For this Great Big World, He is nobody
But for me, he is the real angel.
Laki-laki itu benama Bayu Suteja, saat ini bertugas sebagai
PNS di Lombok.
Hari minggu kemarin, setelah menabung beberapa bulan,
akhirnya cita-citanya tercapai. Membelikan laptop untuk Panti Asuhan Ibu
Aminah. Sebuah panti asuhan yang terletak tak jauh dari rumah kosnya. Sebuah
panti asuhan yang sudah beberapa kali dia kunjungi.
Alasan pemberian laptop itu sederhana saja. Jadi selama ini,
Panti hanya punya sebuah Desktop (Komputer Meja) yang juga merupakan sumbangan
dari seorang Pak Haji. Komputer itu dipakai oleh semua anak panti untuk kursus
komputer. Sayangnya, karena desktop memerlukan cukup banyak listrik dan tariff
listrik yang terus meningkat, pengurus yayasan membatasi waktu nyala komputer
lama ini. Dan ini membuat anak-anak terpotong waktunya untuk bisa latihan.
Hanya itu alasan yang membuatnya menyisihkan sisa gajinya,
alasan itu yang membuat dia membeli laptop berwana putih itu secara online,
meskipun sebenarnya dia bahkan belum pernah memiliki laptop sendiri seumur
hidupnya.
Dan ketika dia menceritakan hal itu ke saya, saya menangis.
Saya menangis karena terharu. Saya menangis karena bahagia. Apalagi ketika dia
menambahkan “Aku tambahin banyak film kartun dan video islami di laptopnya jadi
mereka bisa nonton”.
Bagi sebagian besar orang, apalah artinya sebuah laptop.
Apalagi laptop yang harganya 4-5jutaan. Masih banyak laptop premium yang
harganya berkali lipat. Tapi bagi anak panti, laptop ini adalah janji bahwa
mereka akan lebih mahir dengan teknologi. Dan mereka lebih punya banyak waktu
untuk kursus komputer.
Anak-Anak Panti ditemani Pak Haji mencoba Laptop barunya |
Kadang saat kita berpikir untuk menciptakan perubahan, kita
berbicara tentang hal-hal besar. Tentang carut marut politik negeri ini,
tentang konflik antar Negara, tentang kasus terror yang membuat banyak nyawa
hilang, tentang korporasi besar yang memonopoli perekonomian, dan segala hal
yang diluar kemampuan kita untuk mengubahnya.
Pun saat kita bicara tentang pemerintah. Biasanya pasti
berkutat seputar keluhan, protes, ketidak puasan, dan tak jarang caci maki.
Mempertanyakan segala kebijakan pemerintah. Menyalahkan semua keputusan
pemerintah. Seolah tidak ada hal benar yang dilakukan oleh mereka. Seolah
karena pemerintah maka dunia ini kacau balau.
Coba saja lihat di jejaring sosial media terutama Facebook,
semenjak facebook menjadi media sejuta umat (Tua, Muda, Laki, Perempuan, Lulus
SMA, Lulus Sarjana, Tidak Sekolah) berbagai hal beredar, dan seringnya selalu
tentang hal buruk. Mengomentari panjang lebar kasus terorisme di Perancis
sampai memaki-maki ABG yang merusak taman bunga bakung.
Ditengah hiruk pikuk segala hal ber-aura negative itu, saya
merasa agak sedih. Kenapa sekarang ini kita suka sekali menyalahkan. Suka
sekali memaki. Suka sekali mengomentari dengan bahasa-bahasa sinis dan kasar.
Jika memang kita semua ingin berubah menjadi lebih baik,
ingin semua ideal seperti yang kita mau, kenapa tidak dimulai dari diri
sendiri? Kenapa tidak dimulai dengan melihat kemungkinan apa yang kita bisa
tawarkan kepada lingkungan.
Jangan selalu mengeluh dan menuntut pada dunia, tapi
sesekali berikanlah solusi pada sekitar kita. Tak harus selalu hal besar. Tak
harus selalu bernilai mahal. Tak melulu harus dalam skala besar.
Berhentilah mencaci, berhentilah menggerutu.Mulailah dari
hal kecil, berhenti membagikan berita yang sarat kebencian. Berhenti menebar
permusuhan antar saudara. Berhenti menjelekkan antar agama. Bukankah Tuhan
sendiri tidak beragama?
Bukankah dunia lebih indah saat kita berbagi?
For this great big world, he is nobody. But for me and for
anak-anak Panti Asuhan Ibu Aminah, he is the real angel.
Terimakasih Bayu Suteja :) |
Terimakasih Bayu Suteja J
I'm a mere human in this great great world fill with geniuses..
ReplyDelete