Maaf, Aku Tak Mau Menjadi Bintangmu
“Aku ingin
menjadi bintang di langit malammu” sering digunakan oleh para pujangga cinta
untuk menunjukkan besarnya cinta mereka pada sang kekasih.
Tapi maaf, aku
tak ingin menjadi bintang di langit malammu. Aku juga tak ingin kamu menjadi
bintang di langit malamku. Bukan karena aku tak lagi cinta. Bukan karena aku
tak lagi ingin bersamamu atau aku tak lagi ingin menjadi kekasihmu. Sungguh
bukan karena hal itu.
Aku tak mau
dianalogikan menjadi bintangmu karena aku tahu, agar cahaya bintang dapat kau
lihat dari bumi, perlu puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun perjalanan. Saat
matamu menangkap sinar sang bintang, sangat mungkin sang bintang sudah mati dan
musnah. Cahaya sang bintang perlu menempuh jutaan miliar kilometer untuk dapat
kau nikmati.
Itulah
alasannya, aku tidak mau kau hanya melihat indahku saat aku sudah mati. Aku tak
mau kau mengagumiku saat aku sudah tertelan lubang hitamku sendiri. Aku tak mau
kau baru mengenalku saat aku tak lagi ada di alam semesta.
Tak apalah jika
aku tak bersinar terang selayaknya bintang di langit malammu. Cukuplah aku
menjadi aku yang menemanimu melewati setiap petualangan kita. Cukuplah aku yang
menjadi sahabatmu untuk menjalani setiap cerita yang kita tulis bersama.
Lebih baik aku
menjadi lampu kamarmu. Lebih dekat, lebih bermanfaat, dan lebih sering
bersamamu. Meski suatu hari aku bisa terganti, tetap saja aku sudah menyumbang
banyak untuk hari-harimu.
Bukannya aku tak
romantis tapi maaf, aku tak mau menjadi bintangmu.
*tulisan efek membaca George’s Secret Key to the
Universe
**Happy New Year
universe…