamat menjadi dewasa, selamat mengambil
keputusan.Sanur, 21/10/13
8.54pm