Sunday, March 28, 2021

Selain Membahas Kapan Kawin dan Kapan Beranak. Ada Hal Lebih Hot yang Bisa Digunjingkan di Acara Keluarga!

Polemik yang banyak terjadi belakangan ini adalah fenomena dimana orang-orang kesal ditanya kapan menikah, kapan punyak anak, kapan punya anak lagi, kapan punya cucu, kapan punya cucu lagi dst. dsb. Pertanyaan-pertanyaan ini banyak muncul terutama dalam acara-acara keluarga macam arisan, pernikahan saudara, acara keagamaan, pokoknya acara kumpul-kumpul pada umumnya.

Yang bertanya ya para om dan para tante, para sepupu, dan para saudara jauh. Entah karena memang peduli karena si korban belum menikah (contoh korban: saya) atau karena memang kemampuan berbasa basi mereka hanya sebegitu saja. Padahalnya mereka paham betul kalau misalnya korban baru saja putus cinta (tapi ditodong kapan kawin) atau korban baru saja menikah bulan lalu (tapi diteror kapan punya anak, lu kira dia lalat buah yang bisa bereproduksi dalam jangka waktu 24 jam?!)

Saya (dalam hal ini berperan sebagai korban, hiks) sukurnya tidak menganggap pertanyaan ini mengganggu. Karena menurut hemat saya, sangat wajar mereka bertanya kapan saya menikah. Kan saya belum menikah. Kecuali kalau mereka bertanyanya kapan saya jadi jendral, itu baru mengganggu karena agak terlalu off side sih pertanyaannya.

Permasalahannya, manusia kan tidak diciptakan sama. Ternyata banyak sekali orang yang terbebani dengan pertanyaan ini. Ujung-ujungnya membuat sedih, depresi, dan permusuhan dalam keluarga. Semacam Captain America: Civil War. Para Tante membentuk persekutuan untuk menggunjingkan kubu Tante yang lain. Para Om jadi ga bisa bebas ngopi bareng lagi karena nanti dianggap bergaul dengan geng yang tidak disukai istrinya. Duh ribet! Dunia rumah tangga memang kadang ribet bin ajaib. (eh ga paham juga, saya rumah aja ga punya apalagi tangga, apalagi suami!)

Untuk menghindari perpecahan keluarga yang lebih jauh, daripada membahas (dan mempertanyakan) kapan wisuda, kapan kawin, kapan beranak, sebenarnya ada beberapa topik yang jauh lebih hot untuk dipergunjingkan dan dijamin jauh lebih bermanfaat dan mudah-mudahan tidak memecah belah persatuan keluarga.

Disclaimer: topik-topik berikut ini sudah saya ujicobakan kepada The Sadras (Ini adalah nama panggung keluarga kami, diambil dari nama Alm kakek, I Nengah Sadra). Dan sejauh mata memandang dan lautan membentang, sebanyak 3 generasi (menuju gen 4) hasil uji coba berhasil dengan baik.

Beberapa topik yang bisa dipergunjingkan dengan seru tersebut adalah:

1. Pengetahuan tentang Vaksinasi COVID-19
Semua pasti sepakat kalau pandemi Covid-19 ini adalah topik yang sangat seksi dan hot untuk dipergunjingkan sejagat semesta raya planet bumi ini. Dari nenek saya (yang juragan dodol itu) sampai si Raka (adik sepupu yang baru SD kelas satu tapi ga sekalipun paham rasanya masuk kelas gegara sekolah online) pasti punya pandangan dan argumentasi sendiri tentang per-covid-an ini. Dampaknya ketika kami (yang 90% kerja hotel jadi tak lagi bergaji penuh), ketika para sepupu tak sebegitu bangga menjadi sarjana karena sudah paham akan kesulitan mencari kerja, ketika para tante uring-uringan gegara harga cabai lebih mahal daripada harga skincare.

Lalu muncul segala teori konspirasi tentang covid contohnya semacam virus covid buatan lab di Wuhan, sengaja di buat oleh Bill Gates untuk memperkaya diri dan lebih berkuasa, sebagai senjata biologis pemusnah massal, dan banyak teori absurd lainnya. Yang terbaru tentu saja kalau vaksin dibuat untuk menanam chip dalam tubuh manusia jadi mau ngapain aja bisa terdeteksi. Bahkan numpang berak di SPBU jalur pantura sampai George Soros bisa lihat! Sakti ga tuh!

Nah, daripada bahas topik basi, si Winda kapan kawin, kan lebih baik bahas apakah perlu atau tidak kita di vaksin. Tulisan ini bukan untuk memaksa kalian setuju di vaksin ya, selama tidak diharuskan oleh negara kenapa saya memaksa kalian kan. Tetapi sebagai contoh bahasan kami di WAG dan saat kumpul keluarga adalah kenapa lebih baik di vaksin. Lalu kami juga mengobrolkan bagaimana sih cara daftanya? Apakah lewat instansi tempat kerja, kepala lingkungan, RT/RW atau lewat organisasi yang sedang menggiatkan vaksin, atau malah ada keluarga om tante yang lebih mapan memilih vaksin mandiri.

Kami bahas panjang lebar berbagi pengalaman cara daftar online di aplikasi Peduli Lindungi, membantu para tetua yang kurang paham untuk install dan daftarkan mereka. Lalu berbagi efek setelah vaksin dan cara mengurangi efeknya. Misalnya dengan makan makanan sehat, minum air putih, mengurangi begadang dan shift malam, bahkan kami juga bahas nanti saat antre vaksin jangan lupa bawa air minum, HP yang sudah di charge penuh dan headset (jadi bisa nunggu sambil nonton tiktok atau cuplikan episode Ikatan Cinta).

Kami berbagi keragu-raguan, apakah kalau punya penyakit rematik bisa di vaksin. Apakah nenek yang punya komplikasi diabetes dan jantung boleh divaksin. Kami berbagi informasi, meluruskan isu-isu yang kami paham salah dan saling menyemangati. Selalu kami akan berujung pada, nanti di tempat vaksin banyak bertanya sama petugas. Atau sebelum vaksin kita konsultasi sama dokter puskesmas aja dulu!

2. Edukasi BPJS Kesehatan
Kalau keluargamu adalah keluarga sultan atau politisi senayan, mungkin topik ini bisa langsung dilewatkan. Tapi, kalau masih beli rumah dengan pinjam uang di Bank atau LPD, ini bisa jadi topik yang juga hot dan relevan untuk di bahas di acara kumpul-kumpul keluarga. 

Jangankan Om dan Tante, banyak dari kita yang memandang rendah BPJS Kesehatan kan. Ngaku deh. Karena antrenya lama, karena obatnya obat generik dan karena dilayani tidak sepenuh hati oleh tenaga kesehatan dan lainnya. Trus, kalau sudah jelek begini, apalagi yang mau dibahas kan.

Hei kalian, bukankah prinsip dasar pergunjingan adalah semakin buruk, semakin nikmat. Semakin penuh intrik semakin menarik. Itu alasannya pernikahan Atta-Aurel trending mulu kan, karena banyak kekurangan di mata netijen. Kalau baik-baik saja macam nikahan Tasya Farasya kurang afdol dipergunjingkan. Duh, fokus Winda, Fokus!!!

Balik lagi ke BPJS Kesehatan. 
Tahukah kamu kalau dengan BPJS Kesehatan kamu bisa berobat gratis untuk penyakit-penyakit kronis yang sebagian besar tidak ditanggung asuransi kesehatan tanggungan kantor? Mulai dari kemoterapi untuk kanker sampai operasi besar semacam bypass jantung juga ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Siapa yang rentan dengan penyakit-penyakit ini, Om dan Tante yang sudah mulai berumur kan? Daripada bahas si Winda yang umurnya sudah 30++ ga kawin juga, bukankah lebih baik membahas caranya berobat dengan BPJS Kesehatan?

Tahukah kamu kalau BPJS Kesehatan juga merupakan system yang lebih baik karena bisa mengurangi (dengan signifikan) tindak tanduk "main mata" antara dokter dan makelar obat sehingga si dokter makin kaya dan pasien makin merana? Ini saya paham dari kawan-kawan saya yang dokter juga. Contoh si Winda, kemarin dia bisul, diresepkan minum antibiotik 200mg sebanyak 2 kali sehari. Jaman sebelum BPJS Kesehatan, dokter akan meresepkan merek obatnya. Kenapa, karena dari hasil main mata dengan kang obat, kang dokter ini dapat reward kalau menggunakan produk obat dari perusahaan obat cap kuku macan. Meski ada obat dengan harga lebih ekonomis dan kandungan obat sama, kang dokter ga peduli, yang dikejar ya reward jalan-jalan ke Skandinavia bersama keluarga. Dengan BPJS hal ini sulit untuk dilakukan karena sudah dibuatkan regulasinya. Kapan-kapan kalau saya ada mood saya tanya lagi kawan dokter saya ya.

Nah, di kumpul-kumpul keluarga, bisa kita bahas apakah om tante, sepupu dan ponakan sudah paham alur berobat BPJS agar tidak frustasi sendiri? Atau tips dan trik kapan saatnya menggunakan BPJS dan kapan saatnya menggunakan asuransi yang dibayari oleh perusahaan. 

Bahas begianian bisa berjam-jam sendiri lho!
Belum lagi ajarin mereka install applikasi mobile JKN. Dah pasti mereka akan lupa untuk nanya si Winda kapan kasi cucu!.

3. Cara melakukan lapor SPT tahunan
Meskipun penghasilan berkurang dan nyaris menghilang, kewajiban lapor pajak tahunan masih tetap berjalan untuk semua umat manusia yang mencari nafkah di bumi Indonesia. Suka tidak suka, proses ini tetap harus dilakukan. Mau sebenci apapun, kalau masih jadi jongos macam si Winda ini segala penghasilan pasti di potong pajak.

Lalu, pernahkah kalian bertanya pada om tante, sepupu dan saudara bagaimana mereka melapor pajaknya? Atu at least sudahkah mereka melapor pajaknya? Tahukah kalian (dan mereka) kalau melapor pajak bisa dilakukan secara daring? 

Sekali lagi, kalau kalian dari keluarga sultan atau politisi senayan, mungkin topik ini agak kurang relevan. Karena mungkin saja karena harta dan penghasilan terlalu melimpah jadi pusing masukin angkanya dan terpaksa harus bayar jasa konsultan pajak (dengan tarif minimal 2jt per SPT, ini juga konsultannya yang sudah kasi tarif ultra ekonomis, harga covid)

Tapi kalau masih mengisinya form 1770S atao 1770SS, masih bisa lah isi-isi sendiri lewat situs online DJP. Pembahasan tentang topik ini dalam pergunjingan keluarga biasanya bisa sampai nyerempet ke urusan pinjam uang di Bank! Kalau urusan kredit di bank begini pasti menarik untuk di bahas! Apalagi kalau kamu sampai bisa menjelaskan tarif pajak penghasilan tanpa NPWP bisa sampai 20% lebih tinggi daripada kalau punya NPWP, dan tarif pajak penghasilan UMKM hanya 0,5% saja belum lagi pemahaman kalau setiap wajib pajak itu punya account representative masing-masing yang bisa kita hubungi langsung. Detailnya bisa kita dapatkan kalau kita login ke account pajak kita! Dijamin, siapa yang peduli kalau si Winda belum bawa pacar kerumah.

4. Pengetahuan Dasar tentang UU Ketenagakerjaan
Sebagian besar pembaca artikel ini sudah bekerja atau sedang mempersiapkan diri untuk bekerja.

Di banyak sekali cerita, kita tidak paham apakah kontrak kerja yang ditawarkan pada kita itu sah secara hukum atau abal-abal. Bukan sepenuhnya salah kita, saya juga di awal-awal tidak mengerti. Jangankan undang-undang ketenagakerjaan, saat itu mikirnya bisa diterima kerja saja sudah sukur.

Coba deh ngobrol dengan sepupu-sepupu tentang cara menghitung uang pesangon menurut undang-undang. Atau tentang siapa saja yang boleh atau tidak boleh diberikan masa percobaan atau probation. Oh, atau yang lebih menarik tentang cara penghitungan uang tunjangan hari raya yang muncul setahun sekali.

Oh apalagi kalau sudah bisa nyerempet-nyerempet tentang upah minimum dan bahas sedikit-sedikit tentang logika sederhana penghitungan kenaikan gaji tahunan. Pembahasan tentang asuransi kesehatan di perusahaan kakak sepupu dibandingkan dengan asuransi kesehatan yang baru saja dipilihkan perusahaan untuk kita. Kelebihan dan kekurangannya, dan hal mana yang bisa diakali dengan BPJS Kesehatan. Sedikit tetap bisa julid, tetapi lebih kaya informasi kan.

Belum lagi kalau membahas tentang banyaknya hotel besar yang dulunya mentereng dan bertarif ribuan dolar tapi melakukan PHK berjemaah. Apakah hal ini dibenarkan secara undang-undang, dan bagaimana sebenarnya pendekatan yang lebih baik. Jangankan para adik sepupu yang akan cari kerja, Om Tante yang sudah jauh lebih berpengalaman makan asam garam pare gula kehidupan  (asin asin pahit asin maksudku) pasti akan dengan senang hati berbagi pengalaman mereka.

Daripada membahas si Winda telat nikah, topik ini lebih berfaedah!

5. Pengetahuan Dasar Mengelola Keuangan Keluarga agar Terhindar Pinjol dan Lintah Darat
Saat kumpul keluarga, pernah ga sih membahas tentang SMS penipuan yang sering sekali kita terima? Mulai dari menang undian bank BRI (padahal ga punya rekening BRI) sampai tawaran untuk check out keranjang belanja shopee secara gratis (ini terlalu menggiurkan sebenarnya). Kalaupun dibahas biasanya sambil lucu-lucuan ya.

Bagaimana dengan pinjaman online (Pinjol)?
Itu lho SMS yang menawarkan pelunasan kartu kredit, atau kredit tanpa agunan (biasanya dengan embel-embel halal) dan bunga ringan. Mungkin banyak yang menganggap buat apa membahas topik ini? Lagi-lagi untuk membangun kesadaran tentang bahayanya pinjol. Coba deh pancing para tetua bercerita tentang lintah darat, pasti mereka punya bejibun contoh. 

Sistem bunga berbunga lah, sistem anak beranak lah, bunga diatas 10%, debt collector dengan kekerasan. Kalau jaman lintah darat, kekerasannya fisik, bisa mendatangi kerumah sampai gebukin babak belur. Kalau Pinjol mainnya psikis, teror online ke semua teman dan kerabat menyebarkan aib. Duh, mengerikan.

Di masa pandemi begini tawaran lintah darat dan pinjol bisa menjadi sangat menggiurkan dan nampak pilihan tercepat dan termudah. Tapi apakah itu yang terbaik? Tentunya tidak. Tapi bagaimana adik sepupu yang baru mulai bekerja paham beginian kalau kita tidak saling berbagi cerita kan?

Kalau saat arisan sibuknya menggunjingkan si Winda yang lama-lama jadi perawan tua kan lebih baik menggunjingkan Pinjol dan Lintah darat yang menjebak.

Seletah membaca ini, pasti akan merasa "dih, aneh banget tulisan ini. Ya kali acara kumpul keluarga bahas beginian". Memang banyak topik lain sih yang bisa di bahas misalnya cara memasak tape singkong yang manis tanpa gula. Atau cara memasang alis yang cepat dan akurat. 

Mana saja boleh sih, selama bermanfaat bagi orang banyak.

Bosan lah tanya orang kapan kawin melulu. Nanti kalau kawin kan pasti dikabari, masih keluarga ini. Kecuali pegel dengerin ceramah kapan kawin akhirnya ngambek dan kawin lari biar sehat.

Apalagi kalau ditanya kapan beranak, masa urusan ranjang orang diumbar-umbar. Situ suka urusan ranjangnya diintipi melulu yang ada ketar ketir ga enjoy ga bisa berproduksi! Toh nanti kalau jabang bayi jadi kan pasti dikabari, masih keluarga ini. 

Kenapa saya tulisnya khusus acara keluarga? Bagaimana dengan dengan teman? Sayangnya kita orang Indonesia tidak bisa menghindar begitu saja dari keluarga. Ada adab, adat dan nama baik orang tua yang harus dijaga. Ada sopan santun yang harus dijunjung. Dan sayangnya juga kita tidak bisa memilih siapa om tante dan sepupu-sepupu kita, tapi kita masih bisa memilih siapa yang menjadi teman-teman kita.

Kalau ada topik panas lain yang bisa digunjingkan di acara keluarga, sini coba bisikin ke saya!

Sumber photo: https://www.pexels.com/photo/text-5938722/


Friday, March 26, 2021

SDL Series #3: No, Not Alice in Wonderland. This is Winda in Juniper Land.

10 December 2017, saya terbang ke Oman, kali ini bukan untuk liburan, tapi beneran kerja. Keluarga besar antar saya ke bandara. Macam rombongan hajatan. Wajar kalau kata ibu, kan tidak setiap hari saya pergi berangkat kerja ke luar negeri dan baru akan kembali berbulan-bulan kemudian. Ditambah lagi memang sudah menjadi fitrah di keluarga kami (sebut saja The Sadra's) kalau apa-apa memang harus heboh.

Tidak ada lagi jemputan VIP kali ini dan saya masuk ke Oman sudah dengan visa kerja. Berdasarkan kunjungan bulan Oktober kemarin, sekarang jadi lebih paham dinginnya Oman, jadi dari rumah sudah bersiap-siap dengan pakaian yang lebih layak untuk cuaca dingin. Jemputan saya tiba, Masood nama sopirnya. Dan dia adalah staff di HRD. Karena lokasi resort kami yang terpencil, selain staff HRD untuk mengerjakan administrasi pada umumnya, kami juga punya 4 orang sopir khusus untuk keperluan karyawan dan full team chef untuk kantin. 

Seterpencil bahwa kota terdekat, Nizwa, jaraknya 1,5 jam berkendara dan hanya boleh ditempuh dengan mobil 4WD dan samasekali tidak ada angkutan umum. Kota utama, Muscat, berjarak kira-kira 200 km yang bisa ditempuh dalam 2,5 jam berkendara. Fasilitas utama seperti rumah sakit besar, kantor kedutaan besar, mall, bandara, bioskop dan kantor-kator pemerintahan berlokasi. Karena itulah salah satu tanggung jawab perusahaan yang terletak di Jabal Akhdar harus memberikan fasilitas transportasi yang memadai.

Berdasarkan kontrak kerja yang saya tanda tangani, tempat tinggal menjadi tanggungan perusahaan. Perusahaan menyewa sebuah gedung apartment di Desa Saiq untuk beberapa orang karyawan. Ada dua bangunan, masing-masing bangunan berisi 6 unit apartment. Jangan bayangkan apartment modern macam di majalah-majalah gaya hidup atau yang biasa kalian lihat di IGTV ya, tipe bangunan dan apartmentnya mengikuti tata ruang rumah-rumah keluarga Oman pada umumnya.

Ini tampak luar apartment saya di Saiq


Dapur yang sangat besar untuk ukuran saya, ruang tamu yang juga sangat lega (di Oman namanya Majilis) yang bisa muat 2 set sofa tamu sebenarnya, sebuah kamar tamu jika ada kawan yang ingin menginap, dan dua buah kamar mandi. Satu di kamar tidur utama, satu di dekat dapur yang bisa dipakai oleh tetamu yang berkunjung. 

Tetangga-tetangga saya adalah teman-teman kerja di resort. Di lantai 2 saya bertetangga dengan Mas Bule. Lalu di lantai satu ada Mbok Bali, dan Bang Tambun beserta keluarganya (masih ingat di cerita sebelumnya si Bang Tambun ini yang menertawai saya setelah Via Feratta). Lalu di lantai 3 ada dua orang karyawan Omani, Estaqlal dan Miad dan Om Koki.

Sebagian besar karyawan lain tinggal di staff accomodation yang letaknya di dalam lokasi resort. 

Karena saya bilang apartment, jangan bayangkan lokasinya di perkotaan ya. Seperti yang saya bilang tadi, tempatnya di Desa Saiq. Desa ini terletak di ketinggian 2000 mdpl (mungkin boleh dimasukkan dalam daftar desa-desa dengan letak tertinggi di dunia). Dari Saiq menuju ke Resort sekitar 30 menit naik mobil (harus mobil 4WD) dengan jalanan yang tidak terlalu lebar, hanya pas muat 2 mobil dan jurang di sisi kiri kanan. Menyeramkan sekaligus indah sebenarnya.

Selain terpencil, fasilitas di Saiq sebenarnya cukup memadai. Kurang lebih inilah hal-hal yang bisa saya temukan din Saiq

  • Sebuah pompa bensin milik perusahaan Al-Maha. Tidak buka 24 jam, saya kurang paham jam tutupnya. Kadang-kadang jam 10 sudah tidak ada nyawa, kadang jam 11 masih ramai. Suka-suka yang jaga nampaknya. Seperti SPBU lainnya di Oman, mereka juga menjual pulsa isi ulang. Sebenarnya saya curiga ini adalah pekerjaan sampingan para petugasnya sih. Yang paling menyenangkan dari Al Maha Jabal Akhdar adalah, bisa menjadi tempat titip paket! Iya, paket belanja online. Macam Shopee atau Tokopedia di Indonesia gitu. Para kurir selalu ogah kalau harus mengantar barang ke Resort. Kalau di alamatkan ke apartment mereka akan tambah bingung, karena alamatnya tidak jelas. Jadilah Al Maha tempat penitipan yang ideal dan terpercaya. Tidak usah khawatir barang hilang, Oman memang negara super aman.
  • Sebuah ATM Bank Muscat. ATM-nya terletak persis di sebelah Al Maha. Tips-nya, jangan mengambil uang di hari Kamis. Karena hari kamis adalah hari gajian para pekerja bangunan (biasanya orang-orang Asia Selatan) dan mereka beramai-ramai mengambil uang di hari itu, terutama petang hari. Kalau tidak kepepet lebih baik ambil besoknya. 
  • Apotek Kecil yang saya lupa namanya. Menjual rupa-rupa obat yang cukup lengkap untuk penyakit ringan. Permasalahan saya dengan apotek ini adalah penjaganya, orang India tidak bisa bahasa Inggris samasekali. Sebaiknya kalau mau membeli obat, googling dulu fotonya. Misal, mau beli panadol untuk sakit kepala kita sudah siap dengan photo panadol merah. Selain itu, siapkan juga beberapa foto obat sejenis sebagai alternatif kalau panadol tidak ada. Pengalaman saya pertama kali membeli obat ya itu, berbahasa tarzan. Saya coba tuliskan nama obatnya entah kenapa tetap saja si abang penjaga tidak paham. Waktu itu saya sakit kepala, bukannya dapat obat, saya tambah puyeng sih! 

  • Klinik kecil di belakang Al Maha. Kalau dari ukuran sebenarnya cukup besar. Mungkin setipe rumah sakit tipe D di Indonesia (kalau di Bali ukurannya seperti RS Santi Graha di Singaraja, kalau di daerahmu coba googling deh). Tetapi fasilitasnya sangat terbatas, lebih mirip puskesmas pembantu. Kami sangat jarang ke klinik ini, lebih baik langsung ke kota Nizwa ke rumah sakit beneran.
  • Sebuah rumah makan India dan satu lagi rumah makan Turki, baru setahun kemudian ada satu lagi rumah makan Turki lain dibuka dan sebuah rumah makan Omani. 
  • Beberapa warung kopi, jangan bayangkan warung kopi lucu kekinian yang beberapa tahun terakhir menjamur di Indonesia ya. Ini hanya ruko kecil, dengan sebuah rak display, menjual kopi dalam gelas-gelas kertas. Sangat jarang ada orang yang minum di tempat. Selain menjual kopi mereka selalu menjuak Karak Chai, teh dengan susu dan rempah-rempah. 

  • 3 toko kelontong yang cukup lengkap. Tidak hanya produk kemasan, mereka menjual juga ayam dan ikan yang dibekukan, buah dan sayur segar. Baru setahun setelahnya ada sebuah toko yang lebih besar, sejenis indomaret. Hari jumat biasanya ada mobil box membawa ikan-ikan segar dari Muscat dan di jual di lapangan kosong persis di sebelah Al Maha.
  • Sebuah hotel bintang 5, jaringan international, letaknya kurang lebih 15 menit berjalan kaki dari Al Maha. Dari sisi lokasi, hotel ini menjadi satu-satunya saingan resort saya. Dan menjadi satu-satunya pilihan tempat ngopi-ngopi cantik sambil mejengin karyawannya (ya, seputus asa itu karena tidak ada yang bisa kami kecengin)
  • 3 buah Masjid yang tersebar di penjuru desa. Saat adzan maghrib berkumandang biasanya toko-toko tutup karena semua orang menunaikan shalat. Kurang lebih 30 menit kemudian, toko akan buka kembali. 

  • Sebuah kantor pos, dimana kiriman-kiriman untuk resort biasanya dialamatkan ke kantor pos ini. Oh bahkan saat saya belanja online di Aliexpress, barang-barang yang saya pesan dari Cina sampai dengan selamat di kantor pos ini! Meskipun perlu kurang lebih 2 bulan delivery.
  • Dan yang paling tidak biasa menurut saya adalah sebuah kantor cabang bank HSBC. Menjadi pertanyaan juga buat saya kala itu, kenapa tiba-tiba HSBC? kenapa bukan bank lokal macam Bank Muscat atau Oman-Arab Bank? Menurut cerita kawan yang asli dari Saiq, entah krn marketing yang pas atau bagaimana, para baba (bapak) tua di Saiq yang  punya berhektar-hektar kebun (ya, disana ada kebun!) dan beratus-ratus ekor kambing dan domba (ya ini juga kalian tidak salah baca) dan kaya raya, menyimpan uang mereka di HSBC. Mereka tidak terbiasa dengan sistem online banking, jadi cash masih harus dibawa kemana-mana.

Lalu tentu saja ada pemukiman penduduk. Paling padat memang di Saiq, tapi banyak juga keluarga-keluarga yang tinggal di lokasi-lokasi yang tersebar di sekitarnya. Bahkan di lembah dan lereng-lereng pegunungan. Tapi jangan bayangan mereka orang dari gunung seperti stereotype kita di Indonesia yang biasanya identik dengan kondisi ekonomi yang kurang baik ya. Di Jabal Akhdar, penduduknya rata-rata kaya untuk ukuran di desa saya. Rumah-rumah bertingkat dan mobil-mobil SUV mewah keluaran terbaru menjadi pemandangan jamak disana. Lha wong mobil untuk mengangkut pakan ternaknya mereka saja adalah GMC Denali double cabin keluaran terbaru. Iler saya meleleh melihatnya, ga ada itu mobil pick-up omprengan macam di kampung saya.

Pemandangan rumah & mobil milik warga Saiq


Sebelumnya pernah saya tulis, Jabal Akhdar adalah kawasan yang dilindungi oleh pemerintah. Itulah alasannya sampai ada pemeriksaan yang cukup ketat oleh polisi di check point. Selain karena memang jalur yang penuh tanjakan dan tikungan tajam dan membahayakan pengendara yang tidak berpengalaman, dalam sejarahnya (sekitar tahun 1954 - 1955) pernah taerjadi perang saudara besar antara Muscat dan Jabal Akhdar. Cerita lengkapnya saya kurang paham. Intinya setelah perang itu, pemerintah mendirikan pangkalan militer di Jabal Akhdar. Tidak hanya satu, tapi ada dua sekaligus. Sebuah pangkalan Army (angkatan darat) dan sebuah pangkalan Air Force (angkatan udara) di dekat apartment saya.

Alasan lainnya yang mungkin jauh lebih penting sebenarnya karena perkebunan untuk suplai buah-buahan untuk konsumsi pribadi His Majesty Sultan Qaboos bin Said berlokasi di Jabal Akhdar. Tak jauh dari resort saya. Perkebunan ini dijaga sangat ketat. Tidak sembarangan orang bisa masuk, cukup hanya para pekerja dan yang ditunjuk kerajaan saja. Dari jalan raya perkebunan membentang sejauh 1 kilometer. Entah berapa luasnya. Konon katanya, kebun ini menghasilkan berbagai jenis buah-buahan termasuk zaitun, delima, peach, anggur, buah ara, sampai bawang merah dan bawang putih juga.

Saya sih percaya. Meski nampaknya hanya bebatuan, tetapi Jabal Akhdar adalah areal yang sangat subur. Jabal artinya Pegunungan, sedangka Akhdar artinya Hijau (tadinya saya pikir macam Akbar yang artinya besar). Pegunungan hijau yang subur. 

Terbukti dari hasil perkebunannya, delima dari pegunungan ini adalah delima dengan kualitas terbaik dan ternikmat (menurut hemat saya). Saya lihat sendiri berhektar-hektar kebun delima milik penduduk. Belum lagi di setiap halaman rumah penuh dengan pohon delima dan zaitun. Ada juga berhektar-hektar kebun bunga mawar, deretan walnut, dan pohon-pohon juniper yang tumbuh liar. Pohon Juniper tidak bisa ditemukan di sembarang tempat. Jabak Ahdar salah satu lokasi dimana juniper bisa tumbuh subur, karenanya Juniper juga menjadi tanaman yang dilindungi. Jangankan penebang, kalau mau mengambil cabang dan rantingnya saja tetap harus dengan persetujuan Municipality (semacam Pemda) dan Kementrian Lingkungan Hidup!

Saya yang berasal dari kampung kecil di Buleleng yang rumahnya dikelilingi kebun yang isinya kelapa, mangga, cengkeh, kopi, durian dan sejenisnya merasa saya masuk ke dunia lain! Dunia yang ajaib, dunia yang bahkan di TV atau di Film jarang diekspose. Tempat yang mau tak mau akan menjadi rumah dalam beberapa waktu kedepan.

Jabal Akhdar, Pegunungan Hijau yang belakangan membuat saya rindu



Thursday, March 11, 2021

SDL Series #2 - Pertama Kali Ke Oman, Berasa Mau Mati!

Pada tulisan SDL sebelumnya, link-nya ada disini, Pak Uban memberikan saya 1 minggu trip ke Oman untuk semacam pre-experience sebelum saya 100% yakin untuk pindah ke sana. Trip itu terjadi sekitar minggu pertama bulan Oktober 2017.

Sebelum keberangkatan, Bu Madam berpesan agar saya mempersiapkan baju hangat macam jaket dan sweater untuk dibawa ke sana karena Oktober sudah menjelang winter. Pikir saya, ok lah, mungkin dinginnya macam di kampung saya saat musim kopi di akhir tahun. Adem yang kadang-kadang bikin menggigil. Oh, kalau di Bali bayangan saya macam di Kintamani atau dinginnya di Puncak, Bogor. Jadi saya putuskan membawa sweater paling tebal yang saya punya, yg dulu selalu saya pakai saat KKN di Kintamani, jaket yang biasa saya pakai naik motor dan beberapa jeans.

Saya tiba di Muscat tengah malam. Nervous sangat! Pertama kali long haul flight ke negeri antah berantah, sendiri, tanpa ada satupun makhluk hidup yang saya kenal. Bukan takut di culik atau di harvest organ tubuh untuk dijual (ini imajinasi terliar ibu saya, btw), tapi takut karena kan Oman adalah negara arab nanti kalau saya tidak paham bahasa mereka piye.

But then, ketakutan saya tidak terbukti. Pak Uban sepertinya berniat untuk membuat saya terkesan.

Pak Uban arrange a VIP arrival experience untuk saya. Dari baru turun pesawat dan masuk ke ruang kedatangan, sudah ada pria bersetelan rapih lengkap dengan jas dan dasi menunggu saya. Dia memegang papan nama resort kami, dari jauh saya pandangi papan nama itu, saya pikir mungkin saya satu pesawat dengan tamu VIP. Eh, ternyata abang-abang berseragam itu menghampiri saya dan bertanya "Miss Winda?" saya iyakan, lalu dia berikan saya sebuah buket bunga dan bilang "Welcome to Oman" Aiyooohhh, ini saya berasa dijemput pacar ya...

Ternyata resort kami bekerjasama dengan perusahaan dia, penyedia layanan VIP bandara untuk pengurusan visa kunjungan (saat itu saya menggunakan Visa On Arrival), pengambilan bagasi dan segala proses di imigrasi dan cukai. Jadinya, proses kedatangan saya di bandara sangat mudah dan menyenangkan. Dan tentu saja romantis dengan di buket bunga itu.

Setelah keluar dari Airport, seorang sopir resort sudah menunggu, namanya Muhammad. Dialah yang akan mengantar saya sampai ke resort. Kata Muhammad, perjalanan dari Kota Muscat ke Pegunungan Jabal Akhdar akan memakan waktu 2,5 jam, jadi lebih baik saya tidur saja di mobil. Muhammad berbicara dalam bahasa inggris yang tidak terlalu lancar. Hanya beberapa kalimat saja, tetapi saya bisa paham lah.

Meski tengah malam, suhu di kota Muscat bisa dibilang hangat. Kurang lebih 27 derajat celcius. Lagi-lagi pikir saya macam suhu di Bali lah winternya. Wajar sih di negara-negara timur tengah ini kan banyak gurun, jadi pasti panasnya extreem banget. Sehingga musim dinginnya ya "cetek gini". Karena sudah gelap, saya turuti saran Muhammad untuk lanjut tidur di mobil. Apalagi dengan perbedaan waktu dimana Oman 4 jam lebih lambat daripada di Bali, jadi saat itu masih subuh di Bali dan waktu ternikmat untuk tidur.

Tiba-tiba saya terbangun, menggigil kedinginan. Mobil melaju diantara tebing-tebing batu, sudah hampir 1,5 jam kami berkendara dan menurut Muhammad kami sudah melewati check-point untuk masuk ke area pegunungan Jabal Akhdar. Melihat saya menggigil, Muhammad menaikan suhu pemanas mobil dan menawarkan selimut pada saya, ketika saya lihat di dashboard mobil, suhu di luar 17 derajat celcius! Alamak! Ini beneran saya masih di Oman? Atau jangan-jangan ini jalanan menuju ke Pegunungan Himalaya! Lebay sih ini.

Sambil mengisi waktu di jalanan yang sangat sepi, literally hanya ada mobil kami. Tidak papasan dengan siapapun. Bahkan sesosok kadal yg biasa melintas di jalanan juga ga ada, saya ngobrol dengan Muhammad. Meski dengan bahasa Inggris seadanya, dia menjelaskan pada saya beberapa hal tentang pegunungan Jabal Akhdar.

Jabal Akhdar ini memang pegunungan tertinggi ke-2 di Oman, setelah Jabal Sham. Saya jadi ingat yang saya baca sekilas di resort fact sheet, resort kami berada di ketinggian 2000 mdpl, di salah satu lembahnya Jabal Akhdar. Hmm, saya memikirkan kembali fakta ini. Saya iseng-iseng googling puncak tertinggi Jabal Akhdar Sendiri ternyata 3,000 mdpl. Lalu saya mulai bandingkan dengan beberapa gunung di Indonesia, ini perbandingannya

  • Gunung Batur - 1,717 mdpl
  • Gunung Bromo - 2,329 mdpl
  • Gunung Ijen - 2,799 mdpl
  • Gunung Agung - 3,031 mdpl

Amsyong! Melihat angka-angka itu saya baru sadar, ini diatas gunung beneran ya... Nyaris setinggi Gunung Agung! Saya yang cuma pernah ke puncak Batur dan Bromo saja waktu itu menggigil. Di Bromo sampai pakai segala kupluk, sarung tangan, kaos kaki tebal, syal, dan berlapis jaket. Lah ini lebih tinggi lagi, logikanya lebih dingin lagi dong! Sementara saya hanya membawa jaket dan sweater seadanya macam mau motoran dari Nusa Dua ke Sanur. Saya minder. Dan khawatir. Dan tambah menggigil. Dan menyesali kebodohan kenapa logika berpikir ini tidak terjadi saat saya packing di rumah. Huuhh...

Demi mengalihkan kekhawatiran saya akan membeku nanti setibanya di resort, saya kembali ngobrol dengan Muhammad. Saya bertanya tentang check point yang tadi kami lewati. Tujuan utamanya adalah untuk memantau kelayakan mobil yang akan naik. Hanya mobil dengan sistem 4 Wheel Drive (WD), atau dikenal juga dengan istilah 4x4 yang diijinkan naik ke Jabal Akhdar. Selain itu kelayakan mobil juga dilihat, apakah ban mobil layak jalan dan tidak gundul, apakah tidak kelebihan penumpang, apakah mobil dalam kondisi layak dan lainnya. Hal ini demi keselamatan pengendara karena jalanan disana penuh tanjakan dan tikungan tajam. Biasanya ada 2 orang polisi yang berjadi dalam satu shift, mereka akan menghentikan kendaraan. Karena Mohammad sudah biasa naik turun gunung, dan mobil kami bertanda nama resort jadi kami hanya mengucapkan salam dan diijinkan melaju. Lain halnya jika kita bukan pengendara reguler, baik Omani maupun Expat, akan dihentikan dulu dan dimintai SIM. Lalu ditanya-tanya apa tujuannya ke Jabal Akhdar, apakah menginap atau hanya kunjungan satu hari, kalau menginap mereka juga tanya berapa lama dan tempat menginapnya.

Saya agak heran kenapa sampai sedetail itu? Saya pikir hanya mengecek kelayakan mobil saja. Menurut Muhammad, ini karena pegunungan Jabal Akhdar adalah kawasan yang dilindungi pemerintah. Hmmm.. saya harus cari tahu lebih banyak lagi nanti.

Setibanya di resort, masih gelap gulita. Menjelang subuh. Tentu saja dinginnya menusuk tulang. Menggigil sampai ke lambung rasanya. Orang pertama yang saya temui di resort adalah Reena, front office supervisor. Dia orang Maldive. Reena menyarankan saya langsung ke kamar saja. Sampai di kamar rasanya legaaaa, penghangat ruangan sudah dinyalakan.Tanpa mandi, saya langsung rebahan dan tertidur.

Saya terbangun karena merasa sesak napas dan detak jantung saya menjadi lebih kencang. Kepala rasanya berat sekali. Apakah saya terkena serangan jantung? Saya coba tarik napas dalam-dalam, rasanya tetap saya tak cukup oksigen. Pikir saya mungkin karena saya tidur di ruangan berpenghangat  sehingga kadar oksigennya berkurang (harap maklum karena pengalaman pertaman kali). Saya buka pintu kamar yang mengarah ke balkon, alamaaaakkkk angin kencang super dingin menusuk ulu hati! Bukannya tambah lega karena menghirup banyak oksigen, rasanya tetap saja engap. Fix, saya mikir saya akan semaput pingsan.

Pelan-pelan saya tutup pintu kamar, lalu duduk di sofa dan mulai mengatur napas. Berusaha sebanyak-banyaknya menghirup udara. Ketika pelan-pelan darah sudah mengalirkan oksigen ke otak sedikit demi sedikit, saya mulai bisa berpikir. Saya kan di ketinggian 2000 mdpl, berarti kadar oksigennya juga tipis dong ya. Saya mulai cari-cari informasi di internet, dan saya lega, saya tidak kena serangan jantung! Hanya terkena Altitude Sickness, bahasa saya adalah mabuk ketinggian. Untungnya hanya dalam beberapa jam saja tubuh saya beradaptasi dan saya merasa lebih baik.

Selesai urusan sesak napas karena mabuk ketinggian, urusan kedinginan ini belum berakhir juga! Untungnya semua area indoor dilengkapi pemanas ruangan, jadi saya tetap nyaman. Kegiatan setiap hari sudah dijadwalkan oleh Pak Uban dan team Leisure Concierge. Intinya, saya harus mencoba sebanyak mungkin kegiatan yang disiapkan untuk tamu. Ya saya senang lah! Tapi saya curiga, seharusnya seminggu ini kan saya dibuat lebih paham situasi kerja, lah ini malah macam pemenang undian majalah traveling yang disponsori jalan-jalan. Ah sudahlah, rejeki yang ada ya dinikmati. Begitu pikir saya.

Saya sempat dikenalkan ke beberapa orang. Semuanya saya lupa saat itu juga. Yang saya ingat hanya Assistant HRD Managernya saja, namanya Joy, orang Philippina. Karena dia yang mengurus tiket dan tetek bengek keberangkatan saya.

Sampailah pada hari terakhir sebelum pulang ke Bali. Kegiatan saya hari itu adalah Via Ferrata. Saya hanya membaca sekilas saja deskripsi kegiatan yang diberikan. Yang saya tangkap intinya adalah melintasi lembah dengan sling dan kabel-kabel yang sudah diinstal sebelumnya. Macam flying fox pikir saya. 

Lagi-lagi, malas membaca nyaris mampus dijalan!

Via Ferrata ternyata bukan flying fox sodara-sodara! Via Ferrata adalah uji nyali, mengumpankan nyawa ke malaikan maut!

Masih ingat foto tebing-tebing bebatuan cadas dengan lembah-lembah dalam yang saya bagikan di tulisan sebelumnya? Itu lokasinya. Jadi di tebing itu sudah diinstal kabel-kabel baja menempel pada bebatuan. Tugas saya adalah mengikatkan diri pada kabel baja itu hanya dengan 2 biji carabiner yang dicantolkan pada harness di tubuh saya. Dan saya, harus berhati-hati melepas dan memasang si carabiner ini di kabel baja untuk bisa bergerak turun!

Ini dia lembah trayek Via Ferrata


Penderitaan belum berakhir, setelah sampai di dasar lembah, kurang lebih 20 meter, tidak ada jalan untuk kembali keatas kecuali kami memanjat lagi! Belum lagi melewati jembatan yang terbuat dari sebiji kabel baja tok! Wuaseeeemmmm! Orang gila mana yang menciptakan kegiatan macam ini dan orang yang lebih gila lagi adalah mereka yang rela membayar berjuta-juta untuk disiksa begini! Yang jelas bukan saya, saya waras. Saat itu yang ada di kepala saya cuma satu, saya cuma mau pulang! Di beberapa titik saya bahkan benar-benar merangkak di bebatuan tajam, terpelanting sekali, lebam di lengan dan paha. Berkali-kali saya berpikir, ini kalau saya sampai salah pasang carabiner, atau salah menginjakkan kaki di bebatuan yang labil, saya akan jatuh ke dasar lembah dan dipastikan jadi peyek kacang!

Saya harus merangkak di bebatuan ini


Sampai di atas saya menangis dan tertawa ngakak sendiri! Oh, jadi seminggu saya dibaik-baikin hanya untuk akhirnya disiksa begini! Arrrghhhhh!!! Di Lobby saya disambut oleh salah seorang senior manager, Bang Tambun namanya, orang India, dia tertawa-tawa melihat saya berjalan terpincang-pincang. Saya bilang padanya, lihat saja nanti, saya buat peraturan baru, kalau karyawan ada yang berbuat salah, hukumannya adalah Via Ferrata! Eh Bang Tambun malah tambah ngakak.

Ini beberapa foto saya di tengah penderitaan itu

Ini saat baru berhasil turun, belum sadar kalau naiknya harus disiksa lagi

Penderitaan berlanjut 

Ini jembatan neraka, saya sempat jatuh disini dan bergelantungan dengan carabiner saja


Malam itu saya langsung terbang di Bali. Selama di dalam pesawat badan saya sudah pegal semua. Apalagi ketika transit di Jakarta, ngilu di sendi-sendi sudah mulai menyiksa. Berjalan sudah mulai susah. Sukurlah sampai Bali dengan selamat.

Keesokannya saya langsung kembali bekerja. Badan saya kaku semua! Melangkah saja saya tidak sanggup. Kaki dan lengan semua ngilu gara-gara Via Ferrata yang tidak berfaedah itu! Baru saja saya ingin mengirim pesan ke Pak Londo untuk ijin sakit, Pak Londo telpon duluan memastikan saya masuk kerja hari itu karena saya dicari oleh Bapak Kepala Desa untuk urusan rekrutmen warga sekitar! Katanya sudah beberapa hari beliau ingin bertemu saya, kata Pak Londo "Ga enak kalau saya tolak lagi Winda. Nanti malah hubungan resort kita dan desa malah jadi kurang baik" Saya bisa apa???

Jadilah hari itu saya terseok-seok ke tempat kerja, dan yang paling menyebalkan Pak Londo sudah menunggu di depan kantor saya tertawa terpingkal-pingkal sambil santai bilang begini "Pak Uban sudah cerita kondisi kamu kemarin yang katanya macam nenek-nenek, saya tidak sabar lihatnya!" Aaarrrggghhh.... punya bos dan calon bos macam psikopat!

Tapi setidaknya saya pulang ke Bali masih utuh dan bernyawa!

Mereka kira dengan Via Ferrata itu bisa menyurutkan niat saya untuk berangkat ke Oman? Tidak semudah itu Esmeralda! Oman, here I come....

Thursday, March 4, 2021

SDL Series #1 - Pindah ke Oman? But Why??

Kalau anda tidak tahu Oman, jangan kecil hati.
Anda tidak sendiri. Ketika memutuskan untuk pindah bekerja ke Oman, reaksi kawan saya biasanya seperti ini “Hah? Oman? Dimana tuh?” 7 dari 10 orang yang saya beritahu beraksi seperti itu. Tiga orang sisanya biasanya akan berkata “Hah? Ngapain?”

Saya juga awalnya tidak tahu kalau ada negara bernama Oman. Mulai tahu Oman karena perusahaan tempat kerja saya membuka resort di Oman, tepatnya di Wilayah Al Dakhliyah di Pegunungan Jabal Akhdar. 

Saat itu saya sedang dalam masa orientasi. Dalam salah satu training, topiknya adalah mengenal resort kami di seluruh dunia. Ketika slide presentasi memperlihatkan resort yang berlokasi di Oman, saya merinding. Indah yang tidak biasa. Pemandangannya mengingatkan saya film-film berlatar luar angkasa macam Interstellar atau The Martian. Landscapenya macam bukan di Bumi tapi di Mars!

Ini landscape di Jabal Akhdar, saya photo saat sunset

Ini landscape di lokasi berbeda, menjelang sunset juga

Saat itu saya berkata dalam hati, suatu hari saya harus pernah ke Jabal Akhdar, Oman!

Begini ceritanya,

Awal 2017, seperti biasa jadwal evaluasi kinerja tahunan. Bos saya di Kantor Pusat, sebut saja namanya Bu Madam, berkunjung ke kantor. Sebelum menandatangani evaluasi kinerjasaya, pertanyaan pamungkas darinya adalah “Jadi Winda, apa target karirmu selanjutnya?”. Saya mengutarakan keinginan saya untuk bekerja diluar Bali sebelum saya menikah. 

Sebagai anak Bali tulen, lahir, besar, sekolah, bekerja, menggendut, semuanya di Bali. Sekali-kali mau lah jadi anak rantau. Tapi sebenarnya saya juga tak berharap banyak, saya pikir pertanyaan itu hanyalah pertanyaan formalitas, kecil kemungkinannya lanjut dibahas kan.

Pertengahan 2017, sedang sibuk-sibuknya proses rekrutment karyawan untuk proyek pembukaan Day Club paling hitz di Bali (yang sekarang sudah ganti nama itu). Bu Madam telpon saya, “Winda, masih ingin pindah keluar Bali?” tentu saja saya iyakan. Kebetulan saat itu sedang ada cabang yang akan buka di Jakarta dan Malaysia, saya bersemangat, saya pikir mungkin saya akan dikirim task force ke sana.

Bu Madam melanjutkan, “Ke Jabal Akhdar, mau?” Hah?? Langsung ke ujung dunia begitu! Tanpa pikir panjang, langsung saya iyakan. Yang ada di kepala saya saat itu, kapan lagi ada tawaran macam ini. Malah Bu Madam yang bingung “Eh, mending kamu ngobrol dulu sama keluargamu dan tunanganmu ya. Minggu depan kabari lagi keputusanmu ke saya.” 

Langsung saya telpon Bapak & Ibu. Saya jelaskan ke mereka alasan kenapa saya harus ambil kesempatan ini. mereka sih orang tua paling santai sedunia. Bapak Cuma bilang “Terserah kamu, kan kamu lebih tau. Kalau memang lebih banyak baiknya dan kamu memang mau,Bapak mendukung.” Ibu lebih histeris, histerisnya karena girang sih. Urusan Orang Tua beres. 
 
Bli Pacar langsung saya beri tahu juga. Dia juga setuju dan sejak awal dia bilang dia selalu mendukung karir saya. Dia memang salah satu manusia terbaik yang pernah saya kenal selama hidup! Pas semua beres. 
 
Bos saya di Bali, sebut saja Pak Londo, sepenuhnya mendukung. Bahkan usut punya usut, sebenarnya dialah yang merekomendasikan ke kantor pusat agar saya yang dipindahkan ke Oman.

Tapi karena saya anaknya agak drama, saya sempat juga mendatangi kantor beliau dan bilang jangan-jangan proses untuk memindahkan saya ke Oman adalah usaha untuk menendang saya dari Bali karena dia tak suka dengan kinerja saya. Tentu Pak Londo marah-marah dan ngomel “Kamu pikir saya gila, saya yang kasi rekomendasi kamu ke kantor pusat. Yang saya pertaruhkan itu nama baik saya sendiri demi mendukung karir kamu. Kalau saya ga suka ngapain saya repot-repot mikirin karir kamu” 
 
Ya maaf, namanya juga labil. Pak Londo memang mantap sih
 
Seminggu kemudian saya kabari Bu Madam keputusan saya tetap sama. Beliau lalu mengatur jadwal interview saya dengan calon bos di Oman, namanya Pak Uban.

Sangat deg-degan sebenarnya untuk interview ini. Saya merasa sedikit minder karena saya belum pernah punya pengalaman internasional. Paling jauh luar negerinya ya main ke Phuket sendiri. Itupun cuma liburan sekejap.

Nyatanya Pak Uban tak banyak bertanya, kata dia kalau Bu Madam dan Pak Londo sudah percaya pada saya, itu sudah referensi yang cukup untuk kinerja saya. Malahan dia yang banyak bercerita tentang kenapa sampai saya harus pindah ke Oman. Intinya, resort Oman itu sudah buka 4 tahun, selama 4 tahun itu sudah ganti 4 kali orang di posisi saya. Macam-macam alasannya. 
  • Orang pertama dari Srilanka, kabur setelah menggelapkan uang dan aset perusahaan (Termasuk laptop dan HP Kantor) bahkan belum genap setahun bekerja.
  • Orang Kedua, Orang Oman (Omani), muncul kerja hanya sebulan sekali, macam orang datang bulan, lalu mengundurkan diri begitu saja. 
  • Orang Ketiga, dari Philipina, yang menurut Pak Uban, orang ini adalah yang paling waras. Tapi tetap saja mengundurkan diri tepat setahun setelah bergabung dengan alasan sudah lelah hati menghadapi segala drama yang terjadi disana.
  • Orang Keempat, another Philipina, kurang dari setahun kinerjanya dianggap tidak sejalan dengan harapan. Diputuskan untuk didemosi menjadi Training Manager.
 
Pak Uban juga bilang “I will tell you all the black picture Winda. Semua tantangan yang pasti akan kamu hadapi. Saya ga mau janji-janji manis, tapi nanti sampai disini kamu malah kecewa” Wih, saya suka gaya lu Pak Bos, janji manis gak guna, bikin diabetes. Apalagi janji manis doang, dikasi kepastian engga. Eh..
 
Lagi-lagi saya diberi waktu seminggu untuk memikirkan apa yang sudah diceritakan tentang kondisi tempat kerja baru nantinya. Tapi bahkan sebelum seminggu, keputusan saya masih tetap sama, yakin pindah ke Oman.

Sambil menunggu selama satu minggu itu, saya coba tanyakan ke Bu Madam, kenapa mereka memercayakan posisi di Oman untuk saya, bukannya mencari kandidat yang lebih berpengalaman. Bu Madam bilang kantor pusat sudah lelah dengan drama yang terjadi disana. Mencari orang baru berkali-kali tapi ujungnya tetap tidak bertahan. Jadi mereka memilih untuk menempatkan orang yang sudah depercayai saja. 

Kata Bu Madam juga, rencana untuk memindahkan saya ke Oman sebenarnya sudah dibicarakan bahkan dari tahun 2016, tetapi tidak ditindaklanjuti karena kantor pusat takut kalau saya dipindah ke Oman saya akan tidak betah dan mengundurkan diri dari perusahaan. Awww... orang-orang kantor pusat memang juara!
 
Seminggu kemudian, Pak Uban megirimkan saya draft kontrak kerja. Pelan-pelan saya baca.
·       Tanggal Mulai Bekerja, 1 Desember 2017 - oke, siap 
·       Durasi kontrak 2 tahun – oke, setuju
·       Cuti tahunan – oke, asik
·       Libur Nasional – oke, paham
·       Tiket Pulang Kampung – oke, sip
·       Akomodasi & Transportasi – oke, aman
·       Tunjangan Kesehatan – oke, angkut
·       Gaji – wait, hhhmmm, oke, cuss berangkat!!!
 
Saya kirim kontrak yang sudah saya tandatangani ke Pak Uban. Eh, dia masih belum percaya juga kalau saya haqqul yaqin pindah ke Oman. Dengan seijin Pak Londo, Pak Uban mengatur perjalanan saya mengunjungi Oman selama 1 minggu di bulan Oktober sebelum benar-benar tidak bisa mundur lagi. Tentu saja saya girang jejingkrakan. “Liburan” seminggu ke Oman, semua dibiayai, mau lah!
 
Tapi kata MG “there’s no free lunch Winda. If they are giving you that much, means they are expecting even more from you.” Glek, bener juga sih, kalau mereka sampai nekat membiayai perjalanan saya seminggu ke Oman yang pasti tidak murah, pasti mereka berharap banyak dari saya. That’s ok, mumpung masih Young Dumb and Broke, nothing to lose kan! Hajar. 

Saya merasa selama proses ini, semua dipermudah. Itu semakin membuat niat saya bulat 100% untuk pindah ke Oman. 

Kenapa? Inilah alasannya,
 
Alasan utamanya saat itu adalah, di bidang pekerjaan saya, agak sulit untuk bisa bekerja keluar negeri. Sebagian besar negara, dalam undang-undang ketenagakerjaannya mewajibkan orang diposisi Human Resources Manager / Director harus warga negaranya sendiri. Sama seperti di Indonesia. Jadi, kesempatan yang saya dapatkan ini langka! Biasanya negara-negara yang memperbolehkan orang-orang HR-nya expatriate adalah negara di Timur Tengah dan Maldives. Negara lain terkadang ada, tetapi tidak umum. Nah, setelah saya kembali lagi ke Indonesia nantinya, pengalaman ini akan membuat nilai jual saya semakin tinggi (urusan pekerjaan lho ya)
 
Alasan kedua, saya baru saja memulai program beasiswa kakak asuh. Saya perlu menabung lebih banyak agar adik-adik asuh saya bisa tetap kuliah dan saya tenang dengan urusan biaya kuliah mereka. Cita-cita saya adalah menambah 1 orang adik Asuh setiap tahun ajaran baru, sehingga pada setiap 1 periode saya akan selalu punya 4 orang adik asuh.
 
Alasan terakhir, ya itu yang saya cerita di awal. Niatan saya sejak pertama kali melihat Jabal Akhdar saat masa orientasi karyawan baru. Ini seperti mimpi menjadi nyata. Satu bucket list saya yang paling aneh bisa saya centang.

Dan seperti Ibu saya selalu bilang, ucapan adalah Doa. Saya ke Jabal Akhdar! Jadi TKW.

A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates