Friday, November 2, 2018

Jadi ceritanya, setahun belakangan ini hidup saya penuh dengan roller coaster ride!

Me captured by my best friend

Teman-teman mungkin tau kalau akhir tahun kemarin saya memutuskan pindah ke Oman karena kesempatan kerja, kalau kata yang nyinyir: karir terus yg dikejar, kapan kawinnya?
Jawaban ngasalnya: ya krn ga tau kapan kawinnya makanya karirnya yg dikejar dulu. Lebih jelas, daripada ngejar yang ga pasti.
Jawaban seriusnya: karena saya cinta sama kerjaan ini, makanya kesempatannya diambil.

Nah, semenjak saya pindah itu segalanya berawal.

Pekerjaan
Perlu sekitar 3 bulan untuk saya berdamai dengan keputusan sy pindah ke Oman. Lingkungan kerja yang sangat berbeda dengan jaman dulu kerja di Bali, Bos yang jauh berbeda dengan Bos yang dulu di Bali, makanan yang tidak sanggup saya telan saking setiap hari hanya curry dan masala, sampai perbedaan waktu yang menyusahkan berkomunikasi dengan (mantan) pacar saat itu.

Makanya itu ya, 3 bulan pertama nyaris tiap hari saya nangis putus asa pengen pulang! Pernah suatu malam sampai telpon bos lama dan sambil mewek bilang gini: I don't give a fish, tomorrow i will take the first flight to go home! Sukur alhamdulilah, beliaunya ini super duper warbiyasak, ditenang-tenangin, smpe akhirnya saya sabar-sabarin. Hampir setiap hari juga saya apply sana sini, pokoknya harus pindah tempat kerja!

Things get quite better sekitar bulan Februari akhir, ada kejadian di kantor yang membuat saya dan bos baru entah knp bisa lebih mengerti satu sama lain. Satu hal yang saya sempat bilang ke beliaunya adalah: I dont know who to trust here, so help me to trust you.

Bukan berarti skrng baik-baik saja, dianya tetep bos yang menyebalkan, tetep yang suka marah-marah untuk hal remeh temeh, saya tetep ngeyelan dan memaksakan kehendak, but somehow we manage. Kami menemukan jalan tengah untuk berdamai. Kami menemukan cara untuk bersepakat tentang keputusan-keputusan yang kami ambil. Dan ajaibnya lagi, as I requested to him, he become the one I can really trust.

Time to time saya masih suka misuh-misuh karena kelakuannya yang aneh, dia juga masih sering ngomel ke saya karena kelakuan saya yang aneh. Yah mungkin karena sama-sama menyadari kalau kami aneh makanya kami bisa bertahan menghadapi satu sama lain.

My support system


Bahkan, kami punya selera humor yang agak tidak biasa yang membuat org lain jantungan mungkin. Contoh yg baru saja terjadi beberapa hari lalu, karena satu hal kebodohan saya di internal meeting dengan salah satu senior manager bos sy bilang ke sy "you are bloody unuseful" buat sebagian org itu insults, buat kami itu lawakan kasar kami dan saya ketawa ngakak sambil bilang "that's the best thing you've said to me by far! You only realize it by now!!". Kasihan senior manager saya sih, setelah meeting berulang kali dia tanya "Winda are you ok" saya lanjut ngakak!

Makanan
Sudah saya sebut tadi kan kalau disini makanannya berputar antara curry, garam masala, dan dal. Chicken curry, mutton (kambing) curry, fish curry, veg curry, beef curry, segala hal di muka bumi bisa di masak curry pokoknya.

Meanwhile buat saya, entah kenapa segala per-curry-an ini rasanya tak cucok di lidah. Terutama aroma garam masala, saya heran kenapa di film The Hundred Foot Journey si pemeran utama bisa jadi chef terkenal gegara nambahin garam masala di hampir setiap masakannya.

Silahkan bayangkhan klo tiap hari 3x sehari makannya cem gini

Lagi-lagi 3 bulan pertama saya makan tak jelas. Sering makan siang hanya jeruk sebiji. Makan malam terlewat. Bukan karena diet, tapi ya itu, pilihan makanan yang terbatas (tak ada pasar senggol dan rombong bakso keliling ato warung makan pinggir jalan) plus kebodohan saya (saat itu) yang tak becus masak. Alhasil saya turun 10 kilo! Ini berkah atau kutukan ya bingung juga.

Sampai suatu hari saking bosannya dengan makanan-makanan disini saya mulai belajar membuat sambal yang sangat sederhana, sambal kebanggaan orang Bali, sambel matah! Dan berhasil! Hahahaha...

Mulailah mencoba ini itu, dipandu Ibu atau Wika atau salah satu kawan disini pelan-pelan saya mulai bisa masak, dan rasanya tidak semengerikan yang saya bayangkan! Mulai dari telur goreng, sop ayam, ayam bumbu bawang & lemon grass, nasi goreng, tumis sayur, tumis kacang panjang telor, soto ayam, sambal tomat, sampai sop babi!! Jago khaaannn...

Jadi kalau Winda yang tadinya rebus telur saja gagal dan sekarang bisa masak sop babi, yakin deh kamu bisa masak! Seperti yang dikatakan Chef Gustave di film Ratatouille "Everyone can cook" dan saya buktikan benar! Meski tak sejago Ibu ato Nenek, but at least I can feed myself well.

Perbajuan
Namanya saya tinggal di Bali, kemana-mana defaultnya ya celana pendek, kaos, sendal jepit. Ke mall, ke bank, ke warung, ke pantai, ke pasar, pulang kampung, berangkat kerja, pokoknya sama semua. Hidup juga serasa tidak ribet, karena tidak harus pusing ganti-ganti baju. Bangun tidur, cuci muka, cus mau pergi kemana.

Lalu segalanya berubah ketika negara api menyerang, eh ketika saya pindah ke Oman. Ya namanya pindah ke negara dengan culture dan value yang jauh berbeda dari Bali. Oman sebagai salah satu negara arab, tentunya dan selayaknya saya mulai mengevaluasi gaya berpakaian saya.

Tak ada lagi celana pendek dan kaos compang-camping (kaos busuknya cuman bisa untuk tidur saja terpaksa). Belanja kentang ke warung depan saja harus berpakaian lengkap! Minimal kaos dan celana panjang.

Default saya ada dua sebenarnya:
1. Summer - Kaos dan legging, tapi kaosnya yang longgar. Kalau pas jalan ke Nizwa atau ke Muscat tambahannya pakai outer macam cardigan.
2. Winter - Jeans ato celana panjang bahan plus sweater. Kalau sudah masuk Desember - Januari tambahannya kaos kaki tebal, leging (sebagai pelapis sebelum celana panjang) dan jaket tebal (sebagai pelapis setelah sweater) karena dinginnya yang kebangetan.

Kawan-kawan di rumah suka kaget kalau melihat update foto-foto saya di social media. Katanya "sekarang Winda jadi sopan ya bajunya". Tuntutan pekerjaan dan tuntutan tempat tinggal sih ya.

Winda dan baju sopannya
Dulu-dulu saya selalu menganggap kalau pakai celana panjang atau rok panjang saya akan terlihat gendut dan bulat semacam bantal guling yang sarungnya kekecilan. Eh, setelah disini ternyata saya baru ngeh kalau ternyata not bad at all kok. Malahan lucunya, ketika beberapa minggu belakangan saya sering pakai rok panjang, teman-teman di Bali malah minta titip beli!

Jadi Sekarang saya sedang mengevaluasi apakah perlu saya buka jastip rok-rok india sebelum pulang ke Bali. Hahaha...

Traveling
Part ini sih sujud syukur sebenarnya. Tahun 2018 ini saya travelingnya lumayan banyak. Paling banyak dari tahun-tahun sebelumnya malah.

Februari ke Thailand, Juni ke Turki, September ke India, dan Desember nanti pulang ke Bali!!!

Menyenangkannya tinggal di Oman adalah, banyak negara yang bisa dijangkau dengan mudah dan murah! Contohnya ya India itu. Hanya 3 jam penerbangan sudah di India. Begitu juga Nepal dan Srilanka rata-rata 4 jam penerbangan saja. Belum lagi Gulf country yang lain semacam UAE, Qatar, Bahrain, Kuwait, dan lainnya.

Tidak semua cerita jalan-jalannya direncanakan dengan baik, dan tidak semuanya berjalan baik juga. Sewaktu ke Thailand misalnya, itu adalah traveling terakhir dengan sahabat terbaik saya. Semoga suatu hari dianya mau jalan-jalan lagi dengan saya.

Last Trip with my best friend for 11 years :)


Lalu cerita ke Turki, dimana saya traveling sendiri lagi setelah lebih dari 11 tahun, karena cuaca saya batal naik balon udara di cappadocia dan yang lebih epik lagi adalah, karena kecerobohan saya yang tak terbatas, saya jatuh menggelinding di trotoar di Istanbul!
A glimpse of Cappadocia

Lain lagi cerita ke India, saya mengunjungi Rajashtan. Mungkin ini jalan-jalan pertama dan terakhir saya dengan seorang sahabat lain, yang saya pikir bertahan lebih lama tapi as Wika said, not more than a summer love. Hahaha...
Kurang India apa coba!



Personal Life
Ini yang sebenarnya roller coaster ride-nya paling parah.

Setahun di Oman, saya patah hati jauh lebih banyak dari pada 29 tahun saya di Bali! Well selama 29 tahun di Bali saya tidak pernah putus cinta sih, putusnya baru setelah di Oman, dan 2 kali pulak. Ini mungkin cerita paling epic lah.

No, I'm not ok now, but in the same time I'm still in a good shape and ready to laugh at my love stories.

Believe it or not, I dont hate them. Mereka adalah orang-orang baik, yang jatahnya di cerita saya ya segitu saja. Mereka berdua adalah pria baik yang ditugaskan membahagiakan saya untuk jangka waktu itu saja. That's it.

Bukan berarti saya ga sedih ya.. Sedih banget lah pasti. Menurut andaaa... when you give your heart and your soul to someone and it just doesnt work, of course you fall into pieces. I believe all of us experience it at least once in life.

Sekarang pun masih sedih, but then again, as my very best friend said "winda, it's ok to be not ok".

So here i am now, taking my time to be ok :)

Happy weekend peeps















A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates