Mari kita samakan dulu perspektif tentang Gen Z, untuk kepentingan tulisan ini, Gen Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 - 2012. Jadi anak Gen Z paling tua itu usianya tahun ini adalah 27 tahun (mak, kok udah tua juga mereka) dan yang paling muda adalah 12 tahun.

Source: https://www.investopedia.com/generation-z-gen-z-definition-5218554 


Anak-anak calon Intern/Trainee/PKL yang saya interview beberapa hari lalu itu berarti usianya sekitar 18 - 21 tahun, sejatinya Gen Z berarti kan.

Pengalaman menginterview mereka ini sebenar-benarnya absurd dan mind-blowing! Mengerti kenapa banyak feed IG dan atau teman-teman millenial lain selalu merasa bekerja dengan gen Z itu challenging dan kalau bisa engga usah. 

Saya bekerja di industri perhotelan, anak-anak yang saya interview kemarin rata-rata melamar untuk bagian Housekeeping, Culinary, Restaurant Service dan beberapa di Front Office. Di Bali, beberapa dekade terakhir sedang menjamur kuliah diploma 1 program keahlian pariwisata khususnya untuk bisa berangkat ke kapal pesiar. Durasi programnya secara resmi adalah 12 bulan, 6 bulan pelajaran dan praktik di kampus, 6 bulan program training di industri. Biasanya mereka akan ditempatkan di Hotel atau Restaurant di Bali. 

Hari itu saya menginterview sekitar 25 sampai 30 orang, hampir semuanya melamar di bagian Housekeeping. Inilah jawaban- jawaban yang membuat saya entah tertawa miris dan jengkel frustrasi.

Beberapa dari mereka berasal dari Kabupaten lain, untuk ke Badung itu kurang lebih 3 - 4 jam perjalanan. Jadi biasanya saya bertanya kapan mereka sampai di Badung. Beberapa berangkat di hari yang sama, berangkat subuh, ganti baju di Indomaret lalu langsung ke lokasi interview dibantu Google Maps. Cool, oke juga lah perjuangan anak-anak ini. Lalu adalah satu anak ini yang mengaku dia datang sehari sebelumnya dan nebeng di rumah kakaknya. Saya casually bertanya “Kakakmu tinggal dimana?” Tau ga jawaban dia apa? Saya yakin tebakan kalian salah, jawaban dia “oh saya kurang tau sih Miss dia tinggal dimana” Eeehhhh, gimana itu maksudnya. Agak terlalu membagongkan, apalagi kata dia “Kan share loc, tinggal ikutin aja." Ya ampun! Bisa ya se-ignorant itu. 

Pertanyaan standar saya ke mereka semua selalu, kenapa memilih department Housekeeping? Percaya tidak, kalau 25 orang diantara anak-anak ini jawabannya selalu: karena saya suka bersih-bersih. Bukan jawabannya yang salah, kalau memang suka bersih-bersih ya bagus-bagus saja kan, masalahnya lho kok bisa lebih dari 80% jawabannya sama dan seragam. Terlalu mencurigakan. Sampai saya tanya, itu dikasi tau sama gurunya ya suruh jawab begitu? Of course kata mereka, engga Bu, memang benar suka bersih-bersih. Pengen rolling eyes aja dah! Saking kesalnya saya bilang “Sekali lagi kalian jawab suka bersih-bersih, ga akan saya terima training di sini. Baru mereka memberikan jawaban yang sepertinya lebih masuk akal.

Jawaban masuk akalnya termasuk, disuruh sama Bapak saya karena katanya kesempatan kerja di Housekeeping lebih banyak. Fair enough dan masuk akal untuk saya, tidak semua orang bercita-cita menjadi Nuclear Scientist dan tercapai kan. Tentu saja tidak berakhir indah demikian, saat saya tanya Bapakmu kerja dimana? Dia bilang di Kuta. Ok good, next question: Hotel apa? Ga Tau. Departement apa? Ga Tau. Astajiiiimmmm! Ini saya berhadapan dengan makhluk hidup jenis apa siiihhh….. Sampe saya ngomel-ngomel dan bilang: Tapi Bapakmu kan yang bayarin uang kuliah??!! Gimana ga empet deh coba.

Lalu ada lagi murid durhaka, kebetulan saya tau SMA tempat dia bersekolah dulunya, karena Pak Wir dulu adalah mantan Kepala Sekolah Pre-Opening pada jamannya. Benar-benar karena nostalgia, saya tanyakan siapa Kepala Sekolah sekarang. Seperti yang sudah anda duga, jawabannya Ga Tau. Alasannya karena lulusnya sudah lama. FYI ya, ijazah kelulusannya ditandatangani Juli 2024, dan mereka saya interview bulan Oktober 2024. Gimana engga inggin berkata-kata kasar kita. Geram!

Pertanyaan besar saya adalah apa yang membuat anak-anak gen Z ini bisa se-ignorant itu dan nyaris seragam? Perkembangan teknologi? Pola Asuh? Sistem pendidikan? or all answer are correct?

Apakah perkebangan teknologi terlalu cepat untuk kemampuan otak manusia yang sebenarnya masih bekerja dengan otak purbakala?

Apakah polah asuh yang terlalu memanjakan dengan memberikan kemudahan sehingga anak-anak ini menjadi tidak cerdas? Tapi masalahnya kan yang mengasuh Gen Z ini adalah Gen Millenial juga. Salah kita sebenarnya mereka bertingkah polah macam sekarang.

Bagaimana dengan sistem pendidikan. Sudahkah kurikulum dibuat agar siswanya menjadi cerdas atau sekedar untuk "clicking the box?" Saya berkata demikian karena Pak Wir itu pensiunan guru SMA. Kata beliau, sekolah jaman terakhir dia masih mengajar, sangat dihindarkan anak-anak tidak naik kelas. Sebodoh apapun mereka. Alasannya, agar target kelulusan siswa 100% tercapai. Kalau tidak lulus, reputasi sekolah taruhannya. Dampaknya, kinerja guru dipertanyakan, kenaikan pangkat dipersulit. Gaji guru yang sudah terlalu kecil, makin tidak bisa diandalkan. Belum lagi kelakuan orang tua jaman sekarang, sedikit-sedikit melaporkan guru ke polisi. Dahlah, biar saja. Bapak Umar Bakri juga pontang panting angkat kaki kalau begini. Kurang lingkaran setan apalagi coba! Lingkaran Lucifer sih kalau ini. 
Tuh kan jadi panjang! Namanya juga pikiran absurd. Sudah pasti kemana-mana.

Jangan heran kalau tiba-tiba anak sudah lulus SMA tapi tidak paham konsep bilangan prima. Atau pembagian pecahan. Jangan heran kalau mereka bahkan tidak tahu kalau negara-negara arab termasuk benua Asia. Siapa juga yang akan peduli!

Yang membuat saya miris sekali dengan interview kemarin itu (selain yang sudah saya cerita tadi), Sekolah diploma 1 ini tidak murah. Kisaran biayanya antara 15 juta - 20 juta untuk satu tahun. Dalam satu tahun itu hanya 6 bulan belajar dikelas (potong libur semester dan ina inu palingan efektif belajar hanya 4,5 - 5 bulan saja, lalu job training selama 6 bulan). Bandingkan dengan program Sarjana di kampus pemerintah, rata-rata SPP per semester 4 juta (bahkan anak-anak beasiswa saya ada yang hanya 1juta atau 500ribu per semester). Jadi sebenarnya biaya sekolah D1 ini mahal banget! Menang banyak ga itu sekolahnya.

Saya bercerita ke beberapa teman tentang keresahan ini. Jawaban mereka nyaris-nyaris serupa. Lalu saya juga bertanya pada teman-teman di Instagram. 

Next tulisannya, tentang hasil mini survey di IG ya!

So, now tell me, kalau kalian Gen Millenial, what do you thing about Gen Z. And Vice Versa!