Tuesday, December 1, 2015

But for me, he is the real angel.

Laki-laki itu benama Bayu Suteja, saat ini bertugas sebagai PNS di Lombok.

Hari minggu kemarin, setelah menabung beberapa bulan, akhirnya cita-citanya tercapai. Membelikan laptop untuk Panti Asuhan Ibu Aminah. Sebuah panti asuhan yang terletak tak jauh dari rumah kosnya. Sebuah panti asuhan yang sudah beberapa kali dia kunjungi.

Alasan pemberian laptop itu sederhana saja. Jadi selama ini, Panti hanya punya sebuah Desktop (Komputer Meja) yang juga merupakan sumbangan dari seorang Pak Haji. Komputer itu dipakai oleh semua anak panti untuk kursus komputer. Sayangnya, karena desktop memerlukan cukup banyak listrik dan tariff listrik yang terus meningkat, pengurus yayasan membatasi waktu nyala komputer lama ini. Dan ini membuat anak-anak terpotong waktunya untuk bisa latihan.

Hanya itu alasan yang membuatnya menyisihkan sisa gajinya, alasan itu yang membuat dia membeli laptop berwana putih itu secara online, meskipun sebenarnya dia bahkan belum pernah memiliki laptop sendiri seumur hidupnya.

Dan ketika dia menceritakan hal itu ke saya, saya menangis. Saya menangis karena terharu. Saya menangis karena bahagia. Apalagi ketika dia menambahkan “Aku tambahin banyak film kartun dan video islami di laptopnya jadi mereka bisa nonton”.

Bagi sebagian besar orang, apalah artinya sebuah laptop. Apalagi laptop yang harganya 4-5jutaan. Masih banyak laptop premium yang harganya berkali lipat. Tapi bagi anak panti, laptop ini adalah janji bahwa mereka akan lebih mahir dengan teknologi. Dan mereka lebih punya banyak waktu untuk kursus komputer.
Anak-Anak Panti ditemani Pak Haji mencoba Laptop barunya

Kadang saat kita berpikir untuk menciptakan perubahan, kita berbicara tentang hal-hal besar. Tentang carut marut politik negeri ini, tentang konflik antar Negara, tentang kasus terror yang membuat banyak nyawa hilang, tentang korporasi besar yang memonopoli perekonomian, dan segala hal yang diluar kemampuan kita untuk mengubahnya.

Pun saat kita bicara tentang pemerintah. Biasanya pasti berkutat seputar keluhan, protes, ketidak puasan, dan tak jarang caci maki. Mempertanyakan segala kebijakan pemerintah. Menyalahkan semua keputusan pemerintah. Seolah tidak ada hal benar yang dilakukan oleh mereka. Seolah karena pemerintah maka dunia ini kacau balau.

Coba saja lihat di jejaring sosial media terutama Facebook, semenjak facebook menjadi media sejuta umat (Tua, Muda, Laki, Perempuan, Lulus SMA, Lulus Sarjana, Tidak Sekolah) berbagai hal beredar, dan seringnya selalu tentang hal buruk. Mengomentari panjang lebar kasus terorisme di Perancis sampai memaki-maki ABG yang merusak taman bunga bakung.

Ditengah hiruk pikuk segala hal ber-aura negative itu, saya merasa agak sedih. Kenapa sekarang ini kita suka sekali menyalahkan. Suka sekali memaki. Suka sekali mengomentari dengan bahasa-bahasa sinis dan kasar.

Jika memang kita semua ingin berubah menjadi lebih baik, ingin semua ideal seperti yang kita mau, kenapa tidak dimulai dari diri sendiri? Kenapa tidak dimulai dengan melihat kemungkinan apa yang kita bisa tawarkan kepada lingkungan.

Jangan selalu mengeluh dan menuntut pada dunia, tapi sesekali berikanlah solusi pada sekitar kita. Tak harus selalu hal besar. Tak harus selalu bernilai mahal. Tak melulu harus dalam skala besar.

Berhentilah mencaci, berhentilah menggerutu.Mulailah dari hal kecil, berhenti membagikan berita yang sarat kebencian. Berhenti menebar permusuhan antar saudara. Berhenti menjelekkan antar agama. Bukankah Tuhan sendiri tidak beragama?

Bukankah dunia lebih indah saat kita berbagi?

For this great big world, he is nobody. But for me and for anak-anak Panti Asuhan Ibu Aminah, he is the real angel.
Terimakasih Bayu Suteja :)


Terimakasih Bayu Suteja J

1 comments:

  1. I'm a mere human in this great great world fill with geniuses..

    ReplyDelete

A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates