Traveling & Teaching Sumba - Bermain dan Belajar di SD Umajawa Sumba Timur
Di tengah hiruk pikuk Omicron, saya nyaris tidak jadi berangkat ke Sumba. Sebelum berangkat, berulang kali melakukan PCR dan Antigen untuk memastikan saya sehat. Sukurnya setelah PCR dan 3x Antigen, hasilnya negatif. Ayo berangkat ke Sumba kita kakak!
Trip Sumba ini sangat penting. Bukan hanya karena sudah terlalu lama tidak traveling beneran, tetapi karena trip ini saya ikut program Traveling & Teaching (TnT) yang diadakan oleh 1000 Guru. Saya kenal 1000 Guru beberapa tahun lalu ketika ikut acara regional mereka di 1000 Guru Bali. Nah, konsep mereka sangat menarik, jadi di setiap program TnT peserta akan diajak jalan-jalan sekaligus mengajar di sekolah di daerah tujuan. Sekolah-sekolahnya itu biasanya adalah sekolah yang terletak di pelosok atau dengan anak-anak dari ekonomi kurang mampu.
Welcome to SD Umajawa - Sumba Timur Photo Credit - @amahung89 |
Para peserta akan membayar sejumlah uang, untuk membiayai TnT sekaligus sudah sebagai bentuk donasi kita ke sekolah. Selain kegiatan TnT mereka juga sangat aktif membantu pendidikan anak-anak Indonesia di berbagai pelosok. Termasuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) gratis, distribusi makanan sehat setiap hari ke sekolah-sekolah yang kurang mampu, pemberian buku-buku dan alat belajar pada siswa, sampai memberikan iPad untuk para guru sehingga bisa membantu mereka di era sekolah online ini.
Agak terlalu keren sih 1000 Guru ini. Komitment dan kontribusi mereka pada pendidikan di Indonesia is literally through the roof! Kapan lagi coba bisa jalan-jalan ke tempat-tempat terindah di Indonesia tetapi sekalian charity, bertemu adik-adik SD yang super ceria. Feeding your instagram feed and at the same time feeding your mind and soul. Kepoin aja instagram account mereka untuk melihat jadwal trip dan kegiatan-kegiatan mereka di 1000 Guru. Ga usah khawatir, account-nya verified trus Kak Jemi Ngadiono, si foundernya sudah mendapatkan berbagai penghargaan atas kerja kerasnya ini. Juara kelas lah Kak Jemi ini.
Kak Jemi Ngadiono, Founder 1000 Guru Photo credit - @amahung89 |
Back to TnT Sumba, beberapa hari sebelumnya kami dibagi dalam kelompok mengajar. Saya dan Devita, seorang dokter muda dari Jogja, kebagian mengajar kelas 5. Materi yang kami harus sampaikan adalah tentang Tata Surya dan Planet-Planet. Kak Jemi berpesan pada kami semua kalau kami boleh memberikan hadiah pada adik-adik di kelas, tetapi haram untuk memberikan uang. Siaapp, saya dan Devita berbagi tugas untuk menyiapkan materi kelas kami. Devita bertugas membeli segala pernak pernik mulai dari paper crown untuk tulis nama, spidol warna-warni, sampai poster-poster tata surya. Sementara saya bertugas untuk menyiapkan alat peraga dan membeli camilan untuk hadiah adik-adik nanti di sana.
Kak Devita, kesayangan kami kelas 4 & 5 Photo credit - @amahung89 |
Kami semua mendarat di Sumba Barat Daya, sementara sekolah berada di Sumba Timur. Hari pertama kami diajak traveling di Sumba Barat Daya. Ada yang mengganggu saya selama perjalanan di hari pertama itu. Di tempat wisata kami bertemu dengan beberapa anak usia sekolah. Sebagian besar SD, ada juga yang SMP. Mereka semua ceria, menyapa kami, bermain dan sesekali ngobrol dengan kami. Yang membuat saya khawatir adalah, ketika saya bertanya dengan kalimat yang sedikit panjang, mereka bingung. Nampaknya mereka tidak paham saya bicara apa. Jangan-jangan mereka tidak mengerti.
Jadi, kalau modelan pertanyaan "Namanya Siapa?" "Sekolah Kelas Berapa?" mereka masih bisa jawab. Tapi begitu pertanyaanya saya "Tadi kesini sama siapa? Diantar bapak/ibu kah?" mereka bengong. Atau ketika saya tanya "Sekarang sekolah apakah masih online atau sudah tatap muka?" mereka hanya tersenyum dan tidak menjawab samasekali. Curiga, jangan-jangan bahasa Indonesia mereka terbatas. Bagaimana nanti saat di kelas harus berkomunikasi dengan anak-anak itu? Well, let see nanti gimana deh. Kalau pinjam kalimat favorit boss saya di kantor will cross the bridge when it comes.
Hari ke-2, saya dan Devita ngobrol tentang rencana mengajar kami. Sedikit perubahan, yang harusnya kami hanya mengajar kelas 5, harus digabung juga dengan mengajar kelas 4 juga. Untungnya kami boleh mengajar dengan materi yang sama dan sudah kami siapkan. Kami khawatir tentang hal yang sama, apakah nanti mereka bisa mengerti? Lalu kesepakatannya adalah, sebisa mungkin mengajar dengan bahasa Indonesia yang sederhana saja.
Hari ke-3, hari mengajar. Kami menempuh perjalanan sekitar 1 jam dari kota Waingapu di Sumba Timur. Melewati padang savana yang sangat luas, tanah berkapur, hewan ternak berkeliaran, dan sesekali jalanan bergelombang, akhirnya kami sampai di SD Umajawa. Pada dasarnya SD Umajawa ini adalah kelas jarak jauh, sekolah utamanya ada di daerah yang lebih ramai. SD Umajawa adalah tempat bersekolah anak-anak yang tinggal di sepanjang savana yang luas itu. Ya, mereka tinggal di sana. Bukan desa macam kita di Jawa atau Bali, tapi tipikal pelosok Indonesia yang jarak satu rumah dengan lainnya beberapa kilometer sendiri.
Perkenalan di halaman sekolah dipimpin oleh Kak Jemi. Sangat terlihat kalau adik-adik ini sangat antusias tetapi di saat bersamaan mereka sangat malu-malu dan bingung. Iya bingung, saat kami ajari yel-yel sederhana mereka kebingungan mengikuti gerakan kami. Begitu juga ketika ditanya pertanyaan-pertanyaan kecil, mereka masih malu-malu menjawab. Tetapi yang jelas mereka semua bersemangat. Ketika kami minta beri tahu kalau mereka semua akan mendapat ransel, semuanya mengacungkan tangan tinggi. Nyeess ga sih liatnyaaa....
Bingung tapi excited! Gemash!!! Photo credit - @amahung89 |
Yang paling manis, sebelum masuk kelas masing-masing, mereka bernyanyi untuk kami, lagu Guruku Tersayang yang sudah dimodifikasi lirik dan durasinya. Mereka bernyanyi dengan sangat semangat, saya jadi ikut bernyanyi dong. Sambil nulis ini saja saya bersenandung lagi itu "Pagiku cerahku, matahari bersinar, kugendong tas merahku di pundak...."
Bernyanyiiiiii Photo credit - @amahung89 |
Mengajar di kelas gabungan 4 & 5 berjalan lancar. Harusnya ada 12 anak, tapi akhirnya kami hanya punya 9 anak di kelas karena 3 orang ijin upacara kematian. Meski deg-degan tetapi kelas berjalan lancar. Adik-adik yang tadinya masih malu-malu, akhirnya mau menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Untuk membuat mereka bersemangat, kami memberikan kuis-kuis kecil dengan hadiah coklat dan snack yang sudah disiapkan. Wih, mereka sangat bersemangat!
Anak-anak Kelas 4 & 5 kesayangan |
Di akhir kelas, kami juga buat kegiatan berkelompok dimana mereka harus membuat urutan planet-planet dalam tata surya kita. Tentu saja kacau. Hahaha, urutan planetnya terbalik-balik, ada juga kelompok yang lupa nama-nama planetnya, ada yg hanya gambar bulatan warna-warni tanpa menuliskan warna planetnya. Tapi tetap seru! Tentu saja saya dan Devita tetap memberikan clue-clue jawaban. Kami bukan kakak guru yang galak kok. Tenang-tenang, adik-adiknya tetep bahagia.
Kuis: menggambar Tata Surya Photo credit - @amahung89 |
Memang bahasa Indonesia mereka tidak selancar anak sekolah di kota, tapi mereka paham yang kami sampaikan. Buktinya saat kerja kelompok mereka ingat semua nama-nama planet dan karateristik utamanya. Misal, saya kasi clue planet terbesar, mereka langsung tau Jupiter. Atau planet merah, mereka langsung ingat Mars! Gimana kakak guru ga bahagia coba.
Jika dibandingkan dengan anak SD di kota, tentu saja kualitas pendidikan anak-anak ini sangat jauh di bawah standar itu. Di kelas saya ada anak kelas 5 SD yang belum bisa baca tulis. Menulis namanya sendiri saja masih harus dibantu oleh temannya. Sebenarnya saya curiga kalau anak ini disleksia. Agak terlalu tidak normal kan kalau kelas 5 SD belum bisa baca tulis. Well, saya bukan ahlinya, tapi saat SD saya struggling banget untuk membaca dibandingkan teman-teman lain, karena saya tidak bisa membedakan huruf "b" dan "d" bagi saya keduanya nampak sama. Ketika teman-teman sudah lancar membaca, saya masih terbata-bata gara-gara urusan ini. Seandainya saja ada yang bisa membantu masalah disleksia adik-adik di pedalaman.
Tapi, ada juga anak-anak yang sangat aktif dan pintar, ada tiga orang yang mencuri hati saya:
Valen, dia satu-satunya anak laki-laki di kelas 4. Valen punya ingatan yang kuat, ketika kuis kelompok menggambar susunan tata surya, kelompoknya Valen yang paling cepat dan benar semua. Anaknya juga pemberani. Dia akan selalu berusaha menjawab pertanyaan yang kami berikan. Dan dia selalu antusias mendengarkan penjelasan dan kegiatan yang kami lakukan. Satu hal yang yang unik, Valen menulis nama saya dan Devita di lengannya besar-besar, katanya biar selalu ingat. Sweet!!! Cita-citanya Valen mau jadi Pilot katanya.
Valen si pintar dan kreatif |
Sania, anak kelas 5, dibandingkan teman-temannya yang lain, Sania ini paling tinggi. Dia juga punya rambut panjang yang halus dan indah. Sania lebih pemalu dibandingkan Valen. Bicaranya pelan dan hati-hati, tetapi jawabannya hampir selalu benar! Sania juga sangat baik hati, dia yang membantu temannya yang tidak bisa menulis nama. Sania beberapa kali mendapat hadiah karena bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Katanya dia mau jadi Guru nanti.
Sania yg baik hati dan cerdas |
Lista, anak kelas 4, sudah terlihat kalau Lista yang punya tingkat kepercayaan paling tinggi! Dan saya bangga sekali padanya. Ketika saya minta apakah ada yeng berani mencontohkan lagu "Kalau Kau Suka Hati", Lista langsung angkat tangan dan menjadi volunteer. Dengan lancar dan semangat dia menyanyi di depan kelas. Semangat Lista menular ke kami semua. Saya, Devita dan anak-anak lainnya membuat lingkaran dan menyanyi dengan gembira. Lista juga satu-satunya yang berani bertanya pada kami. "Kakak punya adik kah di rumah?" "Kakak punya saudara berapa?" menulis ini saja saya sambil senyum senyum karena ingat bahagianya menghabiskan waktu bersama mereka. Ini Video ketika Lista bernyani di depan kelas
Sambil duduk-duduk di bawah pohon menunggu giliran vaksin untuk mereka, mereka bercerita. Kalau ke sekolah mereka jalan kaki setiap pagi. Rata-rata mereka berjalan kaki 45 menit sampai 1 jam dari rumah untuk sampai ke sekolah. Mereka semua punya kakak atau adik. Sebagian besar bersaudara 3 - 4 orang. Mereka semua belum pernah ke luar kota. Jangankan ke luar Pulau Sumba, pergi ke kota Waingapu saja bisa dihitung dengan jari. Yang bikin saya haru, ketika kami membagikan snack beng-beng, hanya Lista yang sudah pernah makan, dibawakan kakaknya yang bersekolah di Kupang katanya. Sementara yang lain baru pertama kali itu makan beng-beng. Ya Tuhan, pengen peluk mereka satu-satu.
Bercerita di bawah pohon sambil makan beng-beng Photo credit - @amahung89 |
Kemarin, saya ngobrol lagi dengan Kak Wanto, relawan 1000 Guru yang menemani perjalanan kami selama di Sumba. Betapa sulitnya menjadi guru disana. Ketika pendidikan anak diserahkan sepenuhnya pada para Guru. Belum lagi keterbatasan akses informasi. Seperti 2 tahun belakangan ketika sekolah diharuskan online karena pandemi, jangankan laptop atau smartphone, signal saja disana susah! Bagaimana mau belajar online? Yang ada ibu bapak guru harus berkunjung satu-satu ke rumah untuk membawakan materi belajar. Sudah begitu, para orang tua sibuk bekerja di ladang atau ngangon hewan, mereka tidak paham juga harus mengajari apa ke anak-anaknya. Semua diserahkan pada para guru di sekolah. Ibu Bapak Guru di pelosok Indonesia memang juara! If only I can do something for them :(
Para Guru di SD Umajawa Photo credit - @amahung89 |
Terimakasih saja tidak cukup untuk menyampaikan how grateful I am to meet them all. Mereka sudah mau berbagi keceriaan dengan kami. Sudah menerima kami tidak hanya dengan terbuka tetapi dengan penuh suka cita. Terimakasih sudah membantu saya memulai 2022 dengan sangat indah!
Other thanks note tentu saja pada my travel buddies kemarin. Para wanita-wanita hebat. Laras, Nindi, Devita, Arum, Cici, Widia, Nia, Anggit, Tabita. Thank you for the sharing, thank you for your kindness. I wish you keep inspire people around you as you always did. You girls are ROCKS!!
The Amazing Girls with Putri Warindig Photo credit - @amahung89 |
Untuk kakak-kakak tim 1000 Guru, Kak Wanto, Kak Ahung, Pak Hari, dan terutaman Kak Jemi. Terimakasih selalu menyebarkan hal-hal baik, mengajak kami semua untuk bebuat baik. Dengan begitu banyak karma baik yang kalian tanam, semoga semakin diberi kelimpahan! Kalau kata Tulus, Manusia-manusia hebat itu kalian!
Bersama Kak Ahung (Kanan) & Kak Wanto (Kiri) |
If you by chance reading this blog post, please please please visit 1000 guru Instagram page and be ready to get inspired!