Berkunjung Ke Acara Tunangan Orang Oman
Kemarin seorang kawan Omani mengundang saya datang ke rumahnya, namanya Ahmed. Kebetulan hari kedua Idul Adha, katanya keluarganya ingin kenalan dengan saya sekaligus untuk makan malam.
Namanya undangan makan, apalagi dari kawan yang selama ini sangat baik pada saya, tentu saja dengan senang hati saya iyakan. Sepulang kerja, saya dan Ms. Joy dijemput oleh beliau dan langsung menuju rumahnya, salah satu desa di pegunungan Jabal Akhdar, nama desanya Wadi Bani Habib. Sekitar 10 menit saja naik mobil dari apartment saya.
Seperti rumah Omani umumnya, bagian paling depan rumah adalah Majelis atau ruang tamunya. Ruang tamu orang Oman biasanya besar, luas dan nyaman. Mungkin karena budaya mereka dimana kekeluargaan masih sangat erat, dan berkunjung ke rumah saudara dilakukan hampir setiap minggu.
Di Majelis kami ditemani oleh Ibu mertuanya Ahmed. Ibunya adalah orang India, jadi bisa bahasa Inggris meskipun terbatas. Meski begitu ibunya sangat ramah! Beliau bercerita banyak tentang silsilah keluarganya. Banyak anak kecil berseliweran selama kami di Majelis dan si ibu dengan semangat bercerita bahwa pada dasarnya semua anak-anak ini adalah satu keluarga.
Disini keseruan cerita sebenarnya. Omani family, secara umum adalah keluarga besar. Terutama di Jabal Akhdar. Ahmed punya 13 anak!!! Dari seorang istri saja lho ya. Sementara Ahmed sendiri bersaudara 12 (kalau tak salah) dari 2 ibu termasuk si Ibu India. Ibu India adalah istri ke dua dari bapaknya Ahmed.
Jadi, kalau kalian dari keluarga besar, saya dari pihak bapak adalah keluarga besar, maka tak akan heran dengan kondisi ini: Anak Ahmed yang paling kecil hampir seumuran dengan salah satu cucunya dan hampir seumuran dengan adiknya yang paling kecil! Agak membingungkan memang saat dijelaskan, tetapi ketika saya bandingkan dengan keluarga di Bali, kurang lebih ya sama juga. The perks of big family!!!
Yang paling menarik tentu saja interaksi antar orang Oman ini, menurut beberapa teman saya yang sudah malang melintang di banyak negara timur tengah semacam UAE, Saudi Arabia, Qatar, Bahrain, dll, mereka cerita ke saya kalau orang Oman adalah orang-orang yang paling ramah se-timur tengah! Sepertinya benar, keramahan mereka mengalahkan keramahan kita orang Bali.
Ketika di bertamu kemarin contohnya, kami dijamu dengan sekeranjang buah-buahan, kurma, halwa (dodolnya orang Oman), kahwa (kopinya orang Oman) dan untuk makan malam mereka menyajikan olahan daging sapi (semacam rendang, saya lupa namanya) dan Rakal Bread (semacam crepes gitu). Semua dalam porsi jumbo tentu saja.
Nah, keramahan orang Oman itu kelihatan sekali saat makan malam. They will not let your mouth empty! (saya jd curiga ibu saya keturunan orang Oman krn kelakuannya persis begini). Mereka tidak akan biarkan tangan kita kosong, mereka yg akan ambilkan makanannya (dibuatkan wrap kecil-kecil) dan dikasikan ke kita, bahkan saat bibir masih sibuk ngunyah, kedua tangan sudah dijejali dengan suapan berikutnya. Begitu jg dengan buah, ketika mereka sadar saya selalu ambil anggurnya, mereka dengan sigap memilihkan anggur yg besar2 dan memberikan ke saya segenggam besar anggur. Pokoknya klo belum sampe nyerah, mereka akan terus memberikan kita makan! (cucok buat anak rantau macam saya)
Tetamu lain berdatangan hari itu, kembali saya lihat keramah tamahan mereka. Jadi setiap ada tamu baru datang, mereka akan berkeliling ruangan dan menyalami semua orang satu per satu. Yak, kalian tidak salah baca, semuanya, one by one! Karena saya paling pertama datang ya saya tinggal duduk manis dan mereka yang baru datang yang menghampiri saya. Kenal ga kenal, rata semua. Kebayang kan kalau satu ruangan itu terisi hampir 30 wanita dan kita datang terakhir berarti kita harus menyalami semuanyah! Tapi yang membuat saya beneran terharu adalah, ketika mereka bertemu yang lebih tua atau saudara yang sudah agak lama tak bersua, mereka tak sekedar bersalaman, mereka akan berpelukan lumayan lama sambil saling membisikkan doa untuk satu sama lain. Sweet lah pokoknya!
Oh iya lupa, bapak-bapak dan kaum lelaki lainnya di ruangan terpisah.
Selesai makan dan semua tamu datang, Ibu India mengajak kami ke ruangan lain. Ternyata hari itu adalah semacam hari pertunangan salah satu putrinya Ahmed! Saya baru ngeh, itulah alasan kenapa begitu banyak saudaranya Ahmed datang dengan baju2 cantik (sementara saya seperti biasa dengan baju seadanya). Diruangan ini (ukurannya 1/2 x lebih kecil dari Majelis) putrinya Ahmed yang akan menikah diantar masuk oleh ibunya.
Cantik sekali dengan baju tradisional Oman (saya tidak punya fotonya karena memang tidak etis mengambil foto orang lain di sini, apalagi tanpa ijin). Dikelilingi oleh kerabatnya, satu persatu para wanita ini mendekati calon mempelai, bersalaman dan membisiki doa-doa padanya. Terharu lah pokoknya!
Lalu setelah semua bersalaman dan mendoakan (termasuk saya dan Ms Joy), keseruan pun dimulai. Musik mulai dimainkan dan semua orang mulai menari, termasuk sang calon mempelai. Saya dan Ms Joy ikut menonton dengan bahagia. Saat pergantian lagu, minuman dan kue-kue dibagikan, break time untuk mereka mungkin ya. Lalu Ibu India menghampiri kami sambil berbisik "they all want to see you both dance!", ya mereka semua ingin melihat saya dan Ms Joy menari. Awalnya malu, lalu mereka semua mulai menyemangati kami, jadilah kami ikut menari meski dengan gerakan acakadut, campuran antara goyang dangdut dan koplo (tapi tanpa salto!)
Puas menari dan tertawa-tawa, kemudian kami diberitahu bahwa calon mempelai pria dan ibunya akan segera tiba. Jadilah kami duduk manis kembali (lesehan semua). Calon mempelai pria masuk diantar oleh ibu dan saudara-saudara perempuannya, jadi pria dewasa di dalam ruangan hanya si calon suami. Sang Pria mengenakan disdasha putih, mussar (turban) dan kanjar (senjata tradisional oman) di pinggang, terlihat gagah dan tampan!
Begitu bertemu, si Pria meletakkan tangannya di kepala calon istrinya sambil membacakan doa-doa. Lalu mereka saling berpandangan, pandangannya penuh cinta dan suka cita! Alamaaakkk melihatnya malah sayang yang deg-degan dan berkaca-kaca. Macam saya yang bakal dikawinin.
Sayangnya sampai disitu saya harus segera pulang, karena sudah terlalu larut dan driver sudah menunggu sebelum bertugas shift malam.
Senang sekali Ahmed mengundang kami ke acara keluarganya, selama bersama para wanita di keluarganya Ahmed menelpon saya 3x hanya untuk memastikan saya menikmati makanan dan berkumpul bersama keluarganya karena dia di ruangan lain.
Tentu saja, mulai dari Ibu mertua, Istri, Menantu dan cucu-cucunya semua begitu baik, begitu ramah dan menerima kami seolah kami adalah saudara sendiri. Saya diijinkan menggendong cucu paling kecilnya Ahmed, salah satu menantunya ngobrol cukup lama meski dengan bahasa inggris yang terbatas. Intinya saya gembira sekali, bahagia rasanya seperti berkumpul bersama keluarga besar.
Oh iya, pernikahannya baru nanti tahun depan, karena calon mantunya Ahmed harus membangun rumah dulu. Laki-lakinya adalah tetangga sendiri, dan seperti banyak pernikahan di Oman lainnya, mereka dijodohkan. Meski begitu, I can see the love sparks in their eyes!
Happy weekend peeps :)
![]() |
Picture Source: https://www.ieagle.com/flyhigh/interesting-facts-about-oman/ |
Namanya undangan makan, apalagi dari kawan yang selama ini sangat baik pada saya, tentu saja dengan senang hati saya iyakan. Sepulang kerja, saya dan Ms. Joy dijemput oleh beliau dan langsung menuju rumahnya, salah satu desa di pegunungan Jabal Akhdar, nama desanya Wadi Bani Habib. Sekitar 10 menit saja naik mobil dari apartment saya.
Seperti rumah Omani umumnya, bagian paling depan rumah adalah Majelis atau ruang tamunya. Ruang tamu orang Oman biasanya besar, luas dan nyaman. Mungkin karena budaya mereka dimana kekeluargaan masih sangat erat, dan berkunjung ke rumah saudara dilakukan hampir setiap minggu.
![]() |
Mejelis tempat kumpul keluarga |
Di Majelis kami ditemani oleh Ibu mertuanya Ahmed. Ibunya adalah orang India, jadi bisa bahasa Inggris meskipun terbatas. Meski begitu ibunya sangat ramah! Beliau bercerita banyak tentang silsilah keluarganya. Banyak anak kecil berseliweran selama kami di Majelis dan si ibu dengan semangat bercerita bahwa pada dasarnya semua anak-anak ini adalah satu keluarga.
Disini keseruan cerita sebenarnya. Omani family, secara umum adalah keluarga besar. Terutama di Jabal Akhdar. Ahmed punya 13 anak!!! Dari seorang istri saja lho ya. Sementara Ahmed sendiri bersaudara 12 (kalau tak salah) dari 2 ibu termasuk si Ibu India. Ibu India adalah istri ke dua dari bapaknya Ahmed.
Jadi, kalau kalian dari keluarga besar, saya dari pihak bapak adalah keluarga besar, maka tak akan heran dengan kondisi ini: Anak Ahmed yang paling kecil hampir seumuran dengan salah satu cucunya dan hampir seumuran dengan adiknya yang paling kecil! Agak membingungkan memang saat dijelaskan, tetapi ketika saya bandingkan dengan keluarga di Bali, kurang lebih ya sama juga. The perks of big family!!!
Yang paling menarik tentu saja interaksi antar orang Oman ini, menurut beberapa teman saya yang sudah malang melintang di banyak negara timur tengah semacam UAE, Saudi Arabia, Qatar, Bahrain, dll, mereka cerita ke saya kalau orang Oman adalah orang-orang yang paling ramah se-timur tengah! Sepertinya benar, keramahan mereka mengalahkan keramahan kita orang Bali.
Ketika di bertamu kemarin contohnya, kami dijamu dengan sekeranjang buah-buahan, kurma, halwa (dodolnya orang Oman), kahwa (kopinya orang Oman) dan untuk makan malam mereka menyajikan olahan daging sapi (semacam rendang, saya lupa namanya) dan Rakal Bread (semacam crepes gitu). Semua dalam porsi jumbo tentu saja.
![]() |
Senampan penuh daging dan roti untuk saya seorang! |
Nah, keramahan orang Oman itu kelihatan sekali saat makan malam. They will not let your mouth empty! (saya jd curiga ibu saya keturunan orang Oman krn kelakuannya persis begini). Mereka tidak akan biarkan tangan kita kosong, mereka yg akan ambilkan makanannya (dibuatkan wrap kecil-kecil) dan dikasikan ke kita, bahkan saat bibir masih sibuk ngunyah, kedua tangan sudah dijejali dengan suapan berikutnya. Begitu jg dengan buah, ketika mereka sadar saya selalu ambil anggurnya, mereka dengan sigap memilihkan anggur yg besar2 dan memberikan ke saya segenggam besar anggur. Pokoknya klo belum sampe nyerah, mereka akan terus memberikan kita makan! (cucok buat anak rantau macam saya)
Tetamu lain berdatangan hari itu, kembali saya lihat keramah tamahan mereka. Jadi setiap ada tamu baru datang, mereka akan berkeliling ruangan dan menyalami semua orang satu per satu. Yak, kalian tidak salah baca, semuanya, one by one! Karena saya paling pertama datang ya saya tinggal duduk manis dan mereka yang baru datang yang menghampiri saya. Kenal ga kenal, rata semua. Kebayang kan kalau satu ruangan itu terisi hampir 30 wanita dan kita datang terakhir berarti kita harus menyalami semuanyah! Tapi yang membuat saya beneran terharu adalah, ketika mereka bertemu yang lebih tua atau saudara yang sudah agak lama tak bersua, mereka tak sekedar bersalaman, mereka akan berpelukan lumayan lama sambil saling membisikkan doa untuk satu sama lain. Sweet lah pokoknya!
Oh iya lupa, bapak-bapak dan kaum lelaki lainnya di ruangan terpisah.
Selesai makan dan semua tamu datang, Ibu India mengajak kami ke ruangan lain. Ternyata hari itu adalah semacam hari pertunangan salah satu putrinya Ahmed! Saya baru ngeh, itulah alasan kenapa begitu banyak saudaranya Ahmed datang dengan baju2 cantik (sementara saya seperti biasa dengan baju seadanya). Diruangan ini (ukurannya 1/2 x lebih kecil dari Majelis) putrinya Ahmed yang akan menikah diantar masuk oleh ibunya.
Cantik sekali dengan baju tradisional Oman (saya tidak punya fotonya karena memang tidak etis mengambil foto orang lain di sini, apalagi tanpa ijin). Dikelilingi oleh kerabatnya, satu persatu para wanita ini mendekati calon mempelai, bersalaman dan membisiki doa-doa padanya. Terharu lah pokoknya!
Lalu setelah semua bersalaman dan mendoakan (termasuk saya dan Ms Joy), keseruan pun dimulai. Musik mulai dimainkan dan semua orang mulai menari, termasuk sang calon mempelai. Saya dan Ms Joy ikut menonton dengan bahagia. Saat pergantian lagu, minuman dan kue-kue dibagikan, break time untuk mereka mungkin ya. Lalu Ibu India menghampiri kami sambil berbisik "they all want to see you both dance!", ya mereka semua ingin melihat saya dan Ms Joy menari. Awalnya malu, lalu mereka semua mulai menyemangati kami, jadilah kami ikut menari meski dengan gerakan acakadut, campuran antara goyang dangdut dan koplo (tapi tanpa salto!)
Puas menari dan tertawa-tawa, kemudian kami diberitahu bahwa calon mempelai pria dan ibunya akan segera tiba. Jadilah kami duduk manis kembali (lesehan semua). Calon mempelai pria masuk diantar oleh ibu dan saudara-saudara perempuannya, jadi pria dewasa di dalam ruangan hanya si calon suami. Sang Pria mengenakan disdasha putih, mussar (turban) dan kanjar (senjata tradisional oman) di pinggang, terlihat gagah dan tampan!
Kurang lebih begini tampilan calon mempelai prianya. Picture source: http://2010592027ibr.wixsite.com/omani-culture/about |
Begitu bertemu, si Pria meletakkan tangannya di kepala calon istrinya sambil membacakan doa-doa. Lalu mereka saling berpandangan, pandangannya penuh cinta dan suka cita! Alamaaakkk melihatnya malah sayang yang deg-degan dan berkaca-kaca. Macam saya yang bakal dikawinin.
Sayangnya sampai disitu saya harus segera pulang, karena sudah terlalu larut dan driver sudah menunggu sebelum bertugas shift malam.
Senang sekali Ahmed mengundang kami ke acara keluarganya, selama bersama para wanita di keluarganya Ahmed menelpon saya 3x hanya untuk memastikan saya menikmati makanan dan berkumpul bersama keluarganya karena dia di ruangan lain.
Tentu saja, mulai dari Ibu mertua, Istri, Menantu dan cucu-cucunya semua begitu baik, begitu ramah dan menerima kami seolah kami adalah saudara sendiri. Saya diijinkan menggendong cucu paling kecilnya Ahmed, salah satu menantunya ngobrol cukup lama meski dengan bahasa inggris yang terbatas. Intinya saya gembira sekali, bahagia rasanya seperti berkumpul bersama keluarga besar.
![]() |
Saya, Ms Joy dan salah satu cucu Ahmed |
Oh iya, pernikahannya baru nanti tahun depan, karena calon mantunya Ahmed harus membangun rumah dulu. Laki-lakinya adalah tetangga sendiri, dan seperti banyak pernikahan di Oman lainnya, mereka dijodohkan. Meski begitu, I can see the love sparks in their eyes!
Happy weekend peeps :)