Para Asisten, Anggota Keluarga ke Enam
Dari
saya masih kelas 5 SD, hampir selalu Ibu punya asisten. Para Mbok yang siaga
dengan talenta masing-masing untuk membantu segala kerempongan Ibu mengurus keluarga dan juga kantin sekolahnya. Memang ada beberapa tahun yang cukup lama
Ibu tidak punya asisten. Sepertinya saat saya SMP, tapi semenjak SMA hingga
saat ini Ibu selalu punya asisten.
Tanpa
asisten, Ibu biasanya uring-uringan dan berdampak pada tingkat ke-ngomelannya
kepada kami. Hehehe…
Tulisan
ini (meski para asisten ibu mungkin tak akan pernah baca) adalah bentuk
kecintaan saya pada mereka semua, disini saya ingin berbagi tentang semua
asisten Ibu yang perkasa.
- Mbok Luh
Sebenarnya ada asisten sebelum Mbok Luh, tapi karena saat
itu saya masih kecil dan Mbok itu kerjanya hanya beberapa bulan saja jadinya
saya lupa namanya. Mbok Luh berasal dari Desa Sanggalangit, desanya itu di
Gerokgak – panturanya Buleleng. Mbok Luh bersama kami saat saya masih SD dan
Esa masih bayi. Mbok luh orangnya cekatan, pekerjaannya sangat rapi, orangnya
bersih dan apik. Yang paling saya ingat dari dia adalah orangnya yang periang.
Sambil bekerja dia selalu bersenandung.
Kami sering mengantarnya mudik atau menjemputnya setelah
hari raya. Ibupun tak pernah mengeluh dengan kinerja Mbok Luh. Tetapi saya ingat sekali suatu hari kami mengantar Mbok Luh
pulang kampung tetapi dia membawa semua baju dan perlengkapannya. Kata ibu mbok
Luh berhenti bekerja karena dia mau menikah. Masih ingat saat itu Mbok Luh menangis
dan sayapun menangis karena tidak lagi bisa tidur bersama Mbok Luh.
Sayangnya saat ini kami tak lagi tahu kabar dari Mbok Luh.
Dimasa itu belum ada HP dan sosial media sehingga sulit untuk menghubungi Mbok
Luh lagi.
- Mbok Made
Lumayan lama setelah Mbok Luh berhenti sampai akhirnya Mbok
Made kerja dengan Ibu. Mbok Made masih ada hubungan saudara dengan keluarga
kami. Lumayan juga Mbok Made bekerja dengan kami. Mungkin sekitar 3 tahun atau
lebih. Anak laki-laki Mbok Made adalah sahabat kecilnya Esa.
Sayangnya Mbok Made memang agak mudah terpengaruh, entah
kenapa dia memutuskan berhenti bekerja. Mungkin juga dia merasa tidak cocok
dengan Ibu. Tetapi beberapa kali kalau ada acara di rumah Mbok Made diundang
Ibu untuk membantu kalau ada acara di rumah.
- Mbok Pari
Nah, mungkin dia asisten Ibu yang paling fenomenal dan
paling punya personal connection dengan saya.
Mbok Pari adalah tetangga dekat rumah, jadi dia datang ke
rumah siang-siang dan setelah pekerjaannya selesai dia akan pulang ke rumahnya.
Mbok Pari adalah sosok wonder women yang sebenarnya.
Dia bekerja banting tulang demi keluarganya. Selain bekerja dengan Ibu, diapun
bekerja di sawah biasanya untuk panen padi (Manyi) atau saat musim tanam
padi.
Hal terbaik dari Mbok Pari adalah sifatnya yang sangat
ceria, terbuka, mudah dekat dengan siapapun dan selalu punya cerita-cerita
menarik dan lucu yang akan dibagikan kepada kami. Kami biasanya akan tertawa
terbahak-bahak bersama. Saya, Ibu dan Bapak biasa ngobrol panjang lebar
dengannya. Bahkan kami sering makan bersama. Adik-adikpun sangat nyaman
dengannya. Kekurangannya adalah dia sangat sering ijin tidak kerja karena dia
harus nyambi panen padi. Ini yang kadang-kadang membuat ibu kesal.
Tetapi sekesal apapun, saya tahu ibu sangat sayang pada Mbok
Pari. Sangat sering dia mendapat baju-baju lungsuran Ibu, makanan, buah, dan
uang kaget. Begitupun saat Mbok Pari berhenti bekerja. Jadi dia ijin tidak
kerja karena panen padi, setelahnya lama dia tak kunjung bekerja ternyata dia
sudah sakit keras dan tidak diajak ke dokter samasekali oleh keluarganya.
Akhirnya Ibu dan Bapak yang melarikannya ke UGD dan bahkan dia sempat koma.
Sukur dia bisa sehat kembali. Tetapi ya akhirnya dia berhenti bekerja karena
perlu waktu cukup lama untuk pemulihannya.
Hubungan kami dengan Mbok Pari sampai saat ini masih sangat
baik. Dia masih sering main ke rumah, ngobrol dengan ibu, dan tetap menjadi
sahabat keluarga kami.
- Mbok Wayan
Awalnya Mbok Wayan hanya bekerja sesekali menggantikan kalau
Mbok Pari ijin kerja. Setelah Mbok Pari berhenti akhirnya Mbok Wayan bekerja
full time di rumah. Kelebihan Mbok Wayan adalah kerjanya yang sangat cepat,
telaten dan rapih!
Kalau Mbok Wayan menyapu di halaman misalnya, kemudian
keesokan harinya dia ijin kerja, halaman tidak usah disapu lagi pasti masih
tetap bersih. Begitupun dengan tugas lain seperti menyetrika. Setrikanya
rapiiii jali sampai menata baju di lemari dengan klasifikasi yang ciamik. Mbok Wayan suka berdandan, jadinya cocok dengan ibu terutama
urusan cat kuku (kutek). Kalau sudah Mbok Wayan yang kutek-in ibu pasti
hasilnya rapiii… Saya juga pernah dikutek oleh Mbok Wayan dan memang cakep
hasilnya.
Sayangnya Mbok Wayan punya suami yang (harus saya bilang)
suka jahat. Sering Mbok Wayan datang sudah menangis, matanya bengkak atau
punggungnya biru-biru karena KDRT. Ibu sering menasehati agar Mbok Wayan lapor
atau kalau malas ribet tinggalkan saja suaminya, tetapi Mbok Wayan tidak mau.
Alasannya kasihan anak, dan sebelum menikah dengan suami ini dia sudah janda
2x, jadi katanya malu kalau menjanda lagi. Apa yang akan dikatakan orang-orang.
Mungkin karena sering mendapat tekanan ini juga Mbok Wayan
sering uring-uringan dan mudah sakit. Ini juga yang menjadi alasan akhirnya dia
berhenti. Tetapi pada dasarnya dia adalah orang yang sangat ceria.
Sampai sekarang kami masih sering ketemu Mbok Wayan. Diapun belakangan bilang
ke Ibu kalau dia sangat menyesal berhenti bekerja di rumah.
- Mbok Tut
Nah, Mbok Tut ini adalah sahabatnya Mbok Pari. Tidak terlalu
lama bekerja di rumah, mungkin sekitar 2 tahunan. Tetapi orangnya sangat baik.
Rapi dan cekatan. Dia juga pintar urusan sembahyangan. Jadi kalau ada upacara
apaun Mbok Tut yang akan menyiapkan untuk Ibu. Orangnya periang seperti Mbok Pari dan kualitas kerjanya
cakep seperti Mbok Wayan. Jadi ibu memang suka dan sayang dengan Mbok Tut.
Hanya saja Mbok Tut saat itu terikat perjajian hutang dengan
keluarga lain dimana syaratnya adalah Mbok Tut harus bekerja di keluarga itu.
Keluarga itu sebenarnya adalah keluarga yang baik juga, hanya saja Mbok Tut
tidak bisa bekerja di 2 tempat sekaligus sehingga akhirnya dia memilih untuk
berhenti bekerja di rumah kami.
Seperti yang lain juga, sampai saat ini hubungan Ibu dengan
Mbok Tut masih sangat baik. Ibu sering bertemu dia di acara-acara tetangga.
Menurut ceritanya juga dia mengaku menyesal sekali berhenti bekerja di rumah
karena Ibu sangat baik padanya.
- Supri
Supri adalah asisten Ibu sekarang. Sudah setahun lebih
sekarang dia kerja di rumah. Dia juga mungkin yang paling steady diantara
asisten yang lain. Supri memiliki suami yang sangat mendukung pekerjaannya,
bahkan sesekali suaminya membantu saat Supri bekerja.
Yang sangat menarik, Supri adalah sahabat kecil saya. Kami
bersahabat sangat dekat ketika kami masih SD sampai SMP. Supri sangat sering
menginap di rumah. Bahkan beberapa kali dia ikut kalau kami pergi kemana-mana.
Mungkin karena alasan inilah ibu juga sudah sayang
dengannya. Disamping pekerjaannya yang memang sangat rapi dan apik. Jadi
skill-nya dia ini adalah kolaborasi skill semua asisten sebelumnya. Gimana ibu
ga sayang sama dia.
Ibu mengajarkan supri banyak hal tentang menjalani
kehidupan. Semenjak bekerja di rumah banyak yang lebih baik terjadi padanya.
Dia sudah bisa cicil motor yang lebih baik, punya kulkas untuk menghemat
(karena bisa menyimpan makanan lebih tahan lama dan lebih mudah kalau ada sisa
makanan yang dijual di kantin bisa diberikan ke dia), bisa punya kasur baru,
pakaian dan juga kondisi keuangan yang lebih baik.
Semoga Supri bisa betah bekerja di rumah dan menjadi asisten
yang cocok buat Ibu.
Bagi
kami, para asisten ini sudah semacam tante sendiri. Kedekatan kami masih
terjalin hingga sekarang, bahkan saat mereka sudah tak lagi bekerja. Sebenarnya
semua karena Ibu mengajarkan kami untuk melihat mereka sebagai keluarga. Ibupun
memang tak pernah segan membantu mereka.
Tak
hanya Ibu Bapak yang dekat dengan mereka, saya dan adik-adikpun sayang sekali
pada mereka. Tak jarang kami yang merengek pada Ibu agar mereka diberi HP atau
dikasi saja TV yang sudah tak kami pakai lagi. Mereka semua juga kenal dengan
Dje, tak hanya kenal beberapa dari mereka sering menanyakan Dje (terutama kapan
kami menikah! Hahahaha…)
Tak
usahlah baju. Rice cooker, kasur, sofa, HP, perabotan dapur, sampai TV pun
sering ibu berikan pada asisten-asistennya ini. Belum lagi kalau hari raya,
sudah pasti kebaya, kamen (kain), buah-buahan dan THR pun pasti diberikan oleh
Ibu.
Saya
senang sekali memiliki mereka yang pernah menjadi bagian dari keluarga. Saya
senang melihat perubahan yang jauh lebih baik dalam kehidupannya saat bekerja
dengan keluarga kami. Mungkin kami tidak bisa banyak membantu, tetapi kami bisa
menjadi teman, sahabat dan keluarga bagi mereka.
Terimakasih
Mbok-Mbok ku…