Ragu dengan BPJS Kesehatan? 10 Ribu Rupiah Dapat Operasi Lepas Pen!
Sama seperti anda juga, awalnya saya sangat skeptis dengan
pelayanan BPJS Kesehatan (BPJS Kes).
Apalagi begitu banyak cerita-cerita dan
pengalaman yang dibagikan di berbagai media terutama Facebook. Mulai dari
pelayanan yang tidak ramah, penanganan yg tidak sigap dan seolah dianak-tirikan, sampai katanya kualitas obat yang rendah. Belum lagi pengalaman
pribadi ketika mengurus kepesertaan BPJS Kes untuk teman-teman di kantor yang
agak-agak riweh (apalagi klo dibandingkan dengan pengurusan BPJS
Ketenagakerjaan yang sudah lebih modern dan mudah).
Ditambah lagi, di perusahaan tempat saya bekerja, memberikan
benefit tunjangan kesehatan dengan salah satu jaringan rumah sakit swasta di
Bali yang cukup besar. Jadi sudah terbiasa sakit, tinggal minta rujukan dokter
umum di klinik kantor, ke RS langsung cari spesialis. Ada keluhan, tinggal
ngomel-ngomel ke HRD (ini curhat ya…), masalah bisa langsun diselesaikan. Nah,
klo urusan BPJS Kes mau ngomel sama siapa coba? SBY? Jokowi? Ujung-ujungnya ya
paling ngedumel di medsos dan membuat orang lain tambah ngeri kalau berurusan
dengan BPJS Kes.
Eits, jangan mengamini dulu klo BPJS Kes itu pasti jelek lho
ya… Saya bersyukur saya ini adalah anak ASKES, ya bapak saya adalah guru PNS,
jadi dari kecil saya terbiasa berobat meggunakan ASKES. Sakit ya ke puskesmas,
cabut gigi juga ke puskesmas, jatuh dari pohon ya puskesmas juga. Dan saya
sehat-sehat aja, malahan tergolong jarang sakit. Jadi meskipun agak skeptis,
masa masih punya sedikit harapan kalau BPJS Kes tidak seburuk yang dikatakan
orang. Plus, saya beruntung punya orang tua yang dari awal memang membiasakan
kami tidak manja, aturan ya diikuti saja, dan tidak pernah mengeluhkan ribet
tentang apapun, termasuk urusan ASKES dan BPJS Kes.
Jadi, demi mengobati penasaran (dan tentu saja penghematan),
saya memutuskan untuk melakukan operasi lepas pen dengan menggunakan BPJS
Kesehatan. Nah, saya akan coba ceritakan langkah-langkahnya, termasuk biaya
yang dikeluarkan termasuk pelayanan yang saya dapatkan:
Faskes 1,
Surat Rujukan
Faskes 1 saya di Puskesmas Kuta Selatan, di Desa Bualu. Datang kesana jam 9 pagi, puskesmas cukup ramai. Tetapi nomor antrean dibedakan menjadi 2, yaitu untuk pasien umu dan pasien usia diatas 60 tahun.
Faskes 1 saya di Puskesmas Kuta Selatan, di Desa Bualu. Datang kesana jam 9 pagi, puskesmas cukup ramai. Tetapi nomor antrean dibedakan menjadi 2, yaitu untuk pasien umu dan pasien usia diatas 60 tahun.
Pelayanan di registrasi cukup
cepat, begitu pula di dokter umum. Setelah melihat lokasi pen yang akan
dioperasi, dokter memberikan surat rujukannya. Dokter pun menanyakan ingin
dirujuk ke RS mana, kalau tidak salah pilihannya adalah RSUD Mangusada di Kapal
atau RS Siloam (RS harus di kabupaten/kota yang sama dengan Faskes berada).
Awalnya saya pikir bisa ke RSUP Sanglah, karena operasi
awalnya disana, tetapi aturannya harus ke RSUD dulu. Kalau tidak bisa ditangani
RSUD baru dirujuk ke RSUP Sanglah. Nah karena saya ingin mengalami pengalaman
BPJS Kes sepenuhnya (Demi dewa, bahasa apa ini?!) intinya kalau di Siloam kan
rumah sakit swasta dan pelayanannya sudah terkenal cukup baik, saya memutuskan
ke RS pemerintah saja – RSUD Mangusada di Kapal.
Biaya di faskes 1: Rp. 0
Pelayanan: Baik
RSUD
Mangusada, Konsultasi 1
Ini adalah kali pertama saya ke RSUD Mangusada, jadi saya belum bisa mengira-ngira bakal seramai apa. Tapi memang niat tidak datang terlalu pagi, maksudnya biasanya di RS Pemerintah itu biasanya pagi yang super rame.
Ini adalah kali pertama saya ke RSUD Mangusada, jadi saya belum bisa mengira-ngira bakal seramai apa. Tapi memang niat tidak datang terlalu pagi, maksudnya biasanya di RS Pemerintah itu biasanya pagi yang super rame.
Nah, sampai di RS yang super luas, saya celingukan cari
tempat registrasi, akhirnya saya masuk ke UGD. Dan, surprise pertama adalah
satpamnya yang ramah dan baik hati! Jadi dilihatnya saya kebingungan, sama pak
satpam langsung disaperin dan diantar ke tempat registrasi! Terharu saya.. kan
katanya di RS pemerintah petugasnya biasanya jutek-jutek, katanyaaaaa…
Eng,ing,eng… datang jam 11.00 saya dapat no antrean 380!!! Hahaha…
keder donk ya.. mikirin jam brapa bakal dapet giliran, sementara no antrean
yang jalan baru 200an. Sudah mikir, ini jam 3 sore paling cepet baru dapet
giliran! Tapiii… ajaib klo saya bilang, 180an antrean bisa beres hanya dalam
waktu satu setengah jam! Di tempat registrasi juga cepat, ga sampai 2 menit, saya
yg jg baru regisrtasi awal sudah langsung dapat kartu RS yg terprint nama saya..
woooo…
Jadi jam 12.30, saya sudah di dokter bedah ortopedi. Pak
dokternya ramah! Ga irit bicara seperti dokter spesialis pada umumnya (namanya
Dr. I Made Iman Antariksa Sp. Ot), dijelaskan bahwa prosesnya mudah, saya cukup
melakukan photo thorax, cek lab dan konsultasi dokter anastesi, maka jadwal
operasi bisa segera diberikan. Dari dokter Iman, kita langsung dibekali dengan
rujukan photo thorax dan cek lab di hari yang sama.
Hasil photo thorax saya dapat saat itu juga (hanya menunggu
10 menit setelah difoto), sedangkan hasil lab baru bisa diambil sehari
setelahnya karena saya tes sudah siang. Kalau di keterangannya, hasil tes lab
bisa keluar setelah 1,5 jam tes (asalkan lab belum tutup). Nah, saya harus datang
lagi untuk menyerahkan hasil-hasil ini sekaligus konsultasi dengan dokter
anastesi.
Biaya konsultasi 1: Rp. 2.000,- (biaya parkir di RS)
Pelayanan : Ga rasa di RS Pemerintah! Rasanya masuk ke bank swasta yang pelayanannya ramah semua!
Pelayanan : Ga rasa di RS Pemerintah! Rasanya masuk ke bank swasta yang pelayanannya ramah semua!
RSUD
Mangusada, Konsultasi 2
Berbekal pengalaman sebelumnya, saya datang lebih pagi kali ini, jam 8 sudah di RS tetapi tetap saja dapat nomor 240an! Hahaha… mungin karena hari senin, jadi RS juga lebih ramai. Tetapi jam 11.00 saya sudah di dokter anastesi (sambil menunggu antrean sempat ambil hasil tes lab dulu). Setelah konsultasi ttg riwayat kesehatan dan lain-lain, saya diminta kembali ke dokter Iman membawa hasil photo thorax, cek lab, dan konsultasi anastesi.
Berbekal pengalaman sebelumnya, saya datang lebih pagi kali ini, jam 8 sudah di RS tetapi tetap saja dapat nomor 240an! Hahaha… mungin karena hari senin, jadi RS juga lebih ramai. Tetapi jam 11.00 saya sudah di dokter anastesi (sambil menunggu antrean sempat ambil hasil tes lab dulu). Setelah konsultasi ttg riwayat kesehatan dan lain-lain, saya diminta kembali ke dokter Iman membawa hasil photo thorax, cek lab, dan konsultasi anastesi.
Di ruang dokter Iman, saya dibantu perawatnya (klo tidak
salah namanya Bu Komang) untuk administrasi. Beliau yang menjelaskan bahwa
diperlukan menginap 2 malam biasanya untuk operasi lepas pen dan saya akan
dihubungi untuk jadwal operasinya. Beliau meyakinkan jadwal operasi tetap di
bulan yang sama (Februari) dan setidaknya akan dikabari 2 hari sebelum hari
operasi sehingga memungkinkan kita meminta ijin cuti sakit dari kantor! Waahh…
mereka baik juga ternyata.
Dokter Iman juga sempat sampaikan ke saya karena
BPJS saya kelas 1, jadi operasi bisa dilakukan di pavilion VIP (entah ini
maksudnya apa, yang jelas saya sudah lega urusan admin yang katanya ribet tapi
engga, dan mulai deg-degan menunggu jadwal operasi)
Biaya konsultasi 2: Rp. 2.000,- (biaya parkir RS)
Pelayanan: Aku padamu Bu Komang!!!!
Pelayanan: Aku padamu Bu Komang!!!!
RSUD
Mangusada, Pengurusan Kamar
Sekitar 10 hari setelah konsultasi 2, saya di telpon oleh Bu Komang, dan diinformasikan jadwal operasi saya di hari Senin, 27 Feb 17. Wooo… level deg-degan meningkat.
Sekitar 10 hari setelah konsultasi 2, saya di telpon oleh Bu Komang, dan diinformasikan jadwal operasi saya di hari Senin, 27 Feb 17. Wooo… level deg-degan meningkat.
Bu Komang memberikan petunjuk yang harus saya lakukan. Hari
sabtu saya ke RS melakukan pengurusan kamar. Prosesnya sederhana, mampir ke
praktik dokter Iman untuk minta rujukan kamar, antre di registrasi, dari
registrasi kembali ke dokter untuk administrasi, dari dokter ke loket 1 untuk
penentuan kamar, kembali ke dokter untuk mengumpulan dokumen.
Selesai! Saya diminta datang hari minggu jam 6 sore mulai
masuk kamar perawatan, operasi dilakukan hari senin, selasa sudah bisa pulang!
Nah, sedikit penjelasan ekstra disini, sayangnya RSUD
Mangusada ini tidak punya kamar kelas 1. Hanya ada kelas 3, 2 dan VIP. Berhubung
saya kelas kamarnya kelas 1, saya jadi di masukkan ke kamar kelas 2 (1 kamar
ber 3, kalau kelas 3 – 1 kamar ber 8). Tadinya saya pikir seperti pertanggungan
asuransi kesehatan di RS Swasta, kalau kelas kamarnya tidak tersedia krn alas
an RS, maka kita berhak kelas kamar lebih tinggi. Hehehe…
Tapi, kalau saya mau
ke kelas VIP, tidah hanya harga kamar saja yang akan naik, tetapi semua
komponen. Termasuk biaya operasi, harga obat, pelayanan perawat dan dokter juga
akan naik cukup tinggi. Jadi ya sudah, saya pilih di kelas 2 saja.
Biaya pengurusan kamar: Rp. 2.000,- (Biaya Parkir RS)
Pelayanan: Cepat dan efisien!
Pelayanan: Cepat dan efisien!
RSUD
Mangusada, Operasi
Nah saat operasi ini sudah tidak ada lagi urusan BPJS Kes, prosenya seperti operasi pada umumya.
Nah saat operasi ini sudah tidak ada lagi urusan BPJS Kes, prosenya seperti operasi pada umumya.
Yang saya rasakan,
tidak ada perbedaan antara pengguna BPJS dengan pasien umum . Apalagi dari yang
saya lihat, rata-rata pasien sekarang kalau tidak menggunakan BPJS Kes, mereka
menggunakan JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara) atau KBS (Kartu Badung
Sehat).
Perawatnya rata-rata ramah dan helpful (ada sih satu dua
yang agak sombong) tapi secara keseluruhan mereka melayani dengan baik. Tidak ada
samasekali saya merasakan masalah pelayanan.
Begitupun dengan obat, sempat takut pasca operasi
jangan-jangan dikasinya obat yang tidak berkualitas sehingga luka pasca operasi
akan sakit. Nyatanya tidak terbukti, luka pasca operasi saya tidak sakit
sedikitpun, hasil jahitannya rapi dan bersih!
Pasca Operasi |
Nilai lebih yg lain adalah RSUD Mangusada itu sangat bersih! tidak hanya fasad luarnya, kamar pun bersih. Di kamar saya di kelas 2, cukup luas dan memiliki pemandangan sawah dan sutet PLN! hahaha...
Kamar kelas 2 |
Biaya operasi: Rp. 2.000,- (Biaya parkir RS) + Rp. 1.500,-
(Biaya fotokopi KTP dan Kartu BPJS Kes rangkap 3)
Pelayanan: besok kalau perlu perawatan kesehatan lanjutan saya ke RSUD Mangusada saja!!
Pelayanan: besok kalau perlu perawatan kesehatan lanjutan saya ke RSUD Mangusada saja!!
Nah, bagi saya pengalaman ini menghapuskan keraguan saya
dengan jaminan kesehatan dari BPJS Kes. Terlepas dari antre yang agak lama,
saya rasa tidak ada masalah dengan penggunaan BPJS Kes. Entahlah, mungkin
beberapa kawan memiliki pengalaman kurang baik dan tetap antipasti dan alergi
pda BPJS Kes, tapi saya tidak. Saya bangga menjadi pasien BPJS Kes.
Tak hanya saya saja, Orang tua saya memiliki penyakit
jantung dan perlu pengobatan rutin, mereka juga menggunakan BPJS Kes, dan
mereka sih tidak penah ada keluhan. Bapak saya bahagia-bahagia saya tiap bulan
antre obat di RSUD Buleleng.
Pun beberapa kawan pernah bercerita, ayahnya menderita
kanker dan harus di kemu secara teratur, menggunakan BPJS Kes tidak dikenakan
biaya apapun, begitu juga mereka yang cuci darah.
Ya kecuali kalian memang memilih untuk tidak menggunakan
BPJS, itu hak masing-masing. Kita hanya harus lebih terbiasa dengan system,
dengan antre, dengan mengikuti alur berobat, tentag surat rujukan.
Saran saya, kalau malas menggunakan BPJS Kes, monggo siapkan
diri dengan asuransi kesehatan yang lain. Karena biaya berobat itu mahal,
daannn, untuk penyakit-penyakit “kelas berat” dan perlu penanganan
berkelanjutan seperti jantung, kanker, ginjal, diabetes, HIV dan lainnya,
gunakanlah BPJS Kes anda. Itu hak anda lho…
Saran untuk RSUD Mangusada, di toilet umum dan di kamar sabun cuci tangannya mohon diisi ya... gitu juga tisunya, semuanya kosong.
Saran untuk pemerintah, kalau bisa ditambah rumah sakit,
sehingga bisa mengurai antrean dan pelayanan menjadi lebih Prima.
Semoga selalu sehat J
P.S: biaya yang saya keluarkan untuk operasi lepas pen
dengan BPJS Kesehatan adalah Rp. 9.500 (biaya parkir dan photocopy)