Walaupun sudah lewat satu minggu, tapi Sumba hangover saya masih belum pulih. Masih belum bisa move on dari indahnya dan juga dari cerita-cerita seru selama disana. Biar kangennya tetep awet, lebih baik ditulis saja hal-hal yang kemarin beberapa teman sempat tanyakan mengenai perjalanan saya ke Sumba.
Sumba aman ga?
Pertanyaan ini selalu muncul saat kita mempertimbangkan perjalanan kemanapun di belahan bumi manapun, tak hanya Sumba. jawabannya juga selalu sama. Aman dan tidak aman at the same time. Tergantung kita menjaga diri sebenarnya. Di Bali yang katanya masih relatif aman saja kadang masih ada kejadian-kejadian kriminal yang menimpa para wisatawan.
Selama di Sumba, saya tidak pernah merasa tidak aman atau tidak nyaman. Karena kami melakukan trip bersama group 1000 Guru. Ketua rombongan mengingatkan kami setelah kegiatan harian, kami selalu diminta berhati-hati untuk tidak keluyuran meninggalkan hotel sendiri. Terumata di Sumba Barat Daya. Sebenarnya lebih untuk berjaga-jaga.
Pengalaman saya, ketika seharian sudah lelah ngebolang keliling bukit, pantai dan padang savana, pulang ke hotel badan sudah lelah dan hanya ingin leyeh-leyeh di kamar atau berendam di kolam hotel. Tidak kepikiran lagi untuk nongkrong-nongkrong. Atau memang saya orangnya pemalas ya?
Menurut Kak Wanto dan Kak Ahung, yang menemani perjalanan saya selama di Sumba, para freelance driver yang biasa ambil trip untuk turis sudah saling kenal baik satu sama lain. Jadi tidak mungkin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Para driver ini malahan yang sangat concern dengan keamanan dan kenyamanan tamu selama di Sumba karena ujung-ujungnya bisnis pariwisata adalah periuk nasi mereka. Pariwisata di Sumba yang baru belakangan mulai ramai, membuat para pelaku pariwisatanya ingin memberikan citra yang baik untuk pulau Sumba.
Kesimpulannya, dari pengalaman kemarin Sumba aman. Mau jalan kemanapun selalu jaga diri. Respect terhadap budaya disana dan berhati-hati. Selama ini it works, semoga selalu aman dan nyaman saat pergi kemanapun.
Sejuta kali lebih indah daripada apa yang tertangkap di kamera. Setidaknya kamera handphone saya. Kalau pakai kamera photographer mahal mungkin akan lebih banyak keindahan yang akan bisa ditangkap.
Sumba punya laguna dan pantai yang sangat indah. Banyak air terjun yang membuat ingin langsung nyebur (meski seindah apapun air terjun selama harus trekking, saya tidak akan tertarik. Hahaha). Yang mungkin hanya ada di Sumba dan tidak ada di tempat lain adalah bukit dan padang savana-nya yang luas dan absolut indah! Indahnya yang bikin merinding!
 |
Indahnya Sumba yang membuat pasti gagal move-on |
Selain alamnya yang luar biasa indah, kain tenun sumba Sumba tak kalah cantik. Setiap daerah punya keunikan sendiri. Di Sumba Barat Daya, motif kainnya lebih minimalis. Mungkin mengusung prinsip less is more. Meski minimalis, tetap saja manis. perpaduan warnanya yang berani membuat warna apapun indah. Banyak orang takut karena kulit gelap dengan warna-warna cerah apakah cocok? Para wanita sumba membuktikannya. Mungkin intinya adalah kamu bangga dan nyaman dengan apapun yang kamu kenakan, pasti terlihat indah!
Kalau sumba timur, motif kain tenun jauh lebih meriah! Mereka biasanya terinspirasi dari alam di sekitar. Tidak heran motif tenun di sumba timur yang paling umum adalah ayam, kuda, burung, bunga dan tumbuhan. Masing-masing motif punya makna tersendiri. Motif Kuda misalnya berarti kekuatan dan keagungan. Ya, kuda memang hewan dengan "kasta" tertinggi di sana. Harga kain ini beragam, mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta. Tergantung jenis benang, kerumitan motif dan teknik pewarnaan. Kalau pewarna-nya adalah pewarna alami, hampir pasti harganya jutaan! Tapi indahnya memanjakan mata dan hati.
 |
Tentu saya kalah cantik dibanding kain-kain ini |
Jadi untuk pertanyaan ini memang sebaiknya kalian melihat sendiri kecantikan Sumba. Tidak terbantahkan.
Selama di Sumba kemana saja?
Total perjalanan saya selama 4 hari dan 4 malam. Tiga hari pertama perjalanan mengikuti itinerary yang sudah disiapkan oleh 1000 Guru. Kalau kalian ikut open trip yang banyak dijual sekarang, kurang lebih juga sama mengunjungi tempat wisata ini, saya bagi foto-fotonya juga biar lebih jelas ya.
Perjalanan dimulai dari Sumba Barat Daya
Kampung Adat Ratenggaro & Pantai Ratenggaro
Sayangnya pesawat saya delay, jadi tidak bisa ikut ke lokasi ini. Tapi beruntung Kak Ahung mau membagikan photo - photo cantiknya di sana.
Danau Weekuri
Sebenarnya ini adalah sebuah laguna, air laut dari pantai Mandorak masuk lewat celah-celah karang sempit, selama bertahun-tahun sampai terbentuklah laguna indah ini. Airnya bening! Saya berenang berlama-lama disana ditamani anak-anak kecil dari desa sekitar. Indahnya danau Weekuri agak terlalu tidak nyata buat saya. Semacam kecemplung ke negeri dongeng!
 |
Kalau menurutmu ini tidak indah, saya menyerah |
Pantai Mandorak
Letaknya persis bersebelahan dengan danau Weekuri. Pantainya adalah lokasi sunset. Tebing-tebingnya tinggi dengan deburan ombak yang pecah di batu karang, mengerikan sekaligus bikin tenang. Rasanya bisa menghirup udara dengan aroma laut dalam-dalam.
 |
Tebing dan Ombak di Mandorak |
Kampung Adat Praijing
Menurut cerita, sebagian penduduk di kampung adat Praijing masih menganut aliran kepercayaan nenek moyang yang bernama Merapu. Masih banyak ditemukan sarkofagus batu untuk penguburan penduduknya. Tak hanya di Praijing sebenarnya, banyak kampung adat yang masih menganut Merapu.
Kampungnya indah, sangat terawat dan masih ditinggali penduduk. Kami menyewa pakaian adat Praijing untuk foto. 1 set lengkap pakaian hanya 50 ribu untuk berfoto sepuasnya.
 |
View dari Kampung yang agak terlalu indah |
Air Terjun Lapopu
Rute untuk sampai ke air terjun lumayan menantang. Jalanan penuh lubang, beberapa kali ranting dan dahan pohon melintang di tengah jalan, tanjakan-tanjakan extreem, bahkan mobil fortuner yang saya tumpangi harus mematikan AC untuk memaksimalkan tenaga! Kami memasuki kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru.
Setelah melewati jalur trekking yang singkat, kami sampai disana. Saat itu arusnya sedang sangat deras dan air berwarna cokelat karena hujan deras selama beberapa hari sebelumnya. Memang banyak yang kecewa karena tidak bisa berfoto cantik, tetapi sebenarnya kondisi ini sangat menguntungkan penduduk. Karena arus air terjun ini digunakan sebagai pembangkit listrik mikrohidro (PLTMH). Saya amaze sih, di Bali air terjun kami belum dimanfaatkan sebesar itu. Listrik masih mengandalkan Paiton.
 |
Niatnya mau berenang, tapi airnya keruh ya sudah membaca saja |
Air terjun Lapopu adalah tujuan wisata terakhir kami di Sumba Barat sebelum berangkat menuju Sumba Timur
Kampung Raja Tenun Praliu
Seperti namanya, Kampung Adat Praliu adalah pusat tenun di Sumba Timur. Tempatnya juga sangat dekat dengan dengan pusat kota Waingapu. Memudahkan turis untuk berkunjung. Begitu masuk areal kampung, kami disambut oleh rumah-rumah adat yang meriah dengan kain-kain tenun bergelantungan di beranda mereka. Semarak sekali. Selain kain-kain, seperti umumnya semua masyarakat Sumba, penduduk disana juga memelihara berbagai hewan ternak yang berkeliaran bebas. Mulai dari anjing, babi, kambing, sapi, dan kuda! Yaps, mereka santai saja sih kalau lihat manusia.
Tidak hanya untuk turis, Kampung Raja juga menjadi tempat favorit untuk pasangan muda sumba yang ingin melakukan foto pre-wedding. Kalau hanya untuk keperluan foto, disana bisa langsung sewa baju adat.
 |
Bersama Kak Wanto & Pak Hari di Kampung Raja |
Bukit Persaudaraan
Masih punya waktu untuk melihat sunset, kami diajak ke bukit persaudaraan. Bukit ini dikelilingi ladang-ladang jagung dan pohon lontar. Nama Bukit Persaudaraan karena bukit ini sering dijadikan lokasi perayaan keagamaan seperti Paskah dan Natal.
Tidak ada di itinerary resmi, tetapi sunset disini juga sangat indah.
 |
Tema cat kuku memang menyesuaikan dengan padang savana |
Bukit Warinding
Kata pemandu kami, Bukit Warinding ini adalah a must visit-nya Sumba. Best timing saat sunset. Sayangnya sore itu hujan deras, jadi kami mengubah jadwalnya menjadi sunrise keesokan harinya. Meskipun bukan best preferred time, saya merasa beruntung pagi itu karena menyaksikan langsung bapak-bapak berkuda berangkat berburu babi hutan ditemani anjing berburu mereka yang sudah andal. Ga ada settingan, itu memang keseharian mereka.
Disini juga disewakan kuda untuk berfoto. Kuda yang paling terkenal adalah kudah berwarna cokelat putih bernama Putri Warinding. Konon katanya si Putri sudah jadi bintang iklan salah satu minuman kesehatan. Entah yang merek mana saya lupa. Dia sangat jinak, dan lumayan fotogenik. Tidak usah khawatir, bapak pemilik kuda menemani disana. Keribetannya hanya satu, Putri tidak menggunakan pelana! Tapi aman, kalau saya saja bisa, kalian pasti bisa!
 |
Tenang, Putri aman meskipun saya gendats |
Air Terjun Waimarang
Satu lagi tempat wisata yang saya skip adalah air terjun Waimarang. Bukan karena cuaca atau waktu yang tidak tepat, tetapi untuk mencapai air terjun harus trekking menuruni bukit yang cukup terjal selama kurang lebih 30 menit.
Saya tahu diri kok, daripada nantinya malah semaput dan merepotkan semua orang, saya memilih leyeh-leyeh di bale-bale bersama para sopir yang menunggu tamu mereka. Leyeh-leyehnya sampai ketiduran yang sangat nyenyak sih. Hahahaha.
No worries, saya punya foto-foto indahnya, dibagi sama kak Ahung.
Pantai Walakiri
Tujuan wisata terakhir bersama group 1000 Guru yang juga sepertinya masuk ke the must visit kalau ke Sumba. Best timing-nya memang saat sunset dan tidak bisa ditawar-tawar, karena yang menjadi keindahannya adalah pohon mangrove yang muncul saat air laut surut, ketika difoto saat sunset terlihat misterius dan magical.
 |
Magical Sunset |
Foto terbaik yang dihasilkan biasanya siluet. Tinggal siapkan saja gaya berfoto paling cetar yang kalian punya. Saya yang gayanya itu-itu melulu saja tetap cakep hasil fotonya.
Hari ke-empat saya melanjutkan perjalanan hanya ditemani Kak Wanto dan Kak Ahung, sementara teman-teman 1000 Guru lain sudah balik pulang. Karena saya tidak mau santai, kami hanya main ke dua, eh tiga tempat deh.
Pasar Inpres Matawai
Ini adalah pasar utama di kota Waingapu. Bukan tujuan wisata, tapi saya memang suka main ke pasar, jadinya ini semacam ritual wajib kemanapun pergi.
Saran saya, kalau mau beli kain murah meriah, paling benar beli di pasar memang. Tentunya ada harga ada mutu ya. Kain-kain di pasar ini memang bukan kain premium seperti yang dijual di pusat kerajinan. Kalau tujuannya memang untuk koleksi, saran sata tetap beli yang kualitas bagus dari kampung tenun. Tapi tujuan saya beli kain untuk nanti saya jahit lagi menjadi rok, jadinya beli yang di pasar saja. Saya dapat selembar kain ukuran 2x1 meter dengan kualitas cukup baik dengan motif ayam cuma 300 ribu. Harga awalnya 500 ribu, kalau pintar menawar mungkin akan dapat lebih murah lagi.
 |
Photo ala selebgram dengan modal kain beli di Pasar Inpres |
Hutan Cemara dan Danau Laipori
Saya amaze, di lokasi sepanas sumba ada hutan cemara yang sangat rimbun! Pohon cemaranya benar-benar besar yang mungkin sudah berusia puluhan tahun. Vegetasinya juga rapat. Saat sudah sampai di dalam hutan, tiba-tiba saja ada danau! Saat itu danaunya sedang surut, katanya karena curah hujan tidak banyak.
 |
Bolang di Danau Laipori |
Tempatnya enak untuk leyeh-leyeh dan ngadem. Duduk bengong atau sambil membaca buku, atau tidur-tiduran sambil mendengarkan lagu, rasanya lupa kalau sedang di Sumba. Panasnya Sumba langsung tidak terasa. Kalau kesini harus sama Kak Ahung! Wajib, karena dia akan bercerita tentag kisah yang tak banyak orang tahu. Ceritanya tentang sekelumit budaya Sumba yang terjadi di danau itu.
Bukit Savana Hiliwuku
Kak Ahung yang menyarankan kami ke Hiliwuku. Katanya kalau dibandingkan Bukit Warinding (yang menurut saya sudah indah), Hiliwuku 100 kali lebih indah. Hhhmmm, menjanjikan juga nampaknya.
Begitu memasuki kawasan bukit Hiliwuku saya kehabisan kata-kata untuk menggambarkan indahnya tempat ini. Sejauh mata memandang hamparan bukit menghijau. Yang paling unik, bukit-bukit ini seperti ada garis-garis horisontal mengelilingi kaki semua bukitnya! Next harus tanya ahli geologi apa penyebab fenomena ini!
Disini saya menangis. Terlalu indah, saya tidak tahu harus bagaimana menuliskannya.
 |
ini hanya 1% saja dari indahnya Hiliwuku |
Makanan Selama di Sumba Gimana?
Pesan saya dari awal, Sumba bukan destinasi tepat untuk wisata kuliner. Seperti penjelasan orang-orang lokal yang saya temui, mereka nyaris tidak punya makanan khas. Mungkin ada sop ayam kampung yang berkuah pekat seperti gulai bisa dibilang yang menjadi signature dishes mereka. Sayangnya sop ini tidak banyak dijual. Saya makannya di restaurant antah berantah dalam perjalanan dari Sumba Barat ke Sumba Timur. Kalau tidak salah namanya Restaurant Lembah Hijau. Bapaknya pelihara ayam kampung di belakang restaurant, katanya kalau ada yang beli tinggal di potong.
 |
Sop ayam kampung |
Ada juga Se'i (daging asap) Babi, saya makan di Sumba Barat Daya. Tapi kata mereka Se'i juga sebenarnya makanan dari Kupang sana. Mau coba Se'i sapi tapi tidak ketemu.
 |
Se'i Babi mantap di Sumba Barat Daya |
Tapi jangan khawatir. Warung Jawa dan Nasi Padang banyak dimana-mana. Lalapan, warteg, martabak, nasi campur juga ada. Di Pantai Walakiri ada warung kecil yang menjual olahan ikan. Bakar, soup, cumi asam manis, cumi crispy, tumis kangkung, fresh langsung dimasakin. Kalau beruntung bisa langsung ketemu nelayan yang baru pulang melaut dan pilih ikan dari mereka.
Ini pertanyaan sejuta umat sepertinya. Saya akan coba jelaskan sedetail mungkin. Tetapi sama seperti lokasi wisata manapun, budget bisa ditambah dan dikurangi sesuai kebutuhan. Yang saya ceritakan ini sepertinya sudah budget minimal dan standar kalau ikut paket wisata ke sumba.
Pilihan pertama adalah paket wisata open trip yang sangat banyak ditawarkan. Biasanya dengan durasi 3 malam dan 4 hari. Rata-rata harga antara 3 -3,5 jutaan per orang. Sudah termasuk hotel, makan full board, transport beserta sopir yang biasanya merangkap jadi guide, dan tiket masuk atraksi wisata. Tinggal beli tiket pesawat saja. Kekurangannya, paket ini baru jalan kalau pesertanya minimal 8 - 10 orang. Cocok kalau mau trip dengan teman-teman, atau oke untuk bertemu teman-teman trip baru.
Kalau mau private trip, gambaran biaya kurang lebih seperti di bawah ini:
Harga-harga berdasarkan perjalanan ke Sumba tanggal 17 - 20 Februari 2022.
Flights
Penting diingat! Di Sumba ada dua bandara, Bandara Tambolaka di Sumba Barat Daya dan Bandara Umbu Mehang Kunda di Sumba Timur. Biasanya trip akan dimulai dari salah satu bandara dan berakhir di bandara satunya lagi.
Trip kemarin saya ambil flight Denpasar - Tambolaka, pulangnya lewat Umbu Mehang Kunda (Waingapu) - Denpasar. Cocokkan bandara datang dan pulang dengan itinerary, jangan sampai tertukar karena jarak satu sama lain 4 jam bermobil. Sebaiknya diskusikan juga dengan pemandu atau driver selama di Sumba.
Tiket saya PP kemarin sekita 1,9 juta. Katanya bisa lebih murah lagi. Asalkan mau rajin-rajin cek harga. Saya beli tiketnya 3 minggu sebelum berangkat. Pilihan dari Bali ada Wings Air atau Nam Air. Kalau dari kota lain, sepertinya harus transit dulu di Denpasar atau Kupang. Penerbangan langsung ke Sumba hanya ada dari Kupang dan Bali. Setidaknya untuk saat ini. Mungkin karena Covid.
Hotel
Mau mahal atau murah tentunya tergantung pilihan masing-masing. Resort mewah juga ada. Macam Nihiwatu atau Lelewatu (keduanya di Sumba Barat Daya) tapi saya belum sanggup. Ini hotel saya menginap kemarin
Hotel Ella (Sumba Barat Daya) - 300 ribu per malam nett sudah termasuk sarapan yang bikin kenyang, kamar lumayan bersih dan ada shower air panas. Beneran city hotel yang di tengah kota, kamarnya agak kecil, jadi tidak memungkinkan tambah extra bed. Mungkin hanya 20-30an kamar saja. Tidak ada pool, tapi sangat dekat dengan airport. Kemarin saya hanya menginap semalam.
Hotel Padadita Beach (Sumba Timur) - 450 ribu per malam nett sudah termasuk sarapan dengan sangat banyak pilihan. Lokasinya beachfront, punya infinity pool ala-ala yang nyaman buat berenang-berenang manja. Karena Sumba panas banget siangnya, saat malam air di kolam jadi hangat. Saya berendam sampai jam 10 malam tetap nyaman.
Kamarnya luas dan bersih. Kalau mau tambah extra bed masih bisa. Total ada tiga lantai, tetapi tidak ada lift, kalau bawaanmu berat dan di lantai atas tidak usah khawatir bellboy mereka sigap kok. Ada meeting room di lobby, selama saya menginap 3 malam itu hotelnya full. Ada orang-orang pemerintahan yang banyak menginap. Sepertinya ada rapat apalah. Senang melihat hotel yang terisi penuh. Staff mereka ramah dan helpfull, super recommended.
Sayangnya saya tidak sempat ambil foto kedua hotel ini. Tapi bisa langsung browsing di internet.
Transport
Di Sumba tidak ada sewa mobil lepasan. Harus sekalian dengan sopir. Lebih aman dan nyaman. Karena di Sumba sinyalnya GSM (Geser Sedikit Mati) jadi tidak mungkin pakai GPS. Yang ada di tengah jalan GPS mati kita malah nyasar di tengah savana kalau tidak dengan sopir.
Medannya juga cukup berat. Ke lokasi wisata banyak jalan yang belum diaspal dengan baik, atau jalanan kecil yang hanya muat satu mobil, dan sering juga dihadang semak belukar di sepanjang jalan. Para sopir di Sumba ini juga bisa sekaligus menjadi pemandu wisata, jadi tidak usah hire guide lagi.
Sewa mobil sudah termasuk sopir dan bahan bakar seharian selama pandemi ini kisarannya kurang lebih:
Innova: 800 ribu - 1 juta rupiah per hari
Fortuner: 1 juta - 1,3 juta rupiah per hari
Ya, 2 jenis ini mayoritas mobil wisata, alasannya itu tadi karena medan yang berat. City car pasti tidak sanggup.
Rekomendasi saya Kak Wanto, selain
freelance driver dia juga relawan 1000 Guru. Nanti Kak Wanto akan banyak cerita tentang kondisi pendidikan di Sumba juga. Kalau mau nego-nego tipis, boleh kontak langsung IG-nya
@purrwanto_
Photographer (Optional)
Kenapa saya masukkan photographer, karena Sumba terlalu indah kalau sampai terlewatkan. Terutama jika kalian mau mempercantik sosial media. Atau kalian adalah photographer yang mau berburu stok photo.
Rekomendasi saya Kak Ahung (ini bukan endorse ya), selain photographer kak Ahung juga pencerita yang sangat jago! Saya tahu banyak tentang budaya Sumba ya karena dia. Jadi tidak hanya sekedar sightseeing dan berfoto, tapi paham tentang kehidupan mereka.
Menurut Kak Ahung, banyak lokasi di Sumba yang juga ideal untuk foto-foto bintang dan milky ways! Hajar lah!
Tarif kak Ahung sangat bersahabat. Seharian hanya 500 ribuan. Bandingkan deh kalau kalian di Bali sewa photographer, sejam saja sudah lebih mahal daripada itu!
Kalau mau kontak kak Ahung atau mau lihat-lihat portfolionya, langsung cek IG dia
@amahung89 DM dia langsung, anaknya aktif di IG kok.
Atraksi Wisata
Tujuan wisata berbayar hanya di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Rata-rata harga tiket masuk per orang antara 20 - 25 ribu dan tiket mobil 10 ribu per mobil. Hati-hati selama di Sumba Barat Daya jika ada anak-anak kecil yang menawarkan mengambil foto kalian atau menjadi model foto, mereka akan minta imbalan uang. Iya, agak sedih memang. Selalu minta saran ke sopir atau guide kalian jika ragu-ragu, mereka akan sigap membantu.
Yang wajib lainnya adalah sewa Kuda untuk foto. Kalau hanya foto sambil memegang kuda harganya 25ribu per orang. Sedangkan jika ikin berfoto sambil menunggang kuda harganya 50ribu per orang.
Begitu masuk Sumba Timur, semua atraksi wisata gratis tis tis! Jangankan turis biasa, untuk photo pre-wedding saja gratis kok. Bayangkan di Bali yang kalau mau photo macam itu minimal tiketnya 500 ribu. Orang-orang di Sumba Timur juga lebih turis friendly. Mereka tidak akan memaksa kita belanja atau menggunakan jasa mereka. Jadi selama di tempat wisata juga nyaman.
Makan
Selama di Sumba kemarin kami lebih sering makan di warung daripada di restaurant. Jadi bisa hemat-hemat. Paket ikan bakar dengan menu-menu pendamping dan makannya sampai kenyang bego kurang lebih harganya 70 - 100 ribu per orang.
 |
Ikan bakar, sop ikan, cumi asam manis, kangkung untuk 3 orang |
Sop ayam kampung 20 ribu per porsi. Menu makan lain di warung standar saja. Di hotel juga harganya masuk akal menurut saya. Juice buah 20 ribuan segelas. Nasi goreng 30-35 ribu. Ga bikin ngeri pokoknya.
So, kurang lebih itu yang perlu diketahui sebelum ke Sumba. Kalau memang niatnya sudah ada dan budget jalan-jalan sudah cukup, cuss berangkat! Mumpung sekarang masih sepi. Sekalian membantu ekonomi mereka, kitapun senang bisa jalan-jalan!
Selamat Liburan!