Monday, June 27, 2022

Saat tulis artikel pertama 2 tahun lalu, ada teman bilang kalau artikel saya membuatnya merasa kecil hati. Karena perempuan-perempuan yang saya tulis terlalu sukses. Terlalu tinggi profile-nya. Awalnya defensif dong pasti. Kan mereka memang hebat, makanya menjadi panutan. Iya kaaaannnn?? Artikelnya bisa dibaca disini: Aku Tidak Cantik (Part 1)

Hhhmm, memang ya makanya jangan mendengarkan emosi sesaat. Seringannya sesat! Yaps, teman saya itu ada benarnya. Benar bahwa para perempuan di tulisan sebelumnya super hebat, kadang-kadang rasanya susah digapai. Pembelaan saya, they are all real human yang saya kenal in person. But true, maybe I should write another one. Para perempuan hebat lainnya.

Photo by Lisa

So here are their stories.

As usual
Dont expect mbak-mbak dan atau ibu-ibu di story ini adalah perempuan dengan kulit berkilau bak Rihana, tinggi semampai seperti Luna Maya, sekolah di Ivy League macam Maudy Ayunda, atau dengan pantat dan payudaya ukuran extra seperti Lucinta Luna (eh...)

Mereka adalah perempuan hebat yang kadang masih bingung pulang kerja ke gym atau nongkrong makan gelato. Yang suka ngomel dan marah-marah ketika anaknya lupa tugas bawa botol ke sekolahan ketika sudah jam 11 malam. Atau ngamuk-ngamuk ketika suaminya lebih sibuk main hape padahal rumahnya berantakan. Mereka perempuan hebat yang kita temui dimana-mana.

Siska Paramita - Menjadi Perempuan Bali Tidak Mudah tapi Indah
Untuk standar cantiknya perempuan Bali, dia mungkin sudah memenuhi separo kriterianya. Terutama urusan menari. Kalau menari, taksunya Siska keluar banget! Cantiikk x! Taksu itu apa ya.. hmm, bilanglah aura kali ya. Aura yang baik pokoknya.

Perempuan ini adalah sahabat terlama yang masih bertahan dalam hidup saya. Awal saya masuk SMA tidak mudah. Sebagai anak dari kampung, masuk ke SMA unggulan di kota kabupaten, dimana anak-anaknya 80% berasal dari SMP yang sama, I am an outsider. Dan being ndeso outsider during your high school time isn't easy babe. And then Siska come to the rescue.

Entah apa alasannya Siska sangat baik pada saya. Termasuk seluruh keluarganya. Siska adalah jenis teman yang akan mengajakmu main ke rumahnya, bertemu dengan seluruh keluarga dan bahkan tetangga-tetangganya! Tante Dayu dan Om Adi (ortunya Siska) sudah seperti my extended parents. Kalau mereka sebel ya ngomel, tetiba nyuruh kawin, suruh makan, tapi ngomel memang paling sering.

Ketika kami semakin dewasa, menjalani cerita yang masing-masing menjadi orang gede. Masalah-masalah orang gede sungguh membuat muak, dan Siska menunjukkan ke saya apa yang disebut menjadi kuat dan tegar demi keluarga. (Menulis ini saya menangis)

Saat itu saya masih jadi TKW di Oman, pagi-pagi buka IG, saya lihat post Siska. Om Adi meninggal dunia! Saya menangis sejadi-jadinya, sedih sampai gemetar. Terlalu tiba-tiba, ternyata baru setelahnya Siska cerita kalau Om Adi sakit. Saya tidak bisa pulang, Ibu bapak yang melayat ke rumah duka. Ibu cerita dengan bangga "Kak, Siska kuat dan tegar sekali! Dia yang urus semua upacara papanya. Dia tetap bisa menyapa para tamu. Dia yang menjadi tumpuan mamanya". Duh, saya bangga! Saya selalu tahu kalau Siska memang sehebat itu! Dengan Tante Dayu yang memang sudah sakit sejak lama, pasti tidak mudah menjadi anak tertua dan mengambil alih peranan menjadi kepala keluarga ketika hati sebenarnya pasti sudah remuk redam.

Beberapa bulan setelahnya, 3 bulan tepatnya, kabar duka lainnya, Tante Dayu menyusul Om Adi. Lagi-lagi saya masih di negeri antah berantah. Sedihnya sampai bikin ngilu. Lagi-lagi ibu bapak cerita betapa kuatnya Siska. Tidak sampai satu tahun, harus melakukan upacara kematian (Ngaben) orang tua. Menjadi kepala keluarga saat sebenarnya pasti kesal dengan dunia. Menjadi perempuan Bali yang tetap harus paham unggah ungguh adat. Mengambil tanggung jawab tradisi ketika masih terlalu muda. 

Tanggung jawab terbesarnya adalah menikahkan adik laki-lakinya. Pernikahan dalam adat Hindu Bali adalah salah satu upacara terbesar dan ter-ribet. Ketika Tante Dayu dan Om Adi sudah tidak ada, siapa lagi yang harus mengurusi semuanya. Yaps, her. Dalam kondisi hamil besar pula! Belum lagi harus mempertimbangkan urusan adat yang katanya "perempuan kalau sudah menikah, sudah keluar dari keluarga dan tidak punya hak apa-apa". This prego lady harus bisa menyenangkan segala kemauan om, tante, sepupu, keluarga dari pihak calon adik ipar, dan bahkan tetangga-tetangga! Menikahkan adik laki-laki satu-satunya, tanpa orang tua, tetap dengan tradisi Bali njelimet!

Beberapa bulan lalu, dengan santainya dia cerita "Papa meninggal bener-bener ga nyusahin ndows" "Mama udah siapin semuanya buat kita ndows" "Nikahan Indra (adiknya) aku udah siap krn sudah terlatih di acara papa mama ndows" Masih bisa ya sepositive itu mikirnya.

Damn girl! Since day one kamu mau berteman sama anak kampung ini aku sudah tau kamu manusia baik. Salah satu yang terbaik. 

Being a mom of two beautiful boys dan menjadi ibu guru adalah jalan ninjamu untuk selalu dekat dengan Tante Dayu yang dulu juga ibu guru mungkin Ka. 

Terimakasih sudah membuatku yakin, menjadi perempuan Bali memang berat. Tetapi bukan berarti mustahil. Dan bukan berarti tidak indah.

Rest in Love Om Adi & Tante Dayu, you must be so super proud of your daughter!

Love this Menari Pose so much!

Dwi Oktarina - Cinta Tidak Selalu Indah, Tapi Kalau Sabar Bisa Dapat Bonus!
Kalau ada yang saya paling iri dari Mbak Rina adalah rambut keriting indomie-nya. Keriting yang cantik gitu lho. Kalau dipikiranmu cantik harus rambut panjang lurus berkilau, coba ketemu rambut keritingnya dia, mupeng! 

Kenal dia 12 tahun lalu, di tempat kerja pertama kali. Waktu dia mulai bekerja, ibu bos saya bilang "Win, baik-baik ya sama dia. Baru putus cinta soalnya. temenin dia pokoknya" hhmm, bhaiq... Memang nampak sih kepatah-hatian mbak ini. Lha wong pernah sekali waktu makan di kantin dengan menggebu-gebu dia bilang ke saya dengan nada kesal "gini ya Win, kamu itu kalau cinta sama orang jangan pernah kasi 100%! biar ga sakit hati kayak aku" saya hanya mangut-mangut. Dalam hati kasian amat mbak ini, saya yang belum pernah putus cinta waktu itu mana paham. Cuman mesem-mesem.

Memang jodoh, kisah cintanya yang super njlimet dan penuh drama (sumpah drama yang bisa dijadikan series Indosiar karena melibatkan berbagai scenario di dalamnya) eh dia malah menikah dengan laki-laki yang membuat dia menasehati saya untuk jangan mencintai 100% itu! Karma sepertinya. Dan entah kenapa bahkan setelah saya bekerja separoh bumi jauhnya, saya tetap harus berurusan dengan keanehan cerita rumah tangga mereka.

What makes me adore her so much?
Kalau kalian perempuan, pernah ga membayangkan menikah dengan duda 3 anak?? Nah itu dah yang terjadi dengan Mbak Rina. Menikah langsung dapat bonus 3 orang anak! Kalau kalian sudah punya anak pasti paham, mengurus anak kandung sendiri saja bikin tensi tinggi terus menerus, terbayang kan kalau anak-anak itu ketemunya setelah mereka gede. Ada yang menjelang remaja malah!

It's not easy for her. Tidak semanis hubungan Ashanti dan Aurel bund! Ketika ibu-ibu lain bertumbuh bersama-sama dengan tumbuh kembang anaknya, sehingga bisa sangat saling paham, untuk Mbak Rina semua serba instant. Ibu sambung dan anaknya kaget-kaget dengan kebiasaan masing-masing yang kadang tidak bisa saling dimengerti. Kalau saya mungkin sudah menyerah dari tahun pertama. But of course not her. 7 years now and going stronger.

And what makes me so proud of her, dedikasinya jadi ibu kayaknya ga kalah daripada ibu kandung! Beberapa tahun lalu dia rela resign kerja demi menemani anaknya yang paling kecil fokus jadi altet renang. Pengorbanannya ga sia-sia, setiap pertandingan anaknya hampir selalu dapat medali. Puncaknya bulan Mei kemarin, turnamen renang di Jogja, dari 10 kategori yang dilombakan, anaknya juara di semua kategori! 8 Medali Emas, 2 Medali Perak! Saya yang bukan siapa-siapanya aja bangga!

Termasuk dukungannya untuk anaknya yang nomor 2, anak gadis remaja, baru masuk SMA, yang sekarang sah menjadi atlet Bali untuk olah raga menyelam! Kurang hebat apa coba! 

Meski tidak selalu mulus, menjadi Ibu, kandung atau sambung sama susahnya. 
Dan hey, siapa bilang ibu tiri selalu kejam?! Lihat dah Ashanti dan Aurel. eh maksudnya Mbak Rina dan anak-anaknya! 

Kayaknya karena berteman sama kamu aku jadi ketularan suka duda juga deh! (eh...)

Udah pengen belum punya rambut indomie itu? Ngiler kan


Ika Yuliari - Perempuan Harus Kuat! Kalo Meleyot Gapapa Juga sih.
Tidak ada yang normal tentang sahabat saya yang ini. Urusan pekerjaan, rumah tangga, gaya hidup, semuanya anti mainstream! Sedangkan kalau urusan standar cantik, gimana ya. Katanya sih dia pernah punya badan langsing, bikini body goals bertahun-tahun lalu. Kalau sekarang, bahenol aja lah ya. 

Seberapa sering kalian melihat ibu-ibu dasteran pergi ke bar dan minum-minum sampai tipsi lalu suaminya dengan ikhlas menjeput dan sekaligus mengantar teman-teman si ibu ini pulang karena sudah terlalu mabok. Ini kelauan Mak Ika dan suaminya (teman yang mabok itu sebut saja namanya bunga)

Ketika si bunga ngebet pengen road trip karena kelamaan ga traveling, Mak Ika to the rescue. Dia langsung semangat pergi, tanpa ragu meninggalkan anak-anaknya! Serius beneran! Anak-anaknya ini masih SD. Kata dia biasa aja, kemarenan juga anaknya ditinggal dia travelling ke Cina, ke Thailand, kemana-mana, jadi sudah biasa.

Sebenarnya tidak ada yang biasa dari Ika. Mudah sekali melihatnya sebagai ibu yang tidak bertanggung jawab kalau melihat dari sisi dia masih bisa pergi keluar malam, atau traveling tanpa anak-anaknya. Mudah sekali memberi cap "Ibu macam apa kelakuannya begitu?!" Ibu macam Mak Ika! Hahaha...

Tapi, kalau sudah melihat dari sisi satunya lagi, jamin deh, you will change your mind instantly! Saat ini Mak Ika bekerja di salah satu resort terbaik di Maldives. Ga kaleng-kaleng, posisinya pun department head dari department yang paling mentereng. Meninggalkan keluarganya karena tanggung jawab. Ika adalah kepala kelaurga, bukan tradisi di kelaurga Indonesia memang. Dia yang menjadi provider utama keluarganya. Tidak hanya keluarga inti, termasuk juga mertuanya. Keputusan ke Maldive ini tidak mudah, bayangkan harus meninggalkan anak-anak dirumah. Bekerja di pulau terpencil dengan akses terbatas dan budaya kerja yang bikin pengen jambak rambut sampai botak! Yang tadinya mikir dia ga sayang anaknya karena suka ninggalin anaknya traveling, harus berpikir ulang.

Ketika baru kenal, mudah sekali mengatakan kalau dia orangnya keras. Galak. Gampang marah. Ngegas. Memang iyaaaa. Makanya banyak staf-stafnya ketakutan kalau sudah berurusan dengannya. Tapiii at the same time dia juga salah satu manusia paling perasa yang saya kenal. Gampang nangis mbaknya. Dibaikin dikit sama staffnya pas ulang tahun, nangis. Cerita tentang Naya (anak perempuannya) yang sudah bisa kasihan dengan pedagang asongan, dia yang nangis. Cerita tentang kebaikan suaminya yang bisa menerima semua kekeras hatiannya, dia nangis. Pokoknya dikit-dikit keluar air mata! Heran, ngegas tapi gampang meleyot!

Ketika banyak perempuan Bali menikah tidak lagi punya peranan di rumah bajang (rumah dia di lahirkan), Ika membuktikan berbeda. Salah satu keputusan hidup yang tadinya saya pikir bercanda tetapi sangat serius adalah "Menikahi Cina Bali salah satunya biar gw masih bisa mengurusi orang tua di rumah bajang, bisa mengurusi tetek bengek urusan adat di rumah karena ibu bapak ga ada yang bantu"(ampun ini bukan rasis sama sekali beneran). Kata dia, kalau sama-sama Bali, hari rayanya bersamaan, susah mengatur jadwal menyama braya (bermasyarakat). Nah kalau dengan Cina Bali, hari rayanya beda, jadi sama-sama bisa dijalani. Pas Galungan pulang ke rumah bajang, imlekan di rumah mertua. Semua senang, aman! Seberapa banyak sih yang bisa berpikir begini?? 

Yaps, lagi-lagi menjadi perempuan Bali itu tidak mudah. Tapi Mak Ika membuktikan, thiking out of the box itu bukan cuma jargon di tempat kerja kok. Di rumah juga applicable!

One thing I really need to learn from her adalah masih bisa beneran punya me time di saat kamu adalah ibu dengan dua anak. Ika tidak kehilangan identitasnya menjadi istrinya si Anu, atau mamanya si Ini, atau menantunya si Itu. Santai saja dia pulang kerja makan steak sendiri, setelahnya dijemput di resto oleh suaminya. They are cool with that. Not your normal rumah tangga story deh. 

Biarpun baru kenal dua tahun belakangan, rasanya saya sudah kenal Ika sepanjang hidup! Bisa bertahan setelah ngetrip seminggu sama-sama dan masih jadi bestie rasanya pembuktian yang lebih dari cukup!

Oh, kadang pengen banget punya kepedeannya Mak Ika. Dengan kebahenolannya dia, santai aja pake 2 pieces bikini pas lagi renang! Ajib!

Roadtrip Seminggu, Mak Ika berubah jadi Mbak Ika


Mita Devayana - Tak Perlu Tunggu Hebat untuk Berani Memulai Apa yang Kau Impikan
Ingatan pertama saya tentang Mita, yang dia pasti lupa, adalah bertahun-tahun lalu jaman kuliah. Di dagang ayam lalapan rasanya, untuk ukuran di dagang kaki lima, anak ini agak terlalu modis. Setelah mendengar dia ngobrol dengan temannya, saya tahu kami satu kampus. Tapi entah dia jurusan apa dan angkatan mana.

Kami bertemu lagi menjadi rekan kerja. Saya langsung ingat dia gadis yang saya jaman dodol lihat di warung lalapan ayam itu. Yang saya tahu hanyalah Mita ini followernya banyak di IG dan dia adalah some kind of selebgram! Wow.

Saatnya pengakuan dosa. Maaf Mita...
Saya salah satu yang sangat skeptis dengan ke-selebgram-annya dia. Di pikiran saya yang cetek ini, emang iya itu menghasilkan uang? Jangan-jangan gaya-gayaan aja. Yakin followernya beneran? Jangan-jangan cuman dari beli follower. Ish, saya malu mengakui bahwa I am that shallow. Hiks, sad!

But she always so lovely to everyone. Yang membuat kepicikan saya pelan-pelan berubah adalah kalau bekerja, dia anaknya all in. Well organize. Sangat terasa ketika berurusan dengan department yang dia pegang, admin dan dokumennya selalu rapi. Paling rapi malah. Follow up apa-apa yang diminta juga bisa cepat. Oke juga ya anak ini. Belum lagi appearance-nya. Mita selalu paling rapi, resik dan cantik! 

Kalau jadi HRD, ketemu team yang well groomed itu rasanya anugerah. Apalagi sayanya aja masih kacau, rambut ngembang kemana-mana dan lipstik ilang setelah jam 11an. Kalau ada acara yang harus mewakili perusahaan, Mita pilihan pertama! Anaknya sudah tau berpenampilan dan attitude seperti apa yang harus ditampilkan. Mbak HRD pun riang. Photo shoot untuk komersial tapi duit marketing ga ada, tinggal jadikan Mita modelnya. Beres perkara. Ya Tuhan, baru aku sadar, betapa jahatnya kami mengexploitasi Mita. 

Tapi, apa yang sebenarnya yang membuat Mita cantik di mata saya? Karena dia luar biasa kuat dan tabah menjalani hidupnya yang tidak biasa-biasa saja. Setelah kenal beberapa lama, baru saya tahu kalau kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Meninggalkan Mita dan dua adiknya yang saat itu masih kecil. Menjadi kakak sekaligus ibu dan bapak untuk adik-adikmu, padahal kamu sendiri masih belum paham bagaimana menghadapi beratnya ditinggal orang tua. Pasti berat menjadi Mita, tetapi tidak pernah sekalipun dia menunjukkan itu. Bukan modelan strawberry generation.

Lalu saya tahu kalau adik laki-lakinya berhasil kuliah dengan beasiswa yang Mita usahakan lewat program yang dibuat oleh asosiasi hotel-hotel yang ada di Bali. Saya kenal adiknya Mita, anaknya sangat tau sopan santun. Kalau kata orang Bali, tau cara menempatkan diri. 

Sekarang Mita sudah menikah dan menjadi seorang ibu. Masih kerja kantoran, masih tetap eksis di Instagram. Tambah sukses malahan. Saya lihat berbagai brand nasional sudah mulai endorse dia. Brand-brand besar termasuk produk untuk bayi dan balita. Tetap cantik dengan groomingnya yang selalu glowing. Menjadi perempuan Bali dengan tanggung jawab adat yang tidak bisa dilepas, tetapi saya lihat sesekali masih clubbing juga! I like the way she embrace her life journey.

Terlalu lama tidak ketemu langsung, tetapi Mita tetap menjadi gadis baik itu. Tetap sesekali ngobrol lewat chat. Dan ya, apa yang tadinya saya remehkan, Mita membuktikan sekarang bahwa setiap orang berproses. Dan untuk menjadi berhasil, perlu waktu untuk bertumbuh. Kalau kata pepatah, Mita membungkam saya dengan karya (cieehh).

Dear Mita, this is a confession of a stupid mbak-mbak yang suka judging. Thank you for being you!

Ud macam mbak-mbak ANTM banget dah


Pada akhirnya semakin kesini semakan sadar kalau cantik itu tidak ada standarnya. Bukan semacam helm atau mesin cuci yang harus berstandar SNI. Semua perempuan punya ceritanya sendiri, berproses menjadi kuat, menjadi tangguh, dan tetap berbahagia.

Kalau ada perempuan-perempuan hebat di sekitarmu, mungkin boleh di colek mereka dan ingatkan betapa beruntungnya kamu mengenal mereka. Love you peeps!


A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates