Iri Pada Dahlan Iskan
Setiap kali ada kasus aneh di muka bumi, terutama yang bekaitan dengan politik, seringnya saya akan melihat catatan harian Dahlan Iskan di website beliau https://disway.id/kategori/99/catatan-harian-dahlan . Saya sangat suka mencari tahu pandangan beliau tentang berbagai hal. Membaca tulisan-tulisannya yang selalu informatif dan mudah dimengerti.
Dulu, website ini hanya semacam blog hariannya Pak Dahlan. Belakangan sudah beragam isinya. Bahkan sudah menjadi portal berita sungguhan. Mirip situs resmi koran Jawa Pos yang beliau sukses beliau pimpin dari tahun 1982-2018! Jaman saya SMP-SMA Jawa Pos adalah koran langganan Alm. Kakek. Dari sejak itu bercokol di kepala kalau ada di Jawa Pos berati beritanya bisa dipercaya.
Tapi waktu itu saya belum tau ada sosok bernama Dahlan Iskan. Yang saya tahu hanya koran Jawa Pos tok. Saya mulai mengenal profil beliau ketika pertama kali diangkat penjadi Dirut PLN jaman presiden SBY. Kemudian oleh presiden yang sama beliau diangkat menjadi menteri BUMN. Rasanya jaman beliau menjabat menteri BUMN-lah ketika mobil listrik rencananya dikembangkan, tetapi berbagai masalah membuat rencana itu gagal.
Dalam perjalanannya dia juga tidak lepas dari berbagai kontroversi. Pak Dahlan sempat beberapa kali menjadi tersangka kasus korupsi. Bahkan pernah sampai dipenjara meski akhirnya dibebaskan karena dinyatakan tidak terbukti bersalah oleh pengadilan. Nanti kalian cari tau sendiri lah case-nya apa. Tulisan ini bukan tentang itu.
Yang membuat saya iri dengan Pak Dahlan, bukan tentang prestasi dia menjadi pejabat publik. Saya iri dengan konsistensi dia menulis! Dari 2018, Pak Dahlan menulis satu artikel tiap hari di websitenya DISWAY. Selalu, tidak pernah absen! Ciri khasnya, kalau merujuk pada Subjek perempuan Pak Dahlan akan selalu menggunakan akhiran “-nyi” instead of “-nya” Coba deh baca, nanti kalian akan mengerti!
Tulisannya tidak melulu berat tentang politik Indonesia, kadang juga tentang group senamnya. Tentang kunjungan ke warga tionghoa, tentang cuaca pilpres di Amerika, tentang hobi. Nyaris tentang segalanya. 6 tahun dan selalu setiap hari. Konsistensi menulis inilah yang membuat saya iri.
Memang tidak mengherankan, Pak Dahlan itu mantan wartawan senior Tempo. (Kenapa sih rata-rata mantan wartawan senior Tempo ini keren-keren!) Tapi tetap saja tidak semua mantan wartawan, mantan pejabat publik dan sampai saat ini masih aktif mengurusi beberapa perusahaan bisa menulis tiap hari.
Iri dengan Pak Dahlan semakin menjadi-jadi ketika saya yang pekerja kantoran ini sangat pemalas dan tahun ini menulisnya sedikiiit sekali! Tidak ada alasan sok sibuk, memang saking malas saja!
Hari ini sepulang kerja mendengarkan podcast Raditya Dika dimana dia juga ternyata menulis tiap hari. Jurnaling istilahnya. Seaneh dan sependek apapun harus tetap ditulis. Lifetime homework istilah dia.
Seketika saya ingat DISWAY. Ingat rasa iri saya pada Pak Dahlan.
Semoga rasa iri ini berbuah baik. Mencoba menulis lebih konsisten lagi. Sependek dan seajaib apapun, pasti ada cerita yang bisa dibagikan setiap hari.
P.S.
Cerita Pak Dahlan yang cukup terkenal dan dia tulis menjadi sebuah buku adalah perjalanannya menerima donor hati di China akibat kanker hati yang dia derita di tahun 2007. Beberapa tahun kemudian Alm. Kakek saya juga didiagnosa kanker hati. Salah satu tante menyarankan transplantasi hati yang sebaiknya dilakukan di Singapore atau di China. Biayanya sangat besar tentu saja. Tapi anak-anaknya nampak ingin menyanggupi. Usia kakek saat itu tidak lagi muda. Mungkin pertengahan atau akhir 70an, dokter juga menyatakan kalau kemungkinan unttuk transplantasi semakin menipis dengan bertambahnya usia. Untuk case kakek, sangat kecil keberhasilannya.
Saya lalu tanya ke sahabat saya yang saat itu masih dokter umum. Pendapat dia tentang transplantasi hati untuk kakek. Jawabannya tidak akan pernah saya lupa “Kecuali klo setelah sembuh kakekmu bisa jadi Menteri macam Dahlan Iskan, barulah kamu boleh pertimbangkan donor hati itu!”
Yaps, terkesan kejam dan tidak berhati memang. Dan teman saya memang aneh dan terlalu logis. Tapi kalau dipikir sekarang, benar juga sih!
Selamat Hari Senin!
Nusa Dua, 30 Sep 24. 10.50pm