Tuesday, November 6, 2018

Jaipur Trip: Negeri Indah yang Penuh Warna!

One of the list thicked! Yaps, Taj Mahal! Tujuan utama saya ke India ya untuk mengunjungi Taj Mahal, dan kesampaian!



So, here is the story of my short trip to Jaipur and Agra!

Sebenarnya saya berencana ke India bulan Mei, cuma saat itu hitung-hitungannya masih belum pas karena baru sadar adik-adik beasiswa kakak asuh harus bayar uang semesteran dan Priska belum ketauan akan keterima kuliah dimana dan harus bayar uang kuliah berapa.

Nah, pertengahan tahun semua jelas dan sepertinya saya bisa traveling ke Jaipur. Enaknya sekarang tinggal di Oman adalah, India itu super dekat! Macam Bali - Singapore. Kemarin flight saya ke Jaipur kurang dari 3 jam saja!

Anyway, sebelum ke India, rerata kawan saya pasti mengingatkan saya kalau harus super hati-hati di India. Banyak copet, banyak jambret, banyak tipu-tipu sampe pemerkosaan segala. Agak ngeri sih sebenarnya, tapi berbekal prinsipnya adik saya si Wika, kalau niatan kita dari awal baik insya allah ketemunya sama orang-orang baik juga kok.

Sebenarnya persiapan ke India ini cukup lama, tidak se-ekspres cerita ke Turki kemarin. Bolak-balik cek mau menginap dimana, sudah pasti di sih salah satunya di sister company tempat saya kerja, nah satunya lagi itu... Bolak balik mikir apa nginep di Agra semalam atau jos gandos Jaipur tok. Setelah galau berkepanjangan yang tidak penting, akhirnya saya memutuskan menginap di chain hotel mantan tempat kerja saya dulu dan di chain hotel tempat saya kerja sekarang. Jadi semacam memadukan masa lalu dan masa kini. Halah... apa coba!

View From my Room at Fairmont Jaipur

Terbaiklah, Alila Fort Bishangarh


Urusan selanjutnya adalah Visa, di dunia serba online ini, apa-apa serba mudah. Termasuk urusan Visa India, kita bisa apply e-visa. Dan lebih menyenangkan lagi, buat WNI e-visanya gretongan!!! Tourist Visa bisa utk 2 kali trip dalam waktu 6 bulan. Syaratnya pun gampang kali lah, copy passport (PDF) dan recent photo (JPEG), isi form, upload, less than 24 hours voila, Visa terkirim ke emailmu!

Karena saya tidak book travel agent, PR selanjutnya adalah transport selama di Jaipur. Referensi utama saya adalah Trip Advisor, ketemu recomended travel agent namanya Visit Rajashtan Tour. Contact personnya (sekaligus yang punya kayaknya) adalah Shahid. Responsenya cepat, harga bersahabat daaannn yang paling penting drivernya juarak!!

Driver saya namanya Ismail, bahasa inggrisnya okelah. Yang paling saya suka orangnya jujur, flexible dan selalu on time! Makanya yang tadinya book hanya untuk 2 hari, extend jadi 3 hari. Gegara Ismail juga, India jadi tidak semengerikan yang saya bayangkan! Karena kan orang-orang pada suka bilang, hati-hat pilih travel, salah-salah nanti kamu malah dirampok atau diperkosa. Jik ping! Ismail malah banyak kasi saya tips untuk jangan belanja dimana atau percaya sama toko yang mana. Ngobrol sana sini, Ismail umurnya baru 29 sudah menikah dan punya bayi perempuan umurnya 10 bulan. Niatnya hari terakhir berkunjung ke rumah dia, tetapi karena kemalaman jadi batal deh. Sedih sih, tapi Ismail janji nanti kalau ke Jaipur kami harus mampir ke rumahnya. Oh Iya, karena tidak bisa mampir, saya hanya titip baju untuk bayinya. Ga nahan lihat baju bayi lucu soalnya.

Saya & Ismail


Persiapan selesai, dan saya ke Jaipur-India!!
Yang harus saya ingat adalah, India itu super luas! Ya terbayang kan, negara dengan jumlah penduduk sekitar 1,3 miliar! Terbesar kedua di Dunia setelah Cina.

Jadi rasanya kurang pas kalau saya bilang saya traveling ke India. Sama dengan kita bilang traveling ke Indonesia tetapi hanya mampir ke Bali tok atau Toraja tok kan.

Bayangan saya Jaipur kurang lebih mirip-mirip kota-kota di Indonesia lah. Lalu lintas padat, macet, agak semraut dan banyak dagang kaki lima.

Kenyataannya, mirip siiihhhh, tapiiii... banyak sekali bedanya! Seperti urusan jalan raya misalnya:

- Selain sepeda, motor, mobil, bajaj, dan manusia, di jalanan (dari desa, pinggiran, kota, sampai dalam kota) juga semarak dengan kehadiran berbagai makhluk seperti sapi, kambing, burung, anjing,babi, dan gajah!! Bener deh, apalagi sapi-sapinya, beneran di tengah jalan! Planga plongo, ga takut lagi sama mobil. Di perempatan, di highway, di pengkolan, dimana-mana ada pokoknya. Mobil dan motor yang seliweran pun santai saja, tidak panik, sudah terbiasa. Epic! Pun Burung, Merpati di Jaipur itu gendut-gendut dan jinak. Yang suka foto pasti suka banget, mereka ginak ginuk gitu aja dimana-mana.

Noh Gajahnya abis nyebrang

Sapinya santai geal geol di jalan


-Pernah lihat kan pasti di Facebook foto-foto yang katanya kereta atau bis di india penuh orang sampai ke atap-atap. Saya pikir itu foto-foto bohongan. Kenyatataannya, beneran! Sumpah sy pertama lihat bis di highway lho ya, penumpangnya sampai di atap-atap! Itupun buanyak yg diatap. Yang ada, dari tadinya melongo heran, saya jadi ketawa-tawa, lalu jadi meringis ngeri sendiri. Ya kebayang kan, itu diatas atap bis kecepatan penuh, tanpa jaket, tanpa helm, jangan tanya kalo jatuh kejengkang (jik ping!) itu mata dan mulut dan idung bisa kemasukan segala jenis belalang toh!

- Horn is life, life is horn! Mungkin itu adalah moto hidup para pengendara di India. Mobil, motor, truk, bajaj, semua berlomba-lomba untuk memijit klakson keras-keras dan berkali kali! Entah itu jalanan macet, lampu merah, jalanan lancar sekalipun, klakson adalah wajib! Tadinya saya pikir apa semua orang kebelet pup jadi pada buru-buru dan pasang klakson, tapi kata Ismail, ya memang sudah begitulah adanya! Hahaha...

Noh, di banyak mobil tulisannya begini, makanya pada napsu klakson-klakson kali ya

- Satu lagi, jangan harap punya mobil mulus di Jaipur (terlebih di Agra), pasalnya pepet-pepetan dan senggol-senggolan di jalan raya itu biasa! Marah-marahnya jg sebentar saja, saling teriak dari jendela mobil dah cukup, abis itu lanjut tancap gas lagi. Saya punya seorang kawan di India, mobilnya masih mulus karena baru dibeli beberapa bulan. Kata dia brapa hari lagi bakal lecet-lecet kok. Dan mereka ini tak akan pusing kalau mobilnya lecet dan penyok untuk deperbaiki, toh nanti lecet lagi.

Perkara lain yang menyenangkan dari  India adalah apa-apa murah! Tak heran kengkawan saya yang Oman pada wanti-wanti saya nanti belanjanya di India saja! Apapun yg sy mau beli di Oman (sebelum ke India) mulai dari frame kacamata, tas, jam tangan, bahkan ke dokter kulit, saran mereka tetap sama! NANTI DI INDIA SAJA!

Sebagai orang Indonesia yang tinggal di Oman dan traveling ke India, otak saya harus convert ketiga mata uang dr ketiga negara ini secara bersamaan. Ribet naujubillah memang, apalagi untuk ukuran kapasitas otak saya yang tak seberapa. Sampai di suatu titik saya menyerah, urusan uang saya serahkan ke sahabat traveling saya yang memang sudah familiar dengan urusan per-India-an karena saking seringnya dia traveling ke India.

Salah satu contoh epic dari murahnya harga-harga di India, ketika kami ke Taj Mahal, jadi banyak freelance tour guide yang menawarkan jasanya. Termasuk guide kami hari itu namanya Shaid. Saya ingat sekali, penawaran awal dia adalah 600 Rupee. Sahabat saya tawar 300 Rupee (ini kayaknya dia pakai jurus yang sama dengan ibu-ibu di Indonesia yang belanja ke pasar, tawarnya 50% dari harga awal), ngotot sana sini (sukurnya tanpa nari-nari) akhirnya Shaid setuju.

Saya dan Shaid

Tak hanya super informatif (meski dengan logat indianya yg kental), dan sesekali dia menjelaskan dengan bahasa Hindi dan sahabat sy yang translate ke saya, yang terbaik dari Shaid dan pasti membuat para wanita jatuh cinta adalaaaahhh... Shaid pintar kali ambil foto! Malah dia yang lebih semangat fotoin saya, padahal saya sudah kecapean!

Ini aslinya rame bet! Si Shaid yang menghalau orang-orang di kanan kiri sehingga potoannya jadi agak adem

Karena baiknya dia, sahabat saya bilang kalau dia mau kasi 500 Rupee deh ke Shaid. Saya sih iya saja, cuma dalam hati ketawa ngakak, ya klo gt knp elu nawar sampe elek tadi kan.. Anyway, sesampai di hotel iseng-iseng saya tanya, 500 Rupee itu berapa Omani Rial, enteng aja si kawan saya jawab sekitar 3 OMR! Ato sekitar 100 rebu rupiah! Njirrr, saya langsung ngomel-ngomel lah ya, kan itu murah banget! Untung aja ga jadi kasi 300 Rupee, cuma 60 ribuan aja donk.

Sebenarnya mungkin kalau dibandingkan dengan di Indonesia kurang lebih sama ya, tapi maksudnya adalah, untuk hitungan tempat wisata utama dan super terkenal dan super ramai jatohnya semua jadi super muraaahhh.

Trus contoh lain, kami beli chai (tehnya orang india) di warung-warung kecil, harganya hanya 5 Rupee ato 1000 rupiah saja, dan yang paling penting, mug tanah liatnya bisa dibawa pulang! Kurang murah apa coba kaannn... Jadi kalau mau jalan-jalan ke India, bekalnya tidak usah banyak-banyak ya.

Ini cangkir tanah liat yg bisa dibawa pulang itu. Harga teh se cangkir-cangkirnya, 1000 rupiah!

Sabagai salah satu negeri dengan peradaban tertua di dunia (ya buktinya 2 agama besar dunia lahirnya di India toh), maka tak heran kalau India punya sejarah dan budaya yang sangat kaya! Dan saya rasa itu yang membuat banyak orang termasuk saya jatuh cinta pada India.

Tak perlulah saya jelaskan tentang sejarahnya Taj Mahal atau cerita tentang betapa banyaknya bangunan-bangunan bersejarah di Jaipur. Yang mau saya ceritakan adalah tentang orang Indianya sendiri! Entah karena percampuran berbagai sejarah masa lalu atau karena memang persaingan antar manusia yang keras, orang India itu adalah orang-orang dengan rasa percaya diri yang sangat tinggi!

Ini alasan utamanya mungkin saya cinta India! They are bold people yang pantang menyerah dan yang saya lihat bahagia dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka. Terutama para wanita!

Di Jaipur saya melihat ibu-ibu menggunakan sari berbagai warna cerah, kuning, merah, orange, hijau, dan semua warna neon lainnya. Di pasar, di jalan raya, di mall, di tempat wisata, di tempat praktek dokter, dimanapun! Dan yang harus kita tiru dari mereka adalah, they embrace their shape. Regardless whatever it is, mereka nyaman-nyaman saja dengan sarinya. Tau kan kain sari India yang melilit tubuh?!

Saya jadi malu dengan diri sendiri yang kadang kelamaan matut di cermin menyesali "duh knp paha besar" atau semacam "duh bekas luka di lutut kelihatan" all that stupid and unecessary complain.

Oh Iya, sari-sari dan baju-baju India itu menurut saya instantly membuat kita terlihat cantik! Beneran deh, saya langsung jatuh cinta pada rok-rok India yang kata sabahat saya bisa dijadikan tenda itu! Pokoknya taun depan ke India lagi beli rok yang banyak! Hohoho...

Nah tambahan untuk penggiat sosmed terutama Instagram, India itu fotogenic (setidaknya menurut saya yang tidak terlalu mengerti urusan foto ya). Setiap sudut, setiap lorong, setiap sisi menarik untuk difoto. Apalagi kalau kengkawan semua punya sense foto yg nyeni ya.. lihat saja banyak travel blogger yang ke india, fotonya ciamik, dan itu memang effortless banget kok.

Nih beberapa foto yang saya jepret sembarangan, tanpa banyak effort, pakai kamera hape tok.










Pertanyaan yang banyak ditanyakan ke saya oleh beberapa kawan adalah "Win, aman ga kalau perempuan traveling sendiri ke India?"
Sejujurnya saya kurang tau, karena ya itu tadi, kemarin saya ke India dengan sahabat saya yang sangat familiar dengan India dan bahasa Hindinya selancar dia ngomong bahasa ibunya. Tapi selama 5 hari itu saya merasa aman-aman saja sih. Mungkin krn sy kemana-mana pakai private car yang rekomendasinya bagus di Trip Advisor.

Tapi kalau browse di net, banyak kok perempuan yang solo travel ke India dengan berbagai pengalaman mereka. Mungkin kalau mau solo travel ke India, harus disiapkan dulu mentalnya (aka harus siap-siap galak dan ngotot-ngototan) atau pilihannya adalah persiapan trip dan itinerary yang matang jadi sudah ga perlu repot-repot lagi disana.

Tapi saran saya, better ajak beberapa kawan untuk traveling, jadi sekalian ada yg fotoin! Hahaha..

Well, semoga niat ke India (lagi) tahun depan bisa terealisasi dan bisa cerita lebih banyak tentang negeri yang penuh warna ini!




Friday, November 2, 2018

5 Cerita Random Selama Tinggal di Oman

Jadi ceritanya, setahun belakangan ini hidup saya penuh dengan roller coaster ride!

Me captured by my best friend

Teman-teman mungkin tau kalau akhir tahun kemarin saya memutuskan pindah ke Oman karena kesempatan kerja, kalau kata yang nyinyir: karir terus yg dikejar, kapan kawinnya?
Jawaban ngasalnya: ya krn ga tau kapan kawinnya makanya karirnya yg dikejar dulu. Lebih jelas, daripada ngejar yang ga pasti.
Jawaban seriusnya: karena saya cinta sama kerjaan ini, makanya kesempatannya diambil.

Nah, semenjak saya pindah itu segalanya berawal.

Pekerjaan
Perlu sekitar 3 bulan untuk saya berdamai dengan keputusan sy pindah ke Oman. Lingkungan kerja yang sangat berbeda dengan jaman dulu kerja di Bali, Bos yang jauh berbeda dengan Bos yang dulu di Bali, makanan yang tidak sanggup saya telan saking setiap hari hanya curry dan masala, sampai perbedaan waktu yang menyusahkan berkomunikasi dengan (mantan) pacar saat itu.

Makanya itu ya, 3 bulan pertama nyaris tiap hari saya nangis putus asa pengen pulang! Pernah suatu malam sampai telpon bos lama dan sambil mewek bilang gini: I don't give a fish, tomorrow i will take the first flight to go home! Sukur alhamdulilah, beliaunya ini super duper warbiyasak, ditenang-tenangin, smpe akhirnya saya sabar-sabarin. Hampir setiap hari juga saya apply sana sini, pokoknya harus pindah tempat kerja!

Things get quite better sekitar bulan Februari akhir, ada kejadian di kantor yang membuat saya dan bos baru entah knp bisa lebih mengerti satu sama lain. Satu hal yang saya sempat bilang ke beliaunya adalah: I dont know who to trust here, so help me to trust you.

Bukan berarti skrng baik-baik saja, dianya tetep bos yang menyebalkan, tetep yang suka marah-marah untuk hal remeh temeh, saya tetep ngeyelan dan memaksakan kehendak, but somehow we manage. Kami menemukan jalan tengah untuk berdamai. Kami menemukan cara untuk bersepakat tentang keputusan-keputusan yang kami ambil. Dan ajaibnya lagi, as I requested to him, he become the one I can really trust.

Time to time saya masih suka misuh-misuh karena kelakuannya yang aneh, dia juga masih sering ngomel ke saya karena kelakuan saya yang aneh. Yah mungkin karena sama-sama menyadari kalau kami aneh makanya kami bisa bertahan menghadapi satu sama lain.

My support system


Bahkan, kami punya selera humor yang agak tidak biasa yang membuat org lain jantungan mungkin. Contoh yg baru saja terjadi beberapa hari lalu, karena satu hal kebodohan saya di internal meeting dengan salah satu senior manager bos sy bilang ke sy "you are bloody unuseful" buat sebagian org itu insults, buat kami itu lawakan kasar kami dan saya ketawa ngakak sambil bilang "that's the best thing you've said to me by far! You only realize it by now!!". Kasihan senior manager saya sih, setelah meeting berulang kali dia tanya "Winda are you ok" saya lanjut ngakak!

Makanan
Sudah saya sebut tadi kan kalau disini makanannya berputar antara curry, garam masala, dan dal. Chicken curry, mutton (kambing) curry, fish curry, veg curry, beef curry, segala hal di muka bumi bisa di masak curry pokoknya.

Meanwhile buat saya, entah kenapa segala per-curry-an ini rasanya tak cucok di lidah. Terutama aroma garam masala, saya heran kenapa di film The Hundred Foot Journey si pemeran utama bisa jadi chef terkenal gegara nambahin garam masala di hampir setiap masakannya.

Silahkan bayangkhan klo tiap hari 3x sehari makannya cem gini

Lagi-lagi 3 bulan pertama saya makan tak jelas. Sering makan siang hanya jeruk sebiji. Makan malam terlewat. Bukan karena diet, tapi ya itu, pilihan makanan yang terbatas (tak ada pasar senggol dan rombong bakso keliling ato warung makan pinggir jalan) plus kebodohan saya (saat itu) yang tak becus masak. Alhasil saya turun 10 kilo! Ini berkah atau kutukan ya bingung juga.

Sampai suatu hari saking bosannya dengan makanan-makanan disini saya mulai belajar membuat sambal yang sangat sederhana, sambal kebanggaan orang Bali, sambel matah! Dan berhasil! Hahahaha...

Mulailah mencoba ini itu, dipandu Ibu atau Wika atau salah satu kawan disini pelan-pelan saya mulai bisa masak, dan rasanya tidak semengerikan yang saya bayangkan! Mulai dari telur goreng, sop ayam, ayam bumbu bawang & lemon grass, nasi goreng, tumis sayur, tumis kacang panjang telor, soto ayam, sambal tomat, sampai sop babi!! Jago khaaannn...

Jadi kalau Winda yang tadinya rebus telur saja gagal dan sekarang bisa masak sop babi, yakin deh kamu bisa masak! Seperti yang dikatakan Chef Gustave di film Ratatouille "Everyone can cook" dan saya buktikan benar! Meski tak sejago Ibu ato Nenek, but at least I can feed myself well.

Perbajuan
Namanya saya tinggal di Bali, kemana-mana defaultnya ya celana pendek, kaos, sendal jepit. Ke mall, ke bank, ke warung, ke pantai, ke pasar, pulang kampung, berangkat kerja, pokoknya sama semua. Hidup juga serasa tidak ribet, karena tidak harus pusing ganti-ganti baju. Bangun tidur, cuci muka, cus mau pergi kemana.

Lalu segalanya berubah ketika negara api menyerang, eh ketika saya pindah ke Oman. Ya namanya pindah ke negara dengan culture dan value yang jauh berbeda dari Bali. Oman sebagai salah satu negara arab, tentunya dan selayaknya saya mulai mengevaluasi gaya berpakaian saya.

Tak ada lagi celana pendek dan kaos compang-camping (kaos busuknya cuman bisa untuk tidur saja terpaksa). Belanja kentang ke warung depan saja harus berpakaian lengkap! Minimal kaos dan celana panjang.

Default saya ada dua sebenarnya:
1. Summer - Kaos dan legging, tapi kaosnya yang longgar. Kalau pas jalan ke Nizwa atau ke Muscat tambahannya pakai outer macam cardigan.
2. Winter - Jeans ato celana panjang bahan plus sweater. Kalau sudah masuk Desember - Januari tambahannya kaos kaki tebal, leging (sebagai pelapis sebelum celana panjang) dan jaket tebal (sebagai pelapis setelah sweater) karena dinginnya yang kebangetan.

Kawan-kawan di rumah suka kaget kalau melihat update foto-foto saya di social media. Katanya "sekarang Winda jadi sopan ya bajunya". Tuntutan pekerjaan dan tuntutan tempat tinggal sih ya.

Winda dan baju sopannya
Dulu-dulu saya selalu menganggap kalau pakai celana panjang atau rok panjang saya akan terlihat gendut dan bulat semacam bantal guling yang sarungnya kekecilan. Eh, setelah disini ternyata saya baru ngeh kalau ternyata not bad at all kok. Malahan lucunya, ketika beberapa minggu belakangan saya sering pakai rok panjang, teman-teman di Bali malah minta titip beli!

Jadi Sekarang saya sedang mengevaluasi apakah perlu saya buka jastip rok-rok india sebelum pulang ke Bali. Hahaha...

Traveling
Part ini sih sujud syukur sebenarnya. Tahun 2018 ini saya travelingnya lumayan banyak. Paling banyak dari tahun-tahun sebelumnya malah.

Februari ke Thailand, Juni ke Turki, September ke India, dan Desember nanti pulang ke Bali!!!

Menyenangkannya tinggal di Oman adalah, banyak negara yang bisa dijangkau dengan mudah dan murah! Contohnya ya India itu. Hanya 3 jam penerbangan sudah di India. Begitu juga Nepal dan Srilanka rata-rata 4 jam penerbangan saja. Belum lagi Gulf country yang lain semacam UAE, Qatar, Bahrain, Kuwait, dan lainnya.

Tidak semua cerita jalan-jalannya direncanakan dengan baik, dan tidak semuanya berjalan baik juga. Sewaktu ke Thailand misalnya, itu adalah traveling terakhir dengan sahabat terbaik saya. Semoga suatu hari dianya mau jalan-jalan lagi dengan saya.

Last Trip with my best friend for 11 years :)


Lalu cerita ke Turki, dimana saya traveling sendiri lagi setelah lebih dari 11 tahun, karena cuaca saya batal naik balon udara di cappadocia dan yang lebih epik lagi adalah, karena kecerobohan saya yang tak terbatas, saya jatuh menggelinding di trotoar di Istanbul!
A glimpse of Cappadocia

Lain lagi cerita ke India, saya mengunjungi Rajashtan. Mungkin ini jalan-jalan pertama dan terakhir saya dengan seorang sahabat lain, yang saya pikir bertahan lebih lama tapi as Wika said, not more than a summer love. Hahaha...
Kurang India apa coba!



Personal Life
Ini yang sebenarnya roller coaster ride-nya paling parah.

Setahun di Oman, saya patah hati jauh lebih banyak dari pada 29 tahun saya di Bali! Well selama 29 tahun di Bali saya tidak pernah putus cinta sih, putusnya baru setelah di Oman, dan 2 kali pulak. Ini mungkin cerita paling epic lah.

No, I'm not ok now, but in the same time I'm still in a good shape and ready to laugh at my love stories.

Believe it or not, I dont hate them. Mereka adalah orang-orang baik, yang jatahnya di cerita saya ya segitu saja. Mereka berdua adalah pria baik yang ditugaskan membahagiakan saya untuk jangka waktu itu saja. That's it.

Bukan berarti saya ga sedih ya.. Sedih banget lah pasti. Menurut andaaa... when you give your heart and your soul to someone and it just doesnt work, of course you fall into pieces. I believe all of us experience it at least once in life.

Sekarang pun masih sedih, but then again, as my very best friend said "winda, it's ok to be not ok".

So here i am now, taking my time to be ok :)

Happy weekend peeps















Sunday, August 26, 2018

Berkunjung Ke Acara Tunangan Orang Oman

Kemarin seorang kawan Omani mengundang saya datang ke rumahnya, namanya Ahmed. Kebetulan hari kedua Idul Adha, katanya keluarganya ingin kenalan dengan saya sekaligus untuk makan malam.

Picture Source: https://www.ieagle.com/flyhigh/interesting-facts-about-oman/ 

Namanya undangan makan, apalagi dari kawan yang selama ini sangat baik pada saya, tentu saja dengan senang hati saya iyakan. Sepulang kerja, saya dan Ms. Joy dijemput oleh beliau dan langsung menuju rumahnya, salah satu desa di pegunungan Jabal Akhdar, nama desanya Wadi Bani Habib. Sekitar 10 menit saja naik mobil dari apartment saya.

Seperti rumah Omani umumnya, bagian paling depan rumah adalah Majelis atau ruang tamunya. Ruang tamu orang Oman biasanya besar, luas dan nyaman. Mungkin karena budaya mereka dimana kekeluargaan masih sangat erat, dan berkunjung ke rumah saudara dilakukan hampir setiap minggu.

Mejelis tempat kumpul keluarga

Di Majelis kami ditemani oleh Ibu mertuanya Ahmed. Ibunya adalah orang India, jadi bisa bahasa Inggris meskipun terbatas. Meski begitu ibunya sangat ramah! Beliau bercerita banyak tentang silsilah keluarganya. Banyak anak kecil berseliweran selama kami di Majelis dan si ibu dengan semangat bercerita bahwa pada dasarnya semua anak-anak ini adalah satu keluarga.

Disini keseruan cerita sebenarnya. Omani family, secara umum adalah keluarga besar. Terutama di Jabal Akhdar. Ahmed punya 13 anak!!! Dari seorang istri saja lho ya. Sementara Ahmed sendiri bersaudara 12 (kalau tak salah) dari 2 ibu termasuk si Ibu India. Ibu India adalah istri ke dua dari bapaknya Ahmed.

Jadi, kalau kalian dari keluarga besar, saya dari pihak bapak adalah keluarga besar, maka tak akan heran dengan kondisi ini: Anak Ahmed yang paling kecil hampir seumuran dengan salah satu cucunya dan hampir seumuran dengan adiknya yang paling kecil! Agak membingungkan memang saat dijelaskan, tetapi ketika saya bandingkan dengan keluarga di Bali, kurang lebih ya sama juga. The perks of big family!!!

Yang paling menarik tentu saja interaksi antar orang Oman ini, menurut beberapa teman saya yang sudah malang melintang di banyak negara timur tengah semacam UAE, Saudi Arabia, Qatar, Bahrain, dll, mereka cerita ke saya kalau orang Oman adalah orang-orang yang paling ramah se-timur tengah! Sepertinya benar, keramahan mereka mengalahkan keramahan kita orang Bali.

Ketika di bertamu kemarin contohnya, kami dijamu dengan sekeranjang buah-buahan, kurma, halwa (dodolnya orang Oman), kahwa (kopinya orang Oman) dan untuk makan malam mereka menyajikan olahan daging sapi (semacam rendang, saya lupa namanya) dan Rakal Bread (semacam crepes gitu). Semua dalam porsi jumbo tentu saja.

Senampan penuh daging dan roti untuk saya seorang!

Nah, keramahan orang Oman itu kelihatan sekali saat makan malam. They will not let your mouth empty! (saya jd curiga ibu saya keturunan orang Oman krn kelakuannya persis begini). Mereka tidak akan biarkan tangan kita kosong, mereka yg akan ambilkan makanannya (dibuatkan wrap kecil-kecil) dan dikasikan ke kita, bahkan saat bibir masih sibuk ngunyah, kedua tangan sudah dijejali dengan suapan berikutnya. Begitu jg dengan buah, ketika mereka sadar saya selalu ambil anggurnya, mereka dengan sigap memilihkan anggur yg besar2 dan memberikan ke saya segenggam besar anggur. Pokoknya klo belum sampe nyerah, mereka akan terus memberikan kita makan! (cucok buat anak rantau macam saya)

Tetamu lain berdatangan hari itu, kembali saya lihat keramah tamahan mereka. Jadi setiap ada tamu baru datang, mereka akan berkeliling ruangan dan menyalami semua orang satu per satu. Yak, kalian tidak salah baca, semuanya, one by one! Karena saya paling pertama datang ya saya tinggal duduk manis dan mereka yang baru datang yang menghampiri saya. Kenal ga kenal, rata semua. Kebayang kan kalau satu ruangan itu terisi hampir 30 wanita dan kita datang terakhir berarti kita harus menyalami semuanyah! Tapi yang membuat saya beneran terharu adalah, ketika mereka bertemu yang lebih tua atau saudara yang sudah agak lama tak bersua, mereka tak sekedar bersalaman, mereka akan berpelukan lumayan lama sambil saling membisikkan doa untuk satu sama lain. Sweet lah pokoknya!

Oh iya lupa, bapak-bapak dan kaum lelaki lainnya di ruangan terpisah.

Selesai makan dan semua tamu datang, Ibu India mengajak kami ke ruangan lain. Ternyata hari itu adalah semacam hari pertunangan salah satu putrinya Ahmed! Saya baru ngeh, itulah alasan kenapa begitu banyak saudaranya Ahmed datang dengan baju2 cantik (sementara saya seperti biasa dengan baju seadanya). Diruangan ini (ukurannya 1/2 x lebih kecil dari Majelis) putrinya Ahmed yang akan menikah diantar masuk oleh ibunya.

Cantik sekali dengan baju tradisional Oman (saya tidak punya fotonya karena memang tidak etis mengambil foto orang lain di sini, apalagi tanpa ijin). Dikelilingi oleh kerabatnya, satu persatu para wanita ini mendekati calon mempelai, bersalaman dan membisiki doa-doa padanya. Terharu lah pokoknya!

Lalu setelah semua bersalaman dan mendoakan (termasuk saya dan Ms Joy), keseruan pun dimulai. Musik mulai dimainkan dan semua orang mulai menari, termasuk sang calon mempelai. Saya dan Ms Joy ikut menonton dengan bahagia. Saat pergantian lagu, minuman dan kue-kue dibagikan, break time untuk mereka mungkin ya. Lalu Ibu India menghampiri kami sambil berbisik "they all want to see you both dance!", ya mereka semua ingin melihat saya dan Ms Joy menari. Awalnya malu, lalu mereka semua mulai menyemangati kami, jadilah kami ikut menari meski dengan gerakan acakadut, campuran antara goyang dangdut dan koplo (tapi tanpa salto!)

Puas menari dan tertawa-tawa, kemudian kami diberitahu bahwa calon mempelai pria dan ibunya akan segera tiba. Jadilah kami duduk manis kembali (lesehan semua). Calon mempelai pria masuk diantar oleh ibu dan saudara-saudara perempuannya, jadi pria dewasa di dalam ruangan hanya si calon suami. Sang Pria mengenakan disdasha putih, mussar (turban) dan kanjar (senjata tradisional oman) di pinggang, terlihat gagah dan tampan!

Kurang lebih begini tampilan calon mempelai prianya. Picture source: http://2010592027ibr.wixsite.com/omani-culture/about


Begitu bertemu, si Pria meletakkan tangannya di kepala calon istrinya sambil membacakan doa-doa. Lalu mereka saling berpandangan, pandangannya penuh cinta dan suka cita! Alamaaakkk melihatnya malah sayang yang deg-degan dan berkaca-kaca. Macam saya yang bakal dikawinin.

Sayangnya sampai disitu saya harus segera pulang, karena sudah terlalu larut dan driver sudah menunggu sebelum bertugas shift malam.

Senang sekali Ahmed mengundang kami ke acara keluarganya, selama bersama para wanita di keluarganya Ahmed menelpon saya 3x hanya untuk memastikan saya menikmati makanan dan berkumpul bersama keluarganya karena dia di ruangan lain.

Tentu saja, mulai dari Ibu mertua, Istri, Menantu dan cucu-cucunya semua begitu baik, begitu ramah dan menerima kami seolah kami adalah saudara sendiri. Saya diijinkan menggendong cucu paling kecilnya Ahmed, salah satu menantunya ngobrol cukup lama meski dengan bahasa inggris yang terbatas. Intinya saya gembira sekali, bahagia rasanya seperti berkumpul bersama keluarga besar.

Saya, Ms Joy dan salah satu cucu Ahmed

Oh iya, pernikahannya baru nanti tahun depan, karena calon mantunya Ahmed harus membangun rumah dulu. Laki-lakinya adalah tetangga sendiri, dan seperti banyak pernikahan di Oman lainnya, mereka dijodohkan. Meski begitu, I can see the love sparks in their eyes!

Happy weekend peeps :)

Wednesday, August 22, 2018

Surprisingly Different Life : Random Stories About Oman

Hello peeps,
Welcome back to my random stories about Oman.

Believe it of not, bulan ini sudah genap delapan bulan saja tinggal di negara ini. Masa probation sudah lewat, masa bulan madu sudah berlalu, sekarang saatnya serius. Sudah memutuskan untuk sementara tempat ini adalah rumah saya.



Okay, ini beberapa hal random dan menarik di Oman yang ingin saya ceritakan

Ini Oman atau India?
Lingkup kecil di hotel saya, kami semua semacam kampung internasional di atas gunung. Kami berasal dari 15 kewarganegaraan. Oman, Indonesia, Bangladesh, India, Filipina, Nepal, Sri Lanka, Selandia Baru, Inggris, Kenya, Maladewa, Mesir, Maroko, Uzbekistan, Malaysia.

Sedikitnya ada 5 kewarganegaraan di foto ini: India, Bangladesh, Nepal, Philipina, Sri Lanka!

Secara umum, negara timur tengah sini memang dipenuhi para perantau. Paling banyak tentu saja mereka yang dari India, Bangladesh, Pakistan, dan Nepal. Nah terbayang kan, dengan banyaknya pendatang dari Asia Selatan ini, banyak hal yang sangat terpengaruh oleh kebudayaan mereka. Mulai dari makanan, pakaian, bahasa, sampai segala lagu dan film. Jadi jangan kaget kalau banyak orang Oman (terutama kalau last name mereka Al Balushi) bisa bahasa Hindi dengan fasih.

Pun dengan makanan, disini banyaknya ya restoran India. Segala makanan ya terinspirasi dari masakan-masakan Asia Selatan. Dengan bumbu-bumbu komplit ala Asia Selatan. Segala sayur buah juga sebagian besar datangnya dari India.

Jadi jangan heran kalau kita banyakan bergaul dengan orang India daripada orang Oman. Lha ya di kantin masakannya ala India, di TV yang diputar juga lagu dan film India, MTV juga isinya lagu-lagu india, bintang iklan toko emas juga Amitabachan dan Kareena Kapoor, di bioskop juga isinya film Bolywood (dengan persentase jauh lebih banyak) dan sedikit film Holywood.

Tak hanya urusan makanan dan lagu India, orang Oman bahkan lebih percaya berobat ke India daripada dokter mereka sendiri! Alasannya dokter India lebih ampuh dan murah!! Sudah jamak kalau kita bertanya ke teman Oman misalnya nih, Dokter gigi yang bagus dimana? jawabannya di India. Atau misalnya mereka akan cerita, Saya baru dari India cek ke dokter kulit. Selain India pilihan kedua mereka ke Thailand (bukan untuk oplas ganti kelamin kok!)

Makanya kadang-kadang saya suka bertanya pada diri sendiri, ini sebenarnya saya di Oman atau di India! Hahaha...

Eh, semoga saya segera bisa beneran ke India, tidak sekedar ketemu orang India saja.


Tak tahu cari dimana? Tanya Bangali saja!
Tadi saya sudah cerita kalau selain orang India, disini juga banyak kawan-kawan dari Bangladesh. Rata-rata mereka adalah pekerja kasar, yah menilik dari kondisi ekonimi negara mereka, bekerja ke negara arab adalah satu-satunya pilihan bagi mereka.

Melihat mereka rasanya saya bersyukur sekali menjadi orang Indonesia. Disini mereka dibayar hanya sekitar 2,5 juta sampai 3 juta saja sebulan. Dan itu mereka harus bekerja jauh dari keluarga, belum tentu pulang setahun sekali, tanpa jaminan kesehatan, dan uang itu harus dikirim ke rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Mereka mau mengerjakan apapun! Yang kerja di hotel seperti kawan-kawan outsource saya termasuk bernasib cukup baik. Kami sediakan tempat tinggal, makan 3x sehari, free wifi, bahkan kami bagikan service charge juga. Jadi gaji mereka bisa dikirim semua untuk keluarganya di rumah.

Oh iya, bahkan banyak dari mereka tidak bisa bahasa Inggris! Tapi modal nekat ya sudah hadjaaarrrr!!! Lha ya saya pernah dua kali pengalaman kok, salah satu kawan Bangali ini saya minta membantu pindahan kamar, saya mintanya adalah agar meja di kamar sebelah dipindahkan ke kamar saya, nah karena saya tidak yakin dia mengerti, saya minta tolong kawan lain yang bisa bahasa Hindi untuk menjelaskan. Sepulang kerja, tau apa yang terjadi, eng ing eng... malah tempat tidur saya yang tidak ada di kamar!!! Jadi dia malah pindahkan tempat tidur saya ke kamar sebelah! Hahaha...

Nah, karena gaji mereka yang tidak banyak itulah, kreatifitas muncul! Jadi para kawan Bangali ini banyak sampingannya! Mulai dari yang halal semacam tukang cukur rambut dadakan atau tukang bersih-bersih kamar mingguan, samapai yang haram semacam jualan miras tanpa ijin!! Hahaha...

Bingung bereskan plafon bocor? Panggil Bangali!
Mau perbarui cat rumah? Panggil Bangali!
Kunci apartment hilang? Panggil Bangali!
Bingung mau potong hewan kurban? Panggil Bangali!
Mau potong rambut murah meriah? Panggil Bangali!
Mau beli rokok tapi tidak ada warung? Panggil Bangali!
Pengen minum bir tapi belum ada alcohol lisence? Panggil Bangali!

Sampai-sampai ada jokes diantara kawan Oman saya, "Tomorrow if my heart stop working, just call Bangali and they will replace it with donkey heart and definitely it will work!"

Jadi kalau saya bikin perbandingannya, motto orang Bangali semacam motto duck tape:
Duck tape: Duck tape can fixed everything!
Bangali: Bangali can do everything!

Pasar Ikan Sohar
Akhir bulan lalu saya sempat jalan-jalan beberapa hari di salah satu kota di Oman namanya Sohar. Jaraknya sekitar 2.5 jam dari Muscat, atau sekitar 4 jam dari apartment saya.

Sohar adalah salah satu kota di jalur Panturanya Oman. Jadi kota ini akan dilewati kalau kita mau ke UAE lewat jalur darat atau sebaliknya. Kotanya jauh lebih kecil dan lebih sepi daripada Muscat. Sohar ini semacam Singaraja. Yang memang benar ketika saya disana mengingatkan saya tentang rumah. Pesisir pantai, aroma air laut, orang-orang yang sederhana.. Duh kan jadi tambah kangen rumah.

Kawan yang menemani saya ke Sohar, hobinya adalah mancing ikan. Jadinya ke Sohar-pun tetep tujuan utama dia adalah mancing! Jadilah pagi-pagi dia ajak saya ke pasar ikan untuk membeli umpan. Ya taulah kan saya yang entah kenapa selalu jatuh cinta pada pasar, langsung kegirangan begitu tahu akan ke pasar ikan tradisional.

Sampai di pasar, saya tanya kawan "beneran saya boleh ikut?" dia dengan mantap dia bilang "boleh kok"

Saya di Pasar Ikan Sohar

Santai kan saya masuk pasar. Pasarnya bersih!! Untuk ukuran pasar ikan yang biasanya bau menyengat dan air menggenang dimana-mana, pasar ikan Sohar ini apik lah pokoknya! Karena saya heran sendiri jadi fokus saya ke para pedagang dan ikan-ikan yang mereka display. Sampai kemudian ada kakek-kakek mendekati saya lalu melihat saya dari ujung kepala sampai ujung kaki macam saya ini hewan langka!

Saya bingung kan, apa yg salah sama saya, perasaan saya pakai baju yang tertutup. Sampailah kawan saya dan dagang ikannya tertawa terbahak-bahak dan lalu saya sadar, di seluruh pasar ikan itu tidak ada satupun wanita! Hanya saya saja!

Ya pantas si kakek-kakek kaget kan, mungkin dipikirnya ini makhluk terdampar dari laut mana bisa sampai disini!

Saya kesal lah sama kawan saya itu.. kenapa ga kasi tau dari awal. Lalu dia bilang, ya kan kamu tanya boleh apa engga ikut masuk, bukan ada perempuan ato engga di dalam. Kan syebal ya.

Ternyata secara culture, perempuan memang lebih banyak tinggal di rumah. Di Muscat jauh berbeda karena kota besar. Tapi tidak di Sohar, apalagi Sohar bukan kota wisata. Jadi masih sedikit tradisional. Jadi urusan luar rumah semua dilakukan pria. Tidak hanya di pasar ikan, di pasar sayur dan buah juga sama, isinya lakik semua.

Tapi tak usah takut, mereka sebenarnya orang yang sangat ramah, ya hanya itu tadi, kan di luar kebiasaan bagi melihat perempuan berkeliaran di pasar, harap maklum.

Orang Oman dan Parfumnya
Contoh kawan saya si Abang Grab, dr pertama kali kenal dia, selalu wangi! Wanginya yang nyenengin. Lalu ada anak saya di kantor, selalu wangi! Sampai bos saya bilang, itu anakmu selalu wangi, kamu kenapa engga. Belum lagi HR manager saya, tahun baru kemarin dia hadiahi saya satu set parfum!

Jadi memang mereka suka wewangian. Kita semua suka sih, tapi mereka kadarnya jauh lebih tinggi! Kalau saya sebotol parfum bisa tahan setahun lebih gegara tidak pernah ingat pakainya. Meanwhile, mereka sebotol parfum maksimal 3 bulan harus sudah beli baru.

Karena kebiasaan ini, makanya banyak merek parfum lokal yang kualitasnya tidak kalah dengan parfum eropah sana. Bukan bibit parfum lho ya, tapi parfum beneran! Parfum kebanggan orang oman adalah Amouage. Parfum ini adalah produk asli Oman dari tahun 80an. Harganya mulai dari ratusan ribu sampai jutaan.

Ini salah satu variannya, cul kan

Eh nanti sebelum pulang, saya bikin giveaway parfum Amouage lucu kali ya..

Extra, saya belum ketemu Kirana
Banyak sekali yang tanya ke saya, "Mbak kan tinggal di Oman, sudah ketemu Kirana dan Ibuk belom?!"

Sayangnya belum... ingin sekali kenalan sama Kirana dan Adik Rumaysaa, tapi kesempatannya belum datang. Oman kan luas, sementara sy tinggalnya di atas gunung antah berantah. semoha nanti ada kesempatan berkenalan dan ketemu langsung sama mereka

Segitu dulu ya, mohon mahap tulisannya jarang banget gegara si mbak-mbak kantoran sok sibuk dengan kerjaannya..

Selamat liburan kengkawan..
Selamat Idul Adha dan selamat berkumpul bersama keluarga

Wednesday, July 18, 2018

Terimakasih Untuk Cinta Yang Melimpah

Ketika saya hitung, 11 tahun ternyata waktu yang tidak sebentar. Tidak sebentar kalau dipikirkan. Tetapi ketika dijalani, 11 tahun ternyata relatif singkat. Mungkin karena selama itu saya lebih banyak bahagia dan tertawa. Tentu saja ada juga sedih dan luka, tetapi nyaris lupa karena terlalu banyak suka cita.



Berhitung lagi tentang 11 tahun, nyaris separuh hidup saya. Hampir seluruh masa muda saya. Melebur dalam kisah cinta yang tak mudah tetapi tentu saja indah. Setiap tempat melambaikan kenangan tentang kita, setiap lagu bercerita tentang saya dan kamu, setiap jalan mengingatkan tantang cinta yang begitu rupawan.

Selama sebelas tahun yang saya sadar bahwa tuhan mengirimkan manusia terbaik untuk menghabiskan waktu bersama saya. Menunjukkan pada saya apa itu cinta. 

Semua perjalanan, ketika kamu satu-satunya yang menghapus air mata. Ketika kamu yang menemani dikala lara, ketika kamu yang membuat saya tertawa dikala duka. Kamu yang selalu ada untuk saya. Kamu yang membuat saya bangga, kamu alasan saya bahagia.

11 tahun, mungkin cukup bagi saya dan kamu untuk menikmati indahnya mencinta. Bukan karena tak lagi cinta, hanya saja sepertinya memang sampai disinilah kisah kita. Bukankah setiap cerita akan ada akhirnya? Dan saya bahagia karena cerita yang kita jalani sangat indah dan berakhir dengan indah pula.

Tentu ada alasan kenapa saya dan kamu tak lagi bisa berbagi cerita yang sama.
Tentu ada mereka yang hatinya perlu kita jaga.
Tentu ada pilihan-pilihan yang awalnya pasti terasa menyayat hati tetapi tak bisa dihindari.

Tak ada yang saya sesali selama 11 tahun ini
Semuanya sangat indah, sangat istimewa, mungkin 11 tahun terbaik sepanjang hidup saya.
Dan semua karena cinta yang melimpah dari kamu.

Dengan bangga akan saya ceritakan pada dunia cerita kita, cerita tentang 11 tahun mencintai tanpa syarat. 11 Tahun bersama berbagi hidup, 11 tahun saya dan kamu.

Terimakasih untuk 11 tahun yang sangat berharga
Terimakasih untuk 11 tahun yang tak mungkin saya lupa
Terimakasih untuk 11 tahun dan cinta yang melimpah.

Meski tak ada lagi saya dan kamu, tetapi saya percaya akan selalu ada sepenggal hati yang rindu.
Kamu akan selalu menjadi salah satu kisah terbaik dalam hidup saya.

Terimakasih untuk cinta yang melimpah






Saturday, June 30, 2018

Turning 30! Rasanya Kok Agak Insecure Ya...

Wooaaahhhh...
The last couple of days of my 20's and after that will turn 30.

Eh kaget, kok udah 30 aja~

Kemarin-kemarin masih santai, ditanya orang berasa masih muda banget. Masih dua puluhan kan umurnya. Baru lulus kuliah, kerja pertama kali, lalu pertama kali incharge di posisi ini juga waktu masih dua puluhan.

Dan, BYARRRRR, sekarang tetiba sudah 30 tahun! Tak banyak lagi yang menganggap muda.Sementara menurut saya sih saya masih muda banget memang, dont they say that life begin at 40? So, I still have a decade to do all the silly and stupid things!

Sebenarnya sedang berasa agak insecure...
Saya kan hanya mbak-mbak kantoran biasa, yang mimpi dan cita-citanya standar. Semacam adik-adik beasiswanya lulus kuliah dan punya masa depan cerah, secerah wajah dengan perawatan krim korea.

Juga keinginan yang sama seperti semua orang pada umumnya. Menikah.
Ya lah, masa ga mau menikah. Belakangan ini terutama, ketika makin sadar kalau sebentar lagi umur sudah 30, anjir.. ciwi ciwi muda belia bertebaran, persaingan makin berat saudara-saudara. Tidak muda lagi, belum lagi urusannya tinggal di atas gunung yang pergaulannya antara keledai, domba dan sesekali rubah. Prospek menikah semakin menipis.

Dan adik saya bilang "Finally you feel insecure!"
O please, of course I am.. apa kabar ketika buka facebook isinya kawan-kawanmu upload foto tentang bayi-bayi lucuk mereka atau tentang liburan bersama suami tercintah. Belum lagi ketika buka instagram, IG story isinya cerita tumbuh kembang anak-anak kekinian. Then you realize that your biological clock is ticking.

Tambahan lagi ketika beberapa orang mengingatkan, "Win, you are asian! Family is important"
Ya siapa bilang ga penting. Permasalahannya, I refer family as Ibu, Bapak, Wika, Esa, Blu, Menny, Nenek, Tante-Tante, Om-Om, dan Sepupu-sepupu. Meanwhile, they refer family as Husband, Wife, and Kiddos. So, we are in the different dimension.

But then, that insecure feeling tidak bertahan terlalu lama di saya. Ada beberapa hal yang membuat saya tak perlu berlama-lama pusing memikirkan kapan menikah, kapan punya suami, kapan punya anak. Because, i do realize that life is more than just that.

Yes, you can focus on what you don't have and you couldn't get. Spending time and wondering why your life is miserable. But, I decided to focus on what I have and what I could achieve. And most importantly, focus on my happiness.

What makes me happy? A lot actually, and most of it is super simple. As simple as a full stock of choco in my secret drawer, beach date, movie date, shoes!, Spotify, rain, Family group chat, and lots more.

And again, turning 30 means I would focus on what I could achieve and my own happiness. Targetnya sih at least jalan-jalannya jadi 3x setahun. (semoga rencana ke India September nanti lancar jaya).

Semoga makin banyak jalan-jalan

Trus, pengen juga spend more time to listen adik-adik beasiswa, and focusing more on them. Not only paying their bills, but be with them. Talk, discuss, and share. Biarpun saya tidak ada di rumah untuk mereka, paling tidak saya ada ketika mereka perlu teman cerita. Sekarang adik-adiknya ada 3, Arini, Oka, dan Priska. Jadi hidup saya makin semarak!

Career wise, saya sedang sangat menikmati apa yang sedang saya lakukan sekarang. Yaps, being mbak-mbak kantoran biasa is actually suit me well! hahaha, tak sangka kan pekerjaan yang menurut beberapa orang membosankan, tapi ternyata menyenangkan untuk saya. And being here in this country, entah kenapa rasanya pas. Baru 6 bulan sih, kangen rumah terus sih, but it feels quite right aja tinggal disini. Jadi mungkin akan tetap disini selama beberapa waktu kedepan. Let see.

Personal life side, jauh sih dari keluarga tetapi rasanya belakangn ini malah jauh lebih dekat. Tak hanya dengan ibu bapak dan adik-adik. Bahkan dengan sepupu-sepupu dan Om Tante, rasanya dengan jarak Indonesia - Oman membuat kami lebih dekat secara emosional. I am enjoying this distance.

Ya saya belum punya suami, apalagi anak.
Ya saya bahkan belum tau kapan akan menikah, atau apakah saya pada akhirnya akan menikah.
But life is more than just that!
It does matter, menikah, berkeluarga, punya anak.
Mereka yang sudah melaluinya adalah orang-orang yang luar biasa hebat. Berani mengambil keputusan sebesar itu dalam hidup, untuk bertanggung jawab terhadap hidup orang lain, tak hanya diri sendiri.

Tapi bukan berarti ada yang salah juga dengan orang-orang macam saya ini.
We have different timing.
We walk in different path.
In the end, what matters the most is your own happiness.

So, actually turning 30 is not that bad!
Turning 30 means so much fun ahead!!

Happy weekend peeps!
Hugs and Kisses from the lonely mountain :)

I'm incharge on my own hapiness



Monday, June 11, 2018

Turkey Trip - Cerita Sepanjang Perjalanan

Telat kali ya kalau baru sadarnya sekarang kalau travelling alone is not a bad idea at all! Bahkan a very good one! Bukan baru sadar sih, cuman memang baru datang lagi kesempatan jalan-jalan sendiri.



Setelah berbagai pertimbangan, sempat mau ke India, Georgia, Sri Lanka, Nepal, bahkan sempat mau pulang ke Indonesia. Memutuskan ke Turki sebenarnya lumayan dadakan, hanya gegara saya lihat ada promo tiket Oman Air PP Muscat - Turki - Muscat hanya OMR 99 (sekitar 3,5 juta rupiah). Ini hitungannya murah banget-nget, apalagi terbangnya dengan Oman Air (makanannya selalu enak di lidah saya)

Anyway, this trip will be my very first solo trip after years!!! Solo trip saya yang terakhir itu sepertinya tahun 2012, setelahnya selalu ada teman jalan. Jadi lumayan deg-degan juga sih. Nah karena saya sedang malas dan terutama ga mau ribet, so I arrange the trip like what tourist did. I hired a travel agent to arrange everything! I know this is not challenging at all, cemen bgt lah pokoknya.

Anyhow, as usual, what I always love from a trip to a new place not only the tourist attractions, but the most interesting thing is the stories from the people I meet there. So here are my stories :)

1. A Syrian Refugee Named Zacharia
Hari ketiga saya di Turkey, seperti biasa tour hanya setengah hari. Saya memutuskan jalan-jalan sedikit jauh dari hotel (mengingat saya orangnya terlalu gampang nyasar). Sampai saya melewati pasar kecil yang isinya toko-toko souvenir dan beberapa warung buah.

Tidak ada yang spesial dari toko-toko souvenir ini. Jualannya pun sama seperti toko souvenir di sebagian besar daerah wisata di seluruh dunia. Key chain, magnet, post card, jewellery, syal, etc. Dan seperti biasa, biarpun jualannya super standar, saya gatel tetap ingin belanja. Ya maaf, namanya juga mbak-mbak kantoran kan.

Nah, disinilah cerita berawal. Yang punya toko sangat ramah, di Turki sepertinya jamak untuk bertanya pada orang asing "where are you from?" instead of bertanya pertanyaan standar semacam "how are you?" Pertanyaan inilah yang mengawali percakapan kami.

Namanya Zacharia (semoga spellingnya bener ya), dia pengungsi Syria (okay, boleh tarik napas dulu sampe sini). Zac sudah 6 tahun menjadi pengungsi di Turki. Dari umurnya baru 27 tahun. Seperti cerita pengungsi lainnya, dia mengungsi dengan menaiki sepedanya dari Syria ke Turki selama beberapa hari. Dia bercerita malam itu misil menyerang daerah tempat tinggalnya dan menghancurkan apartmentnya, sukurnya saat itu dia sedang makan malam bersama beberapa kawannya. Tapi naas, salah satu kawannya masih di apartment dan dia dinyatakan meninggal. Dia bahkan tak sempat melihat jasad kawannya dan menguburkannya dengan layak.

Malam itu juga dia segera ke rumah ibunya untuk memastikan ibunya aman. Saat memutuskan mengungsi ke Turki, tujuan Zac hanya satu. Ingin bekerja dan melanjutkan sekolah! Dia sempat mengajak ibunya untuk ikut ke Turki, tapi beliau memilih tetap di Syria dan bekerja di rumah sakit. 6 tahun di Turki, Zac bekerja extra keras. Mengerjakan apapun terutama di industri pembuatan perhiasan perak, hingga akhirnya dia berhasil menyewa toko souvenir kecilnya (baru buka 6 bulan) dan menyewa apartment yang layak.

Satu hal yang membuat saya menangis mendengar cerita Zac, "Winda, one day I will go home. I want to go home." Ya Allah.. remuk hancur rasanya hati saya. Mungkin sy mengerti sebagian kecil rasanya menjadi dia. Rindu akan rumah, tetapi rindu Zac berbeda. Kalau saya rindu rumah, sebenarnya saya bisa pulang kapan saja. Tapi tidak untuk Zac, untuk dia, pulang tak sesederhana itu. Perang telah menghancurkan rumahnya, mengambil nyawa kawannya, meluluh lantakkan masa depannya.

Tapi satu hal yang saya salut dari Zac adalah, seberapa burukpun perang mencoba menjatuhkannya, dia tetap tak kehilangan semangat dia tetap berusaha meraih cita-citanya.

Zac dan toko souvenir miliknya

Zac hanya satu dari berjuta cerita pengungsi di seluruh dunia.

Seperti kata Jhon Lennon & Yoko Ono "War is Over if You Want It"

2. Cancer Will Beat Me One Day, But Not Today
Salah satu trip saya adalah melihat Istanbul dari boat tour.

A glimpse of the boat tour

Teman seperjalanan saya adalah kakek-kakek yang saya pikir usianya mungin 70 - 75 tahun. Selama tour kami tak banyak ngobrol karena kami fokus pada cerita tour guide tentang tempat-tempat yang dilewati boat kami.

Nah, ketika tour berakhir, kami diturunkan di spice market. Kebetulan sehari sebelumnya saya sudah sempat main ke pasar ini jadi sudah tidak tertarik lagi. Nah saat itu Chuck (nama kakek ini) bertanya pada saya apakah saya mau menemani dia jalan-jalan di pasar, karena dia juga travelling sendiri. Tentu dengan senang hati saya iyakan.

Chuck berasal dari Michigan, dan ternyata dia adalah veteran perang Vietnam. Langsung saya nyeletuk, "so do you by chance meet Rambo during the war" diapun tertawa! Dengan bercanda dia bilang "No, bul I kill more than him" Hahahaha.. giliran saya yang tertawa.

Lalu Chuck bercerita kalau sebenarnya dia bukan tentara yang ditempatkan di medan perang, dia adalah mata-mata! Uwooooo.... jadi selama perang dia tidak tinggal di barak, tetapi di apartment. Tidak pernah sekalipun dia menggunakan seragam tentara. Chuck juga travelling ke banyak negara untuk tugas-tugasnya. Kata dia, sebenarnya saat itu lumayan menyenangkan kecuali fakta bahwa dengan informasi yang dia kumpulkan, dia baru saya membunuh seseorang atau malah beberapa orang sekaligus! "So I'm not any better than the field assassin Winda".

Dia lanjut bercerita meski begitu dia tak pernah menyesali keputusannya menjadi volunteer army. Terutama sekarang setelah dia di diagnosis untuk kedua kalinya kalau dia terserang kanker prostat stadium 3. (Kanker pertamanya adalah Kanker Usus yang telah dinyatakan sembuh). Dia menjalani berbagai pengobatan termasuk tentu saja kemotherapy. Ternyata ini berdampak pada fisiknya. Padahal usianya baru 68 Tahun tetapi dia terlihat jauh lebih tua.

Sayapun heran, kalau saya terserang kanker macam dia, mungkin saat ini saya sedang mengeram diri di kamar sambil menangis dan meratapi nasib. Itu juga yang tanyakan pada dia, dengan kondisi kesehatan seperti itu how come he travel the world alone?! This is Insane!!

Saat itulah Chuck bilang ke saya " Cancer will beat me one day, but not today. I will enjoy my life, I will travel the world. And I won't let anything to ruin my happiness!" Juaraaakkk!!!

Me and Chuck

Sebenarnya Chuck harus kembali ke kampungnya dalam beberapa bulan. kata dia, ada pengobatan kanker baru yang berhasil diuji cobakan di Jerman dan ingin diuji coba di Amerika. Ketika dia mendengar berita ini bahwa mereka mencari pasien kanker untuk bisa dilakukan uji coba, sia dengan senang hati mengajukan diri. Alasannya sederhana sekali "I'm old already, If the med is doesnt work it will be fine for me since I enjoy life already."

3. We Meet in The Bus, And They Inspire Me
Kota kecil di Turki yang menjadi sangat terkenal karena balon udaranya adalah Cappadocia. Dan inilah trip terakhir saya.

Trip ini rombongan saya cukup besar, 11 orang.
Jadi mini bus kami nyaris penuh. Yang menarik adalah, rombongan kami benar-benar beragam. Satu keluarga dari Singapore, sepasang kakek nenek dari Mumbai dan solo traveller macam saya dari Sidney, Argentina, Texas, dan Netherland.

Cappadocia Group

Daaann, perbedaan ini membuat bis kami ramai!! Uniknya yang menjadi glue di rombongan sirkus kami adalah the golden couple from Mumbai! Namanya Raj dan Suri. Mereka baru menikah sekitar 14 tahun, ini adalah pernikahan kedua bagi mereka berdua. Alamak, kalau lihat mereka rasanya dada nyeri saking mereka terlihat sangat saling mencintai! Mereka bilang ke saya, failure in love doesnt mean stop. It just means that someone is waiting for you and to love you! Aww bgt kan! Mereka juga yang menginisiasi kami saling bertukar alamat email (alasannya kalau bertukar nomor telpon anak mudah jaman sekarang berganti nomor teleon sejuta kali dalam sebulan.. hahaha).

Me, Raj, & Suri

Lalu ada keluarga tante Rohinim dari Singapore. Dia travelling bersama suami dan kedua anak perempuannya. Anak-anak gadis ini sudah pada bekerja, tapi ya tuhan mereka sweet! Sangat sopan dan benar-benar ramah. Mereka akan berusaha melibatkan kita dalam percakapan mereka, intinya mereka anak-anak yang sangat baik. Salut lah sama orang tuanya, meski ini anak-anak sudah keliling dunia, tapi mannernya superb! Kata tante Rohin, setahun sekali mereka harus liburan keluarga sekali, entah mau kemana. Meski dia bilang semenjak anak-anaknya semakin besar, semakin susah atur jadwalnya, tapi they still manage to do that! Sweet!!

Tante Rohin dan Suami

Lain lagi cerita para single traveler ini, Ben (Texas) dan Belle (Argentina) ternyata resign setalah 1-2 tahun bekerja untuk mengumpulkan uang khusus untuk keliling dunia! Alamak, salut kali saya dibuatnya! Inginnya ya seperti mereka, tapi nanti setelah semua cicilan beres! Hahaha...

Sehari di Cappadocia bersama mereka, banyak sekali cerita yang kami bagikan. Meski belum tentu akan bertemu mereka lagi, but hey, who knows?! At least the one in India and Singapore is really reachable for me :)

4. We Are Not Only a Seller, But We are a Storyteller

Turkish Delight
Suka tidak suka, mau tidak mau yang paling menyenangkan dari jalan-jalan bagi saya adalah BELANJA!

Di Turki, bekal saya separo lebih habis untuk belanja jajanan a.k.a dessert! Yaps, Turki memang surganya jajanan manis. Tiap suduh kota dipenuhi kafe-kafe lucu dan toko-toko kecil yang menjual turkish delight alias jajanan ala turki. Mulai dari Baklava, rice pudding, sampai turkish delight dengan isian segala rupa mulai dari pistashio, almond, delima, kayu manis, sebut deh, semua serba ada. Belum lagi pilihan seduhan teh dan buah-buahan kering mereka. Daaan yang paling penting mereka semua bagi-bagi tester gratis! Mau belanja, mau endak, kurma jordan yg gemuk-gemuk aja di umbar-umbar dikasiin ke kita yang lewat kok! Duh, Instanbul surga jajanan manis pokoknya.

One of the best Baklava I've ever tried!
Mushroom chocolate 

Anyway, cerita saya berawal di hari pertama ketika guide saya (saya panggil dia Doctor, karena nama aslinya susah) membawa saya ke salah satu tujuan kami yaitu Spice Market. Nah di bayangan saya jualannya bumbu dapur kan. Tapiii... eng ing eng, pasarnya alamak cakep! Doctor tanya ke saya, "Winda do you want to do normal shopping with bargaining till death or you want to hear some story with a cup of tea?" ingin rasanya ya jawab "ya menurut yetiiiiiii?!?!?!" tentu saja saya memilih yg kedua. Yang saya paling suka dari Doctor adalah, dia sangat terbuka. Dari awal dia bilang ke saya, kalau kamu ga belanja jg gapapa, cuman kalau kamu belanja saya dapat komisi! Hahaha... iye ngerti Doc!

Nah, diajaklah saya ke salah satu toko di Spice Market. Disambut bapak-bapak yang punya toko dan asistennya, saya ditunjukkan jejeran bumbu-bumbu yang sudah kering dan beberapa dalam bentuk powder. Sebagai rakyat Indonesia dari kampung yang biasanya melihat bumbu dalam wujud aslinya yang segar, saya kebingungan. Disinilah cerita berawal.

Spice Market, bersih, cantik, dan aroma rempahnya bikin bahagia 

Masih ingat tidak pelajaran sejarah jaman SMP yang membahas tentang jalur perdangan dunia yang bernama Jalur Sutra (Silk Road)? Iya itu lho yang jalur expor impor antara Asia, Timur Tengah dan Eropa. Nah Turki (dan beberapa negara disekitarnya termasuk Syria) ada di jalur perdagangan ini. Menurut si Om (yang saya lupa tanya namanya siapa), inilah salah satu alasan kenapa Turki memiliki peranan besar dalam sejarah dunia. Tak hanya urusan dagang, pun termasuk perkembangan agama-agama besar dunia.

Lanjut si Om, kenapa bumbu dapur ini bentukannya kering, tentu saja agar awet ketika dibawa dari Asia ke Eropa sana. Jadi mereka menggunakan teknik pengawetan makanan yang paling sederhana sekaligus salah satu yang paling tua, yaitu dengan dikeringkan!

Saya dan Om Penjual Rempah

Sebagai negara "terminal" antara Eropa dan Asia, Turki mengadopsi kedua budaya. Kalau katanya si Doctor, Turkey is the most eastern on the west and the most western on the east. Terbukti kok, budaya kekeluargaannya macam kita di Asia, tampangnya tampang Eropah semua.

Cerita Om Toko Bumbu belum berakhir, beliau menawarkan saya teh dari pilihan "teh" yang dia punya. Teh yang dimaksud bukan teh dari pohon teh normal ya. Teh yang dimaksud adalah kombinasi berbagai tanaman (umumnya bunga dan dedaunan) yang dikeringkan dan diseduh untuk kita minum. Segala macam sih kalau ini. Dari mawar, melati, cammomile, lavender, lemon grass sampai jenis lain yang saya tak kenal namanya.

Rupa-rupa Tea

Saya pilih yang paling aman, Jasmine tea saja. Diseduhkan sambil menunggu seduhan jadi, kembali si Om bercerita tentang Turkish Delight. Menurut beliau, Turkish Delight mungkin sudah ada dari berabad lalu. Dia bilang antara tahun 1600- 1700an. Sebenarnya berkembangnya ya dari negara-negara timur tengah. Nah inilah salah satu komoditi mereka (selain karpet, keramik, dan sutera) di jaman dahulu kala hingga kini.

Lalu teh sayapun siap.

He preparing the tea

Masih berlanjut ngobrol kesana kemari, tak terasa hari menjelang sore. Saya membeli beberapa kotak Turkish Delight untuk saya bawa ke kantor (tak sebanyak pembeli lain yang membeli berdus-dus), tapi yang membuat saya bahagia, meskipun saya belanja tak banyak, mereka tetap melayani dan bercerita dengan saya. Katanya si Om, jarang ada yang mau dengar cerita. Biasanya mereka datang, ambil foto, coba tester, belanja dan tawar menawar lalu pergi.

Karpet Turki
Kisah lain berasal dari kota kecil yang super terkenal karena atraksi balon udaranya, Cappadocia.
Cita-cita saya sama lah seperti semua turis yang berkunjung kesini, naik balon udara!
Tapiii, pagi itu saat jadwal saya naik balon udara ternyata HUJAN! Yaps, balon udara harus dibatalkan! Tapi saya tidak sedih samasekali, bukankah ini salah satu alasan valid untuk saya balik lagi kesini?!

Meskipun Hot Air Balloon gagal, masih banyak cerita yang bisa di dapat di kota kecil yang indah ini!
Cappadocia selayaknya tempat lainnya di Turki, penuh dengan cerita sejarah. Ah, ini nanti kapan-kapan saya ceritakan. Karena cerita di internet lumayan banyak. Yang ingin saya ceritakan sekarang adalah tentang Karpet Turki yang super terkenal ke seluruh dunia.

Saya diajak mampir ke sanggar pembuatan karpet. Sanggar ini milik pemerintah, tapiiii, penjelasannya sangat lengkap dan sangat menarik. Thet one person who present the story was just fabulous!

Jadi dijelaskan bahwa Karpet Turki adalah salah satu dengan kualitas terbaik (nah yang ini tanya orang Oman, mesti di-amin-kan) karena handmade dan proses pembuatannya luamaaaa... bisa berbulan-bulan! Saya mikirnya seperti proses pembuatan songket kalau kita di Indonesia. Pengrajinnya pun 99% perempuan.

Hand Made Carpet on the making

Sejarahnya duluuu, sebelum seorang perempuan menikah mereka setidaknya harus sudah menyelesaikan 2 lembar karpet. Sehingga nanti dapat digunakan di kamar dan di ruang keluarganya. Sementara kalau laki-laki, mereka harus mahir membuat keramik untuk peralatan rumah tangga (ya pantas saja sampai sekarang saya belum menikah kan..hahaha)

Jadi katanya kalau ada karpet yang digantung di luar rumah dan ujung-ujungnya masih terikat, artinya ada anak gadis yang menunggu untuk dipinang. Nah para lelaki yang juga sedang mencari calaon istri bisa memperkenalkan diri pada orang tua sang gadis. Saat itu mereka bertemu untuk pertama kali. Caranya menentukan si gadis mau menikah atau tidak cukup sederhana. Si orang tua akan menyuruh anak gadisnya untuk membuatkan sang tamu kopi. Kalau kopi yang dibuatkan manis verarti si gadis setuju untuk menikah, tetapi kalau kopinya pahit artinya "Thank you but no, Thanks. NEXT!"

Itu cerita 50an tahun lalu, sekarang ya mana ada cerita macam itu lagi.

Yang menarik dari pemerintah Turki, untuk pembelian karpet (dan keramik) dengan harga tertentu, free shipping world wide!! Jadi pemerintah yang akan membayar biaya pengirimannya. Alasannya sederhana, untuk mendukung industri kecil dan menegah dan mengenalkan produk export Turki ke dunia. Saat saya disana, lumayan banyak lho karpet-karpet siap kirim yang labelnya "Endonesia"!

See, ide untuk jalan-jalan sendiri ternyata tidak buruk samasekali!
Saya punya lebih banyak waktu untuk mendengar cerita, bekenalan dengan orang-orang biasa dengan kisah luar biasa dan tentunya lebih banyak waktu menikmati manisnya Turkish Delight!

Another random story about my trip to Turkey will be published very soon!!

Happy life peeps! :)


A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates