Saat saya masih sangat kecil, bahkan belum TK, saya menghabiskan jauh lebih banyak waktu bersama nenek daripada ibu. Periode inilah pertama kali saya mengenal pasar tradisional.
Nenek adalah seorang saudagar beras dan berbagai hasil bumi lain seperti ketan,
ketan hitam (kami menyebutnya injin), kacang tanah, kedelai, dan lainnya. Hampir setiap hari beliau ke pasar mengunjungi para pedagang yang menjadi pelanggannya dan hampir dipastikan saya selalu ikut. Banyak pengalaman luar biasa saya alami saat itu. Beberapa pengalaman bahkan masih saya ingat dengan jelas hingga hari ini:
• Salah satu pelanggan nenek, penjual sembako dan berbagai bumbu dapur. Setiap kali saya ikut kesana, beliau pasti menghadiahi saya dengan sepotong gula aren atau sekantong gula batu. Menyenangkan rasanya dihadiahi gula-gula ini :)
• Pelanggan nenek yang lain adalah toko sembako yang cukup besar. Saya tidak benar-benar ingat nama tokonya. Tapi saya ingat pemiliknya bernama Ibu Dayuh. Beliau cantik dan baik. Lucunya, kerap kali saya ketiduran begitu sampai di pasar. Nah kalau sudah begini nenek akan menitipkan saya di toko Ibu Dayuh. Sayapun akan tidur di kelilingi tumpukan beras sampai nenek menjemput lagi.
• Di pasar saya bisa menemukan barang-barang lucu yang pasti nenek belikan untuk saya. Yang paling saya ingat adalah sepasang sandal kelom kayu yang sampai saat ini saya bilang namanya adalah sandal ketoktak karena kalau dipakai berjalan dia akan berbunya tok tak tok tak (mirip syahrini deh… hahahaha), lalu ada jam tangan plastik warna hijau muda yang penunjuk detiknya adalah Casper si hantu yang melayang-layang, ada juga Game Boy yang saat itu oleh teman-teman disebut gimbot (??) warna biru, dan lebih banyak lagi yang saya lupa. Hahaha…
• Karena saking seringnya ke pasar, kalau jalan bersama Nenek ke pasar serasa berjalan dengan artis terkanal. Hahahaha… nenek kenal dengan sebagian besar orang disana. Tak hanya pelanggannya tetapi juga para pedagang buah, daging, sayur, baju, kain bali, hingga tukang ojek dan juru angkut. Pasti dimana-mana nenek disapa oleh mereka. Yang paling mengharukan adalah ketika saya kelas 3 SMA, nenek sakit dan hampir sebulan dirawat di Rumah Sakit. Suatu ketika saya harus ke pasar untuk berbelanja, saat itulah semua sahabat nenek ini mendekati saya dan bertanya keadaan beliau. Nenek juga terlihat bahagia mendengar cerita kalau orang-orang di pasar merindukannya.
Alasan-alasan itu cukup bagi saya untuk selalu melihat pasar sebagai tempat yang menyenangkan. Bahkan hingga saat ini.
Terlebih ibu saya juga adalah orang yang hampir setiap hari selalu ke pasar. Hari-hari biasanya ibu pergi ke pasar dekat rumah yang tidak terlalu besar tetapi lumayan lengkap. Weekend seringnya dia akan ke pasar yang lebih besar. Karena katanya lebih banyak pilihan dan lebih murah. Seringnya pulang dari pasar besar ibu bawa rupa-rupa sayuran, daging, buah, alat sembahyang, sampai ayam yang masih hidup (biasanya 2 ekor sekaligus!).
Bagi ibu dan nenek, pasar bukan lagi sekedar tempat berbelanja atau menjual sesuatu. Di pasar mereka membangun relasi, bersahabat dengan orang-orang pasar lainnya, berbagi cerita (lebih sering gossip) tentang segala hal, berbagi segala tips (memasak, menjahit, kesehatan, resep diet, baju, obat, dsb,dst).
Bagi saya pasar adalah segala macam warna. Warna-warni barang dagangan, warna-warni cerita, dan warna-warni kehidupan.
Selamat berbelanja di pasar :)
huaaa..this is so sweet....part pas Nenek sakit n ditanyain org2 pasar...
ReplyDelete