Turkey Trip - Cerita Sepanjang Perjalanan
Telat kali ya kalau baru sadarnya sekarang kalau travelling alone is not a bad idea at all! Bahkan a very good one! Bukan baru sadar sih, cuman memang baru datang lagi kesempatan jalan-jalan sendiri.
Setelah berbagai pertimbangan, sempat mau ke India, Georgia, Sri Lanka, Nepal, bahkan sempat mau pulang ke Indonesia. Memutuskan ke Turki sebenarnya lumayan dadakan, hanya gegara saya lihat ada promo tiket Oman Air PP Muscat - Turki - Muscat hanya OMR 99 (sekitar 3,5 juta rupiah). Ini hitungannya murah banget-nget, apalagi terbangnya dengan Oman Air (makanannya selalu enak di lidah saya)
Anyway, this trip will be my very first solo trip after years!!! Solo trip saya yang terakhir itu sepertinya tahun 2012, setelahnya selalu ada teman jalan. Jadi lumayan deg-degan juga sih. Nah karena saya sedang malas dan terutama ga mau ribet, so I arrange the trip like what tourist did. I hired a travel agent to arrange everything! I know this is not challenging at all, cemen bgt lah pokoknya.
Anyhow, as usual, what I always love from a trip to a new place not only the tourist attractions, but the most interesting thing is the stories from the people I meet there. So here are my stories :)
1. A Syrian Refugee Named Zacharia
Hari ketiga saya di Turkey, seperti biasa tour hanya setengah hari. Saya memutuskan jalan-jalan sedikit jauh dari hotel (mengingat saya orangnya terlalu gampang nyasar). Sampai saya melewati pasar kecil yang isinya toko-toko souvenir dan beberapa warung buah.
Tidak ada yang spesial dari toko-toko souvenir ini. Jualannya pun sama seperti toko souvenir di sebagian besar daerah wisata di seluruh dunia. Key chain, magnet, post card, jewellery, syal, etc. Dan seperti biasa, biarpun jualannya super standar, saya gatel tetap ingin belanja. Ya maaf, namanya juga mbak-mbak kantoran kan.
Nah, disinilah cerita berawal. Yang punya toko sangat ramah, di Turki sepertinya jamak untuk bertanya pada orang asing "where are you from?" instead of bertanya pertanyaan standar semacam "how are you?" Pertanyaan inilah yang mengawali percakapan kami.
Namanya Zacharia (semoga spellingnya bener ya), dia pengungsi Syria (okay, boleh tarik napas dulu sampe sini). Zac sudah 6 tahun menjadi pengungsi di Turki. Dari umurnya baru 27 tahun. Seperti cerita pengungsi lainnya, dia mengungsi dengan menaiki sepedanya dari Syria ke Turki selama beberapa hari. Dia bercerita malam itu misil menyerang daerah tempat tinggalnya dan menghancurkan apartmentnya, sukurnya saat itu dia sedang makan malam bersama beberapa kawannya. Tapi naas, salah satu kawannya masih di apartment dan dia dinyatakan meninggal. Dia bahkan tak sempat melihat jasad kawannya dan menguburkannya dengan layak.
Malam itu juga dia segera ke rumah ibunya untuk memastikan ibunya aman. Saat memutuskan mengungsi ke Turki, tujuan Zac hanya satu. Ingin bekerja dan melanjutkan sekolah! Dia sempat mengajak ibunya untuk ikut ke Turki, tapi beliau memilih tetap di Syria dan bekerja di rumah sakit. 6 tahun di Turki, Zac bekerja extra keras. Mengerjakan apapun terutama di industri pembuatan perhiasan perak, hingga akhirnya dia berhasil menyewa toko souvenir kecilnya (baru buka 6 bulan) dan menyewa apartment yang layak.
Satu hal yang membuat saya menangis mendengar cerita Zac, "Winda, one day I will go home. I want to go home." Ya Allah.. remuk hancur rasanya hati saya. Mungkin sy mengerti sebagian kecil rasanya menjadi dia. Rindu akan rumah, tetapi rindu Zac berbeda. Kalau saya rindu rumah, sebenarnya saya bisa pulang kapan saja. Tapi tidak untuk Zac, untuk dia, pulang tak sesederhana itu. Perang telah menghancurkan rumahnya, mengambil nyawa kawannya, meluluh lantakkan masa depannya.
Tapi satu hal yang saya salut dari Zac adalah, seberapa burukpun perang mencoba menjatuhkannya, dia tetap tak kehilangan semangat dia tetap berusaha meraih cita-citanya.
Zac hanya satu dari berjuta cerita pengungsi di seluruh dunia.
Seperti kata Jhon Lennon & Yoko Ono "War is Over if You Want It"
2. Cancer Will Beat Me One Day, But Not Today
Salah satu trip saya adalah melihat Istanbul dari boat tour.
Teman seperjalanan saya adalah kakek-kakek yang saya pikir usianya mungin 70 - 75 tahun. Selama tour kami tak banyak ngobrol karena kami fokus pada cerita tour guide tentang tempat-tempat yang dilewati boat kami.
Nah, ketika tour berakhir, kami diturunkan di spice market. Kebetulan sehari sebelumnya saya sudah sempat main ke pasar ini jadi sudah tidak tertarik lagi. Nah saat itu Chuck (nama kakek ini) bertanya pada saya apakah saya mau menemani dia jalan-jalan di pasar, karena dia juga travelling sendiri. Tentu dengan senang hati saya iyakan.
Chuck berasal dari Michigan, dan ternyata dia adalah veteran perang Vietnam. Langsung saya nyeletuk, "so do you by chance meet Rambo during the war" diapun tertawa! Dengan bercanda dia bilang "No, bul I kill more than him" Hahahaha.. giliran saya yang tertawa.
Lalu Chuck bercerita kalau sebenarnya dia bukan tentara yang ditempatkan di medan perang, dia adalah mata-mata! Uwooooo.... jadi selama perang dia tidak tinggal di barak, tetapi di apartment. Tidak pernah sekalipun dia menggunakan seragam tentara. Chuck juga travelling ke banyak negara untuk tugas-tugasnya. Kata dia, sebenarnya saat itu lumayan menyenangkan kecuali fakta bahwa dengan informasi yang dia kumpulkan, dia baru saya membunuh seseorang atau malah beberapa orang sekaligus! "So I'm not any better than the field assassin Winda".
Dia lanjut bercerita meski begitu dia tak pernah menyesali keputusannya menjadi volunteer army. Terutama sekarang setelah dia di diagnosis untuk kedua kalinya kalau dia terserang kanker prostat stadium 3. (Kanker pertamanya adalah Kanker Usus yang telah dinyatakan sembuh). Dia menjalani berbagai pengobatan termasuk tentu saja kemotherapy. Ternyata ini berdampak pada fisiknya. Padahal usianya baru 68 Tahun tetapi dia terlihat jauh lebih tua.
Sayapun heran, kalau saya terserang kanker macam dia, mungkin saat ini saya sedang mengeram diri di kamar sambil menangis dan meratapi nasib. Itu juga yang tanyakan pada dia, dengan kondisi kesehatan seperti itu how come he travel the world alone?! This is Insane!!
Saat itulah Chuck bilang ke saya " Cancer will beat me one day, but not today. I will enjoy my life, I will travel the world. And I won't let anything to ruin my happiness!" Juaraaakkk!!!
Sebenarnya Chuck harus kembali ke kampungnya dalam beberapa bulan. kata dia, ada pengobatan kanker baru yang berhasil diuji cobakan di Jerman dan ingin diuji coba di Amerika. Ketika dia mendengar berita ini bahwa mereka mencari pasien kanker untuk bisa dilakukan uji coba, sia dengan senang hati mengajukan diri. Alasannya sederhana sekali "I'm old already, If the med is doesnt work it will be fine for me since I enjoy life already."
3. We Meet in The Bus, And They Inspire Me
Kota kecil di Turki yang menjadi sangat terkenal karena balon udaranya adalah Cappadocia. Dan inilah trip terakhir saya.
Trip ini rombongan saya cukup besar, 11 orang.
Jadi mini bus kami nyaris penuh. Yang menarik adalah, rombongan kami benar-benar beragam. Satu keluarga dari Singapore, sepasang kakek nenek dari Mumbai dan solo traveller macam saya dari Sidney, Argentina, Texas, dan Netherland.
Daaann, perbedaan ini membuat bis kami ramai!! Uniknya yang menjadi glue di rombongan sirkus kami adalah the golden couple from Mumbai! Namanya Raj dan Suri. Mereka baru menikah sekitar 14 tahun, ini adalah pernikahan kedua bagi mereka berdua. Alamak, kalau lihat mereka rasanya dada nyeri saking mereka terlihat sangat saling mencintai! Mereka bilang ke saya, failure in love doesnt mean stop. It just means that someone is waiting for you and to love you! Aww bgt kan! Mereka juga yang menginisiasi kami saling bertukar alamat email (alasannya kalau bertukar nomor telpon anak mudah jaman sekarang berganti nomor teleon sejuta kali dalam sebulan.. hahaha).
Lalu ada keluarga tante Rohinim dari Singapore. Dia travelling bersama suami dan kedua anak perempuannya. Anak-anak gadis ini sudah pada bekerja, tapi ya tuhan mereka sweet! Sangat sopan dan benar-benar ramah. Mereka akan berusaha melibatkan kita dalam percakapan mereka, intinya mereka anak-anak yang sangat baik. Salut lah sama orang tuanya, meski ini anak-anak sudah keliling dunia, tapi mannernya superb! Kata tante Rohin, setahun sekali mereka harus liburan keluarga sekali, entah mau kemana. Meski dia bilang semenjak anak-anaknya semakin besar, semakin susah atur jadwalnya, tapi they still manage to do that! Sweet!!
Lain lagi cerita para single traveler ini, Ben (Texas) dan Belle (Argentina) ternyata resign setalah 1-2 tahun bekerja untuk mengumpulkan uang khusus untuk keliling dunia! Alamak, salut kali saya dibuatnya! Inginnya ya seperti mereka, tapi nanti setelah semua cicilan beres! Hahaha...
Sehari di Cappadocia bersama mereka, banyak sekali cerita yang kami bagikan. Meski belum tentu akan bertemu mereka lagi, but hey, who knows?! At least the one in India and Singapore is really reachable for me :)
4. We Are Not Only a Seller, But We are a Storyteller
Turkish Delight
Suka tidak suka, mau tidak mau yang paling menyenangkan dari jalan-jalan bagi saya adalah BELANJA!
Di Turki, bekal saya separo lebih habis untuk belanja jajanan a.k.a dessert! Yaps, Turki memang surganya jajanan manis. Tiap suduh kota dipenuhi kafe-kafe lucu dan toko-toko kecil yang menjual turkish delight alias jajanan ala turki. Mulai dari Baklava, rice pudding, sampai turkish delight dengan isian segala rupa mulai dari pistashio, almond, delima, kayu manis, sebut deh, semua serba ada. Belum lagi pilihan seduhan teh dan buah-buahan kering mereka. Daaan yang paling penting mereka semua bagi-bagi tester gratis! Mau belanja, mau endak, kurma jordan yg gemuk-gemuk aja di umbar-umbar dikasiin ke kita yang lewat kok! Duh, Instanbul surga jajanan manis pokoknya.
Anyway, cerita saya berawal di hari pertama ketika guide saya (saya panggil dia Doctor, karena nama aslinya susah) membawa saya ke salah satu tujuan kami yaitu Spice Market. Nah di bayangan saya jualannya bumbu dapur kan. Tapiii... eng ing eng, pasarnya alamak cakep! Doctor tanya ke saya, "Winda do you want to do normal shopping with bargaining till death or you want to hear some story with a cup of tea?" ingin rasanya ya jawab "ya menurut yetiiiiiii?!?!?!" tentu saja saya memilih yg kedua. Yang saya paling suka dari Doctor adalah, dia sangat terbuka. Dari awal dia bilang ke saya, kalau kamu ga belanja jg gapapa, cuman kalau kamu belanja saya dapat komisi! Hahaha... iye ngerti Doc!
Nah, diajaklah saya ke salah satu toko di Spice Market. Disambut bapak-bapak yang punya toko dan asistennya, saya ditunjukkan jejeran bumbu-bumbu yang sudah kering dan beberapa dalam bentuk powder. Sebagai rakyat Indonesia dari kampung yang biasanya melihat bumbu dalam wujud aslinya yang segar, saya kebingungan. Disinilah cerita berawal.
Masih ingat tidak pelajaran sejarah jaman SMP yang membahas tentang jalur perdangan dunia yang bernama Jalur Sutra (Silk Road)? Iya itu lho yang jalur expor impor antara Asia, Timur Tengah dan Eropa. Nah Turki (dan beberapa negara disekitarnya termasuk Syria) ada di jalur perdagangan ini. Menurut si Om (yang saya lupa tanya namanya siapa), inilah salah satu alasan kenapa Turki memiliki peranan besar dalam sejarah dunia. Tak hanya urusan dagang, pun termasuk perkembangan agama-agama besar dunia.
Lanjut si Om, kenapa bumbu dapur ini bentukannya kering, tentu saja agar awet ketika dibawa dari Asia ke Eropa sana. Jadi mereka menggunakan teknik pengawetan makanan yang paling sederhana sekaligus salah satu yang paling tua, yaitu dengan dikeringkan!
Sebagai negara "terminal" antara Eropa dan Asia, Turki mengadopsi kedua budaya. Kalau katanya si Doctor, Turkey is the most eastern on the west and the most western on the east. Terbukti kok, budaya kekeluargaannya macam kita di Asia, tampangnya tampang Eropah semua.
Cerita Om Toko Bumbu belum berakhir, beliau menawarkan saya teh dari pilihan "teh" yang dia punya. Teh yang dimaksud bukan teh dari pohon teh normal ya. Teh yang dimaksud adalah kombinasi berbagai tanaman (umumnya bunga dan dedaunan) yang dikeringkan dan diseduh untuk kita minum. Segala macam sih kalau ini. Dari mawar, melati, cammomile, lavender, lemon grass sampai jenis lain yang saya tak kenal namanya.
Saya pilih yang paling aman, Jasmine tea saja. Diseduhkan sambil menunggu seduhan jadi, kembali si Om bercerita tentang Turkish Delight. Menurut beliau, Turkish Delight mungkin sudah ada dari berabad lalu. Dia bilang antara tahun 1600- 1700an. Sebenarnya berkembangnya ya dari negara-negara timur tengah. Nah inilah salah satu komoditi mereka (selain karpet, keramik, dan sutera) di jaman dahulu kala hingga kini.
Lalu teh sayapun siap.
Masih berlanjut ngobrol kesana kemari, tak terasa hari menjelang sore. Saya membeli beberapa kotak Turkish Delight untuk saya bawa ke kantor (tak sebanyak pembeli lain yang membeli berdus-dus), tapi yang membuat saya bahagia, meskipun saya belanja tak banyak, mereka tetap melayani dan bercerita dengan saya. Katanya si Om, jarang ada yang mau dengar cerita. Biasanya mereka datang, ambil foto, coba tester, belanja dan tawar menawar lalu pergi.
Karpet Turki
Kisah lain berasal dari kota kecil yang super terkenal karena atraksi balon udaranya, Cappadocia.
Cita-cita saya sama lah seperti semua turis yang berkunjung kesini, naik balon udara!
Tapiii, pagi itu saat jadwal saya naik balon udara ternyata HUJAN! Yaps, balon udara harus dibatalkan! Tapi saya tidak sedih samasekali, bukankah ini salah satu alasan valid untuk saya balik lagi kesini?!
Meskipun Hot Air Balloon gagal, masih banyak cerita yang bisa di dapat di kota kecil yang indah ini!
Cappadocia selayaknya tempat lainnya di Turki, penuh dengan cerita sejarah. Ah, ini nanti kapan-kapan saya ceritakan. Karena cerita di internet lumayan banyak. Yang ingin saya ceritakan sekarang adalah tentang Karpet Turki yang super terkenal ke seluruh dunia.
Saya diajak mampir ke sanggar pembuatan karpet. Sanggar ini milik pemerintah, tapiiii, penjelasannya sangat lengkap dan sangat menarik. Thet one person who present the story was just fabulous!
Jadi dijelaskan bahwa Karpet Turki adalah salah satu dengan kualitas terbaik (nah yang ini tanya orang Oman, mesti di-amin-kan) karena handmade dan proses pembuatannya luamaaaa... bisa berbulan-bulan! Saya mikirnya seperti proses pembuatan songket kalau kita di Indonesia. Pengrajinnya pun 99% perempuan.
Sejarahnya duluuu, sebelum seorang perempuan menikah mereka setidaknya harus sudah menyelesaikan 2 lembar karpet. Sehingga nanti dapat digunakan di kamar dan di ruang keluarganya. Sementara kalau laki-laki, mereka harus mahir membuat keramik untuk peralatan rumah tangga (ya pantas saja sampai sekarang saya belum menikah kan..hahaha)
Jadi katanya kalau ada karpet yang digantung di luar rumah dan ujung-ujungnya masih terikat, artinya ada anak gadis yang menunggu untuk dipinang. Nah para lelaki yang juga sedang mencari calaon istri bisa memperkenalkan diri pada orang tua sang gadis. Saat itu mereka bertemu untuk pertama kali. Caranya menentukan si gadis mau menikah atau tidak cukup sederhana. Si orang tua akan menyuruh anak gadisnya untuk membuatkan sang tamu kopi. Kalau kopi yang dibuatkan manis verarti si gadis setuju untuk menikah, tetapi kalau kopinya pahit artinya "Thank you but no, Thanks. NEXT!"
Itu cerita 50an tahun lalu, sekarang ya mana ada cerita macam itu lagi.
Yang menarik dari pemerintah Turki, untuk pembelian karpet (dan keramik) dengan harga tertentu, free shipping world wide!! Jadi pemerintah yang akan membayar biaya pengirimannya. Alasannya sederhana, untuk mendukung industri kecil dan menegah dan mengenalkan produk export Turki ke dunia. Saat saya disana, lumayan banyak lho karpet-karpet siap kirim yang labelnya "Endonesia"!
See, ide untuk jalan-jalan sendiri ternyata tidak buruk samasekali!
Saya punya lebih banyak waktu untuk mendengar cerita, bekenalan dengan orang-orang biasa dengan kisah luar biasa dan tentunya lebih banyak waktu menikmati manisnya Turkish Delight!
Another random story about my trip to Turkey will be published very soon!!
Happy life peeps! :)
Anyway, this trip will be my very first solo trip after years!!! Solo trip saya yang terakhir itu sepertinya tahun 2012, setelahnya selalu ada teman jalan. Jadi lumayan deg-degan juga sih. Nah karena saya sedang malas dan terutama ga mau ribet, so I arrange the trip like what tourist did. I hired a travel agent to arrange everything! I know this is not challenging at all, cemen bgt lah pokoknya.
Anyhow, as usual, what I always love from a trip to a new place not only the tourist attractions, but the most interesting thing is the stories from the people I meet there. So here are my stories :)
1. A Syrian Refugee Named Zacharia
Hari ketiga saya di Turkey, seperti biasa tour hanya setengah hari. Saya memutuskan jalan-jalan sedikit jauh dari hotel (mengingat saya orangnya terlalu gampang nyasar). Sampai saya melewati pasar kecil yang isinya toko-toko souvenir dan beberapa warung buah.
Tidak ada yang spesial dari toko-toko souvenir ini. Jualannya pun sama seperti toko souvenir di sebagian besar daerah wisata di seluruh dunia. Key chain, magnet, post card, jewellery, syal, etc. Dan seperti biasa, biarpun jualannya super standar, saya gatel tetap ingin belanja. Ya maaf, namanya juga mbak-mbak kantoran kan.
Nah, disinilah cerita berawal. Yang punya toko sangat ramah, di Turki sepertinya jamak untuk bertanya pada orang asing "where are you from?" instead of bertanya pertanyaan standar semacam "how are you?" Pertanyaan inilah yang mengawali percakapan kami.
Namanya Zacharia (semoga spellingnya bener ya), dia pengungsi Syria (okay, boleh tarik napas dulu sampe sini). Zac sudah 6 tahun menjadi pengungsi di Turki. Dari umurnya baru 27 tahun. Seperti cerita pengungsi lainnya, dia mengungsi dengan menaiki sepedanya dari Syria ke Turki selama beberapa hari. Dia bercerita malam itu misil menyerang daerah tempat tinggalnya dan menghancurkan apartmentnya, sukurnya saat itu dia sedang makan malam bersama beberapa kawannya. Tapi naas, salah satu kawannya masih di apartment dan dia dinyatakan meninggal. Dia bahkan tak sempat melihat jasad kawannya dan menguburkannya dengan layak.
Malam itu juga dia segera ke rumah ibunya untuk memastikan ibunya aman. Saat memutuskan mengungsi ke Turki, tujuan Zac hanya satu. Ingin bekerja dan melanjutkan sekolah! Dia sempat mengajak ibunya untuk ikut ke Turki, tapi beliau memilih tetap di Syria dan bekerja di rumah sakit. 6 tahun di Turki, Zac bekerja extra keras. Mengerjakan apapun terutama di industri pembuatan perhiasan perak, hingga akhirnya dia berhasil menyewa toko souvenir kecilnya (baru buka 6 bulan) dan menyewa apartment yang layak.
Satu hal yang membuat saya menangis mendengar cerita Zac, "Winda, one day I will go home. I want to go home." Ya Allah.. remuk hancur rasanya hati saya. Mungkin sy mengerti sebagian kecil rasanya menjadi dia. Rindu akan rumah, tetapi rindu Zac berbeda. Kalau saya rindu rumah, sebenarnya saya bisa pulang kapan saja. Tapi tidak untuk Zac, untuk dia, pulang tak sesederhana itu. Perang telah menghancurkan rumahnya, mengambil nyawa kawannya, meluluh lantakkan masa depannya.
Tapi satu hal yang saya salut dari Zac adalah, seberapa burukpun perang mencoba menjatuhkannya, dia tetap tak kehilangan semangat dia tetap berusaha meraih cita-citanya.
![]() |
Zac dan toko souvenir miliknya |
Zac hanya satu dari berjuta cerita pengungsi di seluruh dunia.
Seperti kata Jhon Lennon & Yoko Ono "War is Over if You Want It"
2. Cancer Will Beat Me One Day, But Not Today
Salah satu trip saya adalah melihat Istanbul dari boat tour.
![]() |
A glimpse of the boat tour |
Teman seperjalanan saya adalah kakek-kakek yang saya pikir usianya mungin 70 - 75 tahun. Selama tour kami tak banyak ngobrol karena kami fokus pada cerita tour guide tentang tempat-tempat yang dilewati boat kami.
Nah, ketika tour berakhir, kami diturunkan di spice market. Kebetulan sehari sebelumnya saya sudah sempat main ke pasar ini jadi sudah tidak tertarik lagi. Nah saat itu Chuck (nama kakek ini) bertanya pada saya apakah saya mau menemani dia jalan-jalan di pasar, karena dia juga travelling sendiri. Tentu dengan senang hati saya iyakan.
Chuck berasal dari Michigan, dan ternyata dia adalah veteran perang Vietnam. Langsung saya nyeletuk, "so do you by chance meet Rambo during the war" diapun tertawa! Dengan bercanda dia bilang "No, bul I kill more than him" Hahahaha.. giliran saya yang tertawa.
Lalu Chuck bercerita kalau sebenarnya dia bukan tentara yang ditempatkan di medan perang, dia adalah mata-mata! Uwooooo.... jadi selama perang dia tidak tinggal di barak, tetapi di apartment. Tidak pernah sekalipun dia menggunakan seragam tentara. Chuck juga travelling ke banyak negara untuk tugas-tugasnya. Kata dia, sebenarnya saat itu lumayan menyenangkan kecuali fakta bahwa dengan informasi yang dia kumpulkan, dia baru saya membunuh seseorang atau malah beberapa orang sekaligus! "So I'm not any better than the field assassin Winda".
Dia lanjut bercerita meski begitu dia tak pernah menyesali keputusannya menjadi volunteer army. Terutama sekarang setelah dia di diagnosis untuk kedua kalinya kalau dia terserang kanker prostat stadium 3. (Kanker pertamanya adalah Kanker Usus yang telah dinyatakan sembuh). Dia menjalani berbagai pengobatan termasuk tentu saja kemotherapy. Ternyata ini berdampak pada fisiknya. Padahal usianya baru 68 Tahun tetapi dia terlihat jauh lebih tua.
Sayapun heran, kalau saya terserang kanker macam dia, mungkin saat ini saya sedang mengeram diri di kamar sambil menangis dan meratapi nasib. Itu juga yang tanyakan pada dia, dengan kondisi kesehatan seperti itu how come he travel the world alone?! This is Insane!!
Saat itulah Chuck bilang ke saya " Cancer will beat me one day, but not today. I will enjoy my life, I will travel the world. And I won't let anything to ruin my happiness!" Juaraaakkk!!!
![]() |
Me and Chuck |
Sebenarnya Chuck harus kembali ke kampungnya dalam beberapa bulan. kata dia, ada pengobatan kanker baru yang berhasil diuji cobakan di Jerman dan ingin diuji coba di Amerika. Ketika dia mendengar berita ini bahwa mereka mencari pasien kanker untuk bisa dilakukan uji coba, sia dengan senang hati mengajukan diri. Alasannya sederhana sekali "I'm old already, If the med is doesnt work it will be fine for me since I enjoy life already."
3. We Meet in The Bus, And They Inspire Me
Kota kecil di Turki yang menjadi sangat terkenal karena balon udaranya adalah Cappadocia. Dan inilah trip terakhir saya.
Trip ini rombongan saya cukup besar, 11 orang.
Jadi mini bus kami nyaris penuh. Yang menarik adalah, rombongan kami benar-benar beragam. Satu keluarga dari Singapore, sepasang kakek nenek dari Mumbai dan solo traveller macam saya dari Sidney, Argentina, Texas, dan Netherland.
![]() |
Cappadocia Group |
Daaann, perbedaan ini membuat bis kami ramai!! Uniknya yang menjadi glue di rombongan sirkus kami adalah the golden couple from Mumbai! Namanya Raj dan Suri. Mereka baru menikah sekitar 14 tahun, ini adalah pernikahan kedua bagi mereka berdua. Alamak, kalau lihat mereka rasanya dada nyeri saking mereka terlihat sangat saling mencintai! Mereka bilang ke saya, failure in love doesnt mean stop. It just means that someone is waiting for you and to love you! Aww bgt kan! Mereka juga yang menginisiasi kami saling bertukar alamat email (alasannya kalau bertukar nomor telpon anak mudah jaman sekarang berganti nomor teleon sejuta kali dalam sebulan.. hahaha).
![]() |
Me, Raj, & Suri |
Lalu ada keluarga tante Rohinim dari Singapore. Dia travelling bersama suami dan kedua anak perempuannya. Anak-anak gadis ini sudah pada bekerja, tapi ya tuhan mereka sweet! Sangat sopan dan benar-benar ramah. Mereka akan berusaha melibatkan kita dalam percakapan mereka, intinya mereka anak-anak yang sangat baik. Salut lah sama orang tuanya, meski ini anak-anak sudah keliling dunia, tapi mannernya superb! Kata tante Rohin, setahun sekali mereka harus liburan keluarga sekali, entah mau kemana. Meski dia bilang semenjak anak-anaknya semakin besar, semakin susah atur jadwalnya, tapi they still manage to do that! Sweet!!
![]() |
Tante Rohin dan Suami |
Lain lagi cerita para single traveler ini, Ben (Texas) dan Belle (Argentina) ternyata resign setalah 1-2 tahun bekerja untuk mengumpulkan uang khusus untuk keliling dunia! Alamak, salut kali saya dibuatnya! Inginnya ya seperti mereka, tapi nanti setelah semua cicilan beres! Hahaha...
Sehari di Cappadocia bersama mereka, banyak sekali cerita yang kami bagikan. Meski belum tentu akan bertemu mereka lagi, but hey, who knows?! At least the one in India and Singapore is really reachable for me :)
4. We Are Not Only a Seller, But We are a Storyteller
Turkish Delight
Suka tidak suka, mau tidak mau yang paling menyenangkan dari jalan-jalan bagi saya adalah BELANJA!
Di Turki, bekal saya separo lebih habis untuk belanja jajanan a.k.a dessert! Yaps, Turki memang surganya jajanan manis. Tiap suduh kota dipenuhi kafe-kafe lucu dan toko-toko kecil yang menjual turkish delight alias jajanan ala turki. Mulai dari Baklava, rice pudding, sampai turkish delight dengan isian segala rupa mulai dari pistashio, almond, delima, kayu manis, sebut deh, semua serba ada. Belum lagi pilihan seduhan teh dan buah-buahan kering mereka. Daaan yang paling penting mereka semua bagi-bagi tester gratis! Mau belanja, mau endak, kurma jordan yg gemuk-gemuk aja di umbar-umbar dikasiin ke kita yang lewat kok! Duh, Instanbul surga jajanan manis pokoknya.
![]() |
One of the best Baklava I've ever tried! |
![]() |
Mushroom chocolate |
Anyway, cerita saya berawal di hari pertama ketika guide saya (saya panggil dia Doctor, karena nama aslinya susah) membawa saya ke salah satu tujuan kami yaitu Spice Market. Nah di bayangan saya jualannya bumbu dapur kan. Tapiii... eng ing eng, pasarnya alamak cakep! Doctor tanya ke saya, "Winda do you want to do normal shopping with bargaining till death or you want to hear some story with a cup of tea?" ingin rasanya ya jawab "ya menurut yetiiiiiii?!?!?!" tentu saja saya memilih yg kedua. Yang saya paling suka dari Doctor adalah, dia sangat terbuka. Dari awal dia bilang ke saya, kalau kamu ga belanja jg gapapa, cuman kalau kamu belanja saya dapat komisi! Hahaha... iye ngerti Doc!
Nah, diajaklah saya ke salah satu toko di Spice Market. Disambut bapak-bapak yang punya toko dan asistennya, saya ditunjukkan jejeran bumbu-bumbu yang sudah kering dan beberapa dalam bentuk powder. Sebagai rakyat Indonesia dari kampung yang biasanya melihat bumbu dalam wujud aslinya yang segar, saya kebingungan. Disinilah cerita berawal.
![]() |
Spice Market, bersih, cantik, dan aroma rempahnya bikin bahagia |
Masih ingat tidak pelajaran sejarah jaman SMP yang membahas tentang jalur perdangan dunia yang bernama Jalur Sutra (Silk Road)? Iya itu lho yang jalur expor impor antara Asia, Timur Tengah dan Eropa. Nah Turki (dan beberapa negara disekitarnya termasuk Syria) ada di jalur perdagangan ini. Menurut si Om (yang saya lupa tanya namanya siapa), inilah salah satu alasan kenapa Turki memiliki peranan besar dalam sejarah dunia. Tak hanya urusan dagang, pun termasuk perkembangan agama-agama besar dunia.
Lanjut si Om, kenapa bumbu dapur ini bentukannya kering, tentu saja agar awet ketika dibawa dari Asia ke Eropa sana. Jadi mereka menggunakan teknik pengawetan makanan yang paling sederhana sekaligus salah satu yang paling tua, yaitu dengan dikeringkan!
![]() |
Saya dan Om Penjual Rempah |
Sebagai negara "terminal" antara Eropa dan Asia, Turki mengadopsi kedua budaya. Kalau katanya si Doctor, Turkey is the most eastern on the west and the most western on the east. Terbukti kok, budaya kekeluargaannya macam kita di Asia, tampangnya tampang Eropah semua.
Cerita Om Toko Bumbu belum berakhir, beliau menawarkan saya teh dari pilihan "teh" yang dia punya. Teh yang dimaksud bukan teh dari pohon teh normal ya. Teh yang dimaksud adalah kombinasi berbagai tanaman (umumnya bunga dan dedaunan) yang dikeringkan dan diseduh untuk kita minum. Segala macam sih kalau ini. Dari mawar, melati, cammomile, lavender, lemon grass sampai jenis lain yang saya tak kenal namanya.
![]() |
Rupa-rupa Tea |
Saya pilih yang paling aman, Jasmine tea saja. Diseduhkan sambil menunggu seduhan jadi, kembali si Om bercerita tentang Turkish Delight. Menurut beliau, Turkish Delight mungkin sudah ada dari berabad lalu. Dia bilang antara tahun 1600- 1700an. Sebenarnya berkembangnya ya dari negara-negara timur tengah. Nah inilah salah satu komoditi mereka (selain karpet, keramik, dan sutera) di jaman dahulu kala hingga kini.
Lalu teh sayapun siap.
![]() |
He preparing the tea |
Masih berlanjut ngobrol kesana kemari, tak terasa hari menjelang sore. Saya membeli beberapa kotak Turkish Delight untuk saya bawa ke kantor (tak sebanyak pembeli lain yang membeli berdus-dus), tapi yang membuat saya bahagia, meskipun saya belanja tak banyak, mereka tetap melayani dan bercerita dengan saya. Katanya si Om, jarang ada yang mau dengar cerita. Biasanya mereka datang, ambil foto, coba tester, belanja dan tawar menawar lalu pergi.
Karpet Turki
Kisah lain berasal dari kota kecil yang super terkenal karena atraksi balon udaranya, Cappadocia.
Cita-cita saya sama lah seperti semua turis yang berkunjung kesini, naik balon udara!
Tapiii, pagi itu saat jadwal saya naik balon udara ternyata HUJAN! Yaps, balon udara harus dibatalkan! Tapi saya tidak sedih samasekali, bukankah ini salah satu alasan valid untuk saya balik lagi kesini?!
Meskipun Hot Air Balloon gagal, masih banyak cerita yang bisa di dapat di kota kecil yang indah ini!
Cappadocia selayaknya tempat lainnya di Turki, penuh dengan cerita sejarah. Ah, ini nanti kapan-kapan saya ceritakan. Karena cerita di internet lumayan banyak. Yang ingin saya ceritakan sekarang adalah tentang Karpet Turki yang super terkenal ke seluruh dunia.
Saya diajak mampir ke sanggar pembuatan karpet. Sanggar ini milik pemerintah, tapiiii, penjelasannya sangat lengkap dan sangat menarik. Thet one person who present the story was just fabulous!
Jadi dijelaskan bahwa Karpet Turki adalah salah satu dengan kualitas terbaik (nah yang ini tanya orang Oman, mesti di-amin-kan) karena handmade dan proses pembuatannya luamaaaa... bisa berbulan-bulan! Saya mikirnya seperti proses pembuatan songket kalau kita di Indonesia. Pengrajinnya pun 99% perempuan.
![]() |
Hand Made Carpet on the making |
Sejarahnya duluuu, sebelum seorang perempuan menikah mereka setidaknya harus sudah menyelesaikan 2 lembar karpet. Sehingga nanti dapat digunakan di kamar dan di ruang keluarganya. Sementara kalau laki-laki, mereka harus mahir membuat keramik untuk peralatan rumah tangga (ya pantas saja sampai sekarang saya belum menikah kan..hahaha)
Jadi katanya kalau ada karpet yang digantung di luar rumah dan ujung-ujungnya masih terikat, artinya ada anak gadis yang menunggu untuk dipinang. Nah para lelaki yang juga sedang mencari calaon istri bisa memperkenalkan diri pada orang tua sang gadis. Saat itu mereka bertemu untuk pertama kali. Caranya menentukan si gadis mau menikah atau tidak cukup sederhana. Si orang tua akan menyuruh anak gadisnya untuk membuatkan sang tamu kopi. Kalau kopi yang dibuatkan manis verarti si gadis setuju untuk menikah, tetapi kalau kopinya pahit artinya "Thank you but no, Thanks. NEXT!"
Itu cerita 50an tahun lalu, sekarang ya mana ada cerita macam itu lagi.
Yang menarik dari pemerintah Turki, untuk pembelian karpet (dan keramik) dengan harga tertentu, free shipping world wide!! Jadi pemerintah yang akan membayar biaya pengirimannya. Alasannya sederhana, untuk mendukung industri kecil dan menegah dan mengenalkan produk export Turki ke dunia. Saat saya disana, lumayan banyak lho karpet-karpet siap kirim yang labelnya "Endonesia"!
See, ide untuk jalan-jalan sendiri ternyata tidak buruk samasekali!
Saya punya lebih banyak waktu untuk mendengar cerita, bekenalan dengan orang-orang biasa dengan kisah luar biasa dan tentunya lebih banyak waktu menikmati manisnya Turkish Delight!
Another random story about my trip to Turkey will be published very soon!!
Happy life peeps! :)