Tuesday, November 6, 2018

Jaipur Trip: Negeri Indah yang Penuh Warna!

One of the list thicked! Yaps, Taj Mahal! Tujuan utama saya ke India ya untuk mengunjungi Taj Mahal, dan kesampaian!



So, here is the story of my short trip to Jaipur and Agra!

Sebenarnya saya berencana ke India bulan Mei, cuma saat itu hitung-hitungannya masih belum pas karena baru sadar adik-adik beasiswa kakak asuh harus bayar uang semesteran dan Priska belum ketauan akan keterima kuliah dimana dan harus bayar uang kuliah berapa.

Nah, pertengahan tahun semua jelas dan sepertinya saya bisa traveling ke Jaipur. Enaknya sekarang tinggal di Oman adalah, India itu super dekat! Macam Bali - Singapore. Kemarin flight saya ke Jaipur kurang dari 3 jam saja!

Anyway, sebelum ke India, rerata kawan saya pasti mengingatkan saya kalau harus super hati-hati di India. Banyak copet, banyak jambret, banyak tipu-tipu sampe pemerkosaan segala. Agak ngeri sih sebenarnya, tapi berbekal prinsipnya adik saya si Wika, kalau niatan kita dari awal baik insya allah ketemunya sama orang-orang baik juga kok.

Sebenarnya persiapan ke India ini cukup lama, tidak se-ekspres cerita ke Turki kemarin. Bolak-balik cek mau menginap dimana, sudah pasti di sih salah satunya di sister company tempat saya kerja, nah satunya lagi itu... Bolak balik mikir apa nginep di Agra semalam atau jos gandos Jaipur tok. Setelah galau berkepanjangan yang tidak penting, akhirnya saya memutuskan menginap di chain hotel mantan tempat kerja saya dulu dan di chain hotel tempat saya kerja sekarang. Jadi semacam memadukan masa lalu dan masa kini. Halah... apa coba!

View From my Room at Fairmont Jaipur

Terbaiklah, Alila Fort Bishangarh


Urusan selanjutnya adalah Visa, di dunia serba online ini, apa-apa serba mudah. Termasuk urusan Visa India, kita bisa apply e-visa. Dan lebih menyenangkan lagi, buat WNI e-visanya gretongan!!! Tourist Visa bisa utk 2 kali trip dalam waktu 6 bulan. Syaratnya pun gampang kali lah, copy passport (PDF) dan recent photo (JPEG), isi form, upload, less than 24 hours voila, Visa terkirim ke emailmu!

Karena saya tidak book travel agent, PR selanjutnya adalah transport selama di Jaipur. Referensi utama saya adalah Trip Advisor, ketemu recomended travel agent namanya Visit Rajashtan Tour. Contact personnya (sekaligus yang punya kayaknya) adalah Shahid. Responsenya cepat, harga bersahabat daaannn yang paling penting drivernya juarak!!

Driver saya namanya Ismail, bahasa inggrisnya okelah. Yang paling saya suka orangnya jujur, flexible dan selalu on time! Makanya yang tadinya book hanya untuk 2 hari, extend jadi 3 hari. Gegara Ismail juga, India jadi tidak semengerikan yang saya bayangkan! Karena kan orang-orang pada suka bilang, hati-hat pilih travel, salah-salah nanti kamu malah dirampok atau diperkosa. Jik ping! Ismail malah banyak kasi saya tips untuk jangan belanja dimana atau percaya sama toko yang mana. Ngobrol sana sini, Ismail umurnya baru 29 sudah menikah dan punya bayi perempuan umurnya 10 bulan. Niatnya hari terakhir berkunjung ke rumah dia, tetapi karena kemalaman jadi batal deh. Sedih sih, tapi Ismail janji nanti kalau ke Jaipur kami harus mampir ke rumahnya. Oh Iya, karena tidak bisa mampir, saya hanya titip baju untuk bayinya. Ga nahan lihat baju bayi lucu soalnya.

Saya & Ismail


Persiapan selesai, dan saya ke Jaipur-India!!
Yang harus saya ingat adalah, India itu super luas! Ya terbayang kan, negara dengan jumlah penduduk sekitar 1,3 miliar! Terbesar kedua di Dunia setelah Cina.

Jadi rasanya kurang pas kalau saya bilang saya traveling ke India. Sama dengan kita bilang traveling ke Indonesia tetapi hanya mampir ke Bali tok atau Toraja tok kan.

Bayangan saya Jaipur kurang lebih mirip-mirip kota-kota di Indonesia lah. Lalu lintas padat, macet, agak semraut dan banyak dagang kaki lima.

Kenyataannya, mirip siiihhhh, tapiiii... banyak sekali bedanya! Seperti urusan jalan raya misalnya:

- Selain sepeda, motor, mobil, bajaj, dan manusia, di jalanan (dari desa, pinggiran, kota, sampai dalam kota) juga semarak dengan kehadiran berbagai makhluk seperti sapi, kambing, burung, anjing,babi, dan gajah!! Bener deh, apalagi sapi-sapinya, beneran di tengah jalan! Planga plongo, ga takut lagi sama mobil. Di perempatan, di highway, di pengkolan, dimana-mana ada pokoknya. Mobil dan motor yang seliweran pun santai saja, tidak panik, sudah terbiasa. Epic! Pun Burung, Merpati di Jaipur itu gendut-gendut dan jinak. Yang suka foto pasti suka banget, mereka ginak ginuk gitu aja dimana-mana.

Noh Gajahnya abis nyebrang

Sapinya santai geal geol di jalan


-Pernah lihat kan pasti di Facebook foto-foto yang katanya kereta atau bis di india penuh orang sampai ke atap-atap. Saya pikir itu foto-foto bohongan. Kenyatataannya, beneran! Sumpah sy pertama lihat bis di highway lho ya, penumpangnya sampai di atap-atap! Itupun buanyak yg diatap. Yang ada, dari tadinya melongo heran, saya jadi ketawa-tawa, lalu jadi meringis ngeri sendiri. Ya kebayang kan, itu diatas atap bis kecepatan penuh, tanpa jaket, tanpa helm, jangan tanya kalo jatuh kejengkang (jik ping!) itu mata dan mulut dan idung bisa kemasukan segala jenis belalang toh!

- Horn is life, life is horn! Mungkin itu adalah moto hidup para pengendara di India. Mobil, motor, truk, bajaj, semua berlomba-lomba untuk memijit klakson keras-keras dan berkali kali! Entah itu jalanan macet, lampu merah, jalanan lancar sekalipun, klakson adalah wajib! Tadinya saya pikir apa semua orang kebelet pup jadi pada buru-buru dan pasang klakson, tapi kata Ismail, ya memang sudah begitulah adanya! Hahaha...

Noh, di banyak mobil tulisannya begini, makanya pada napsu klakson-klakson kali ya

- Satu lagi, jangan harap punya mobil mulus di Jaipur (terlebih di Agra), pasalnya pepet-pepetan dan senggol-senggolan di jalan raya itu biasa! Marah-marahnya jg sebentar saja, saling teriak dari jendela mobil dah cukup, abis itu lanjut tancap gas lagi. Saya punya seorang kawan di India, mobilnya masih mulus karena baru dibeli beberapa bulan. Kata dia brapa hari lagi bakal lecet-lecet kok. Dan mereka ini tak akan pusing kalau mobilnya lecet dan penyok untuk deperbaiki, toh nanti lecet lagi.

Perkara lain yang menyenangkan dari  India adalah apa-apa murah! Tak heran kengkawan saya yang Oman pada wanti-wanti saya nanti belanjanya di India saja! Apapun yg sy mau beli di Oman (sebelum ke India) mulai dari frame kacamata, tas, jam tangan, bahkan ke dokter kulit, saran mereka tetap sama! NANTI DI INDIA SAJA!

Sebagai orang Indonesia yang tinggal di Oman dan traveling ke India, otak saya harus convert ketiga mata uang dr ketiga negara ini secara bersamaan. Ribet naujubillah memang, apalagi untuk ukuran kapasitas otak saya yang tak seberapa. Sampai di suatu titik saya menyerah, urusan uang saya serahkan ke sahabat traveling saya yang memang sudah familiar dengan urusan per-India-an karena saking seringnya dia traveling ke India.

Salah satu contoh epic dari murahnya harga-harga di India, ketika kami ke Taj Mahal, jadi banyak freelance tour guide yang menawarkan jasanya. Termasuk guide kami hari itu namanya Shaid. Saya ingat sekali, penawaran awal dia adalah 600 Rupee. Sahabat saya tawar 300 Rupee (ini kayaknya dia pakai jurus yang sama dengan ibu-ibu di Indonesia yang belanja ke pasar, tawarnya 50% dari harga awal), ngotot sana sini (sukurnya tanpa nari-nari) akhirnya Shaid setuju.

Saya dan Shaid

Tak hanya super informatif (meski dengan logat indianya yg kental), dan sesekali dia menjelaskan dengan bahasa Hindi dan sahabat sy yang translate ke saya, yang terbaik dari Shaid dan pasti membuat para wanita jatuh cinta adalaaaahhh... Shaid pintar kali ambil foto! Malah dia yang lebih semangat fotoin saya, padahal saya sudah kecapean!

Ini aslinya rame bet! Si Shaid yang menghalau orang-orang di kanan kiri sehingga potoannya jadi agak adem

Karena baiknya dia, sahabat saya bilang kalau dia mau kasi 500 Rupee deh ke Shaid. Saya sih iya saja, cuma dalam hati ketawa ngakak, ya klo gt knp elu nawar sampe elek tadi kan.. Anyway, sesampai di hotel iseng-iseng saya tanya, 500 Rupee itu berapa Omani Rial, enteng aja si kawan saya jawab sekitar 3 OMR! Ato sekitar 100 rebu rupiah! Njirrr, saya langsung ngomel-ngomel lah ya, kan itu murah banget! Untung aja ga jadi kasi 300 Rupee, cuma 60 ribuan aja donk.

Sebenarnya mungkin kalau dibandingkan dengan di Indonesia kurang lebih sama ya, tapi maksudnya adalah, untuk hitungan tempat wisata utama dan super terkenal dan super ramai jatohnya semua jadi super muraaahhh.

Trus contoh lain, kami beli chai (tehnya orang india) di warung-warung kecil, harganya hanya 5 Rupee ato 1000 rupiah saja, dan yang paling penting, mug tanah liatnya bisa dibawa pulang! Kurang murah apa coba kaannn... Jadi kalau mau jalan-jalan ke India, bekalnya tidak usah banyak-banyak ya.

Ini cangkir tanah liat yg bisa dibawa pulang itu. Harga teh se cangkir-cangkirnya, 1000 rupiah!

Sabagai salah satu negeri dengan peradaban tertua di dunia (ya buktinya 2 agama besar dunia lahirnya di India toh), maka tak heran kalau India punya sejarah dan budaya yang sangat kaya! Dan saya rasa itu yang membuat banyak orang termasuk saya jatuh cinta pada India.

Tak perlulah saya jelaskan tentang sejarahnya Taj Mahal atau cerita tentang betapa banyaknya bangunan-bangunan bersejarah di Jaipur. Yang mau saya ceritakan adalah tentang orang Indianya sendiri! Entah karena percampuran berbagai sejarah masa lalu atau karena memang persaingan antar manusia yang keras, orang India itu adalah orang-orang dengan rasa percaya diri yang sangat tinggi!

Ini alasan utamanya mungkin saya cinta India! They are bold people yang pantang menyerah dan yang saya lihat bahagia dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka. Terutama para wanita!

Di Jaipur saya melihat ibu-ibu menggunakan sari berbagai warna cerah, kuning, merah, orange, hijau, dan semua warna neon lainnya. Di pasar, di jalan raya, di mall, di tempat wisata, di tempat praktek dokter, dimanapun! Dan yang harus kita tiru dari mereka adalah, they embrace their shape. Regardless whatever it is, mereka nyaman-nyaman saja dengan sarinya. Tau kan kain sari India yang melilit tubuh?!

Saya jadi malu dengan diri sendiri yang kadang kelamaan matut di cermin menyesali "duh knp paha besar" atau semacam "duh bekas luka di lutut kelihatan" all that stupid and unecessary complain.

Oh Iya, sari-sari dan baju-baju India itu menurut saya instantly membuat kita terlihat cantik! Beneran deh, saya langsung jatuh cinta pada rok-rok India yang kata sabahat saya bisa dijadikan tenda itu! Pokoknya taun depan ke India lagi beli rok yang banyak! Hohoho...

Nah tambahan untuk penggiat sosmed terutama Instagram, India itu fotogenic (setidaknya menurut saya yang tidak terlalu mengerti urusan foto ya). Setiap sudut, setiap lorong, setiap sisi menarik untuk difoto. Apalagi kalau kengkawan semua punya sense foto yg nyeni ya.. lihat saja banyak travel blogger yang ke india, fotonya ciamik, dan itu memang effortless banget kok.

Nih beberapa foto yang saya jepret sembarangan, tanpa banyak effort, pakai kamera hape tok.










Pertanyaan yang banyak ditanyakan ke saya oleh beberapa kawan adalah "Win, aman ga kalau perempuan traveling sendiri ke India?"
Sejujurnya saya kurang tau, karena ya itu tadi, kemarin saya ke India dengan sahabat saya yang sangat familiar dengan India dan bahasa Hindinya selancar dia ngomong bahasa ibunya. Tapi selama 5 hari itu saya merasa aman-aman saja sih. Mungkin krn sy kemana-mana pakai private car yang rekomendasinya bagus di Trip Advisor.

Tapi kalau browse di net, banyak kok perempuan yang solo travel ke India dengan berbagai pengalaman mereka. Mungkin kalau mau solo travel ke India, harus disiapkan dulu mentalnya (aka harus siap-siap galak dan ngotot-ngototan) atau pilihannya adalah persiapan trip dan itinerary yang matang jadi sudah ga perlu repot-repot lagi disana.

Tapi saran saya, better ajak beberapa kawan untuk traveling, jadi sekalian ada yg fotoin! Hahaha..

Well, semoga niat ke India (lagi) tahun depan bisa terealisasi dan bisa cerita lebih banyak tentang negeri yang penuh warna ini!




Friday, November 2, 2018

5 Cerita Random Selama Tinggal di Oman

Jadi ceritanya, setahun belakangan ini hidup saya penuh dengan roller coaster ride!

Me captured by my best friend

Teman-teman mungkin tau kalau akhir tahun kemarin saya memutuskan pindah ke Oman karena kesempatan kerja, kalau kata yang nyinyir: karir terus yg dikejar, kapan kawinnya?
Jawaban ngasalnya: ya krn ga tau kapan kawinnya makanya karirnya yg dikejar dulu. Lebih jelas, daripada ngejar yang ga pasti.
Jawaban seriusnya: karena saya cinta sama kerjaan ini, makanya kesempatannya diambil.

Nah, semenjak saya pindah itu segalanya berawal.

Pekerjaan
Perlu sekitar 3 bulan untuk saya berdamai dengan keputusan sy pindah ke Oman. Lingkungan kerja yang sangat berbeda dengan jaman dulu kerja di Bali, Bos yang jauh berbeda dengan Bos yang dulu di Bali, makanan yang tidak sanggup saya telan saking setiap hari hanya curry dan masala, sampai perbedaan waktu yang menyusahkan berkomunikasi dengan (mantan) pacar saat itu.

Makanya itu ya, 3 bulan pertama nyaris tiap hari saya nangis putus asa pengen pulang! Pernah suatu malam sampai telpon bos lama dan sambil mewek bilang gini: I don't give a fish, tomorrow i will take the first flight to go home! Sukur alhamdulilah, beliaunya ini super duper warbiyasak, ditenang-tenangin, smpe akhirnya saya sabar-sabarin. Hampir setiap hari juga saya apply sana sini, pokoknya harus pindah tempat kerja!

Things get quite better sekitar bulan Februari akhir, ada kejadian di kantor yang membuat saya dan bos baru entah knp bisa lebih mengerti satu sama lain. Satu hal yang saya sempat bilang ke beliaunya adalah: I dont know who to trust here, so help me to trust you.

Bukan berarti skrng baik-baik saja, dianya tetep bos yang menyebalkan, tetep yang suka marah-marah untuk hal remeh temeh, saya tetep ngeyelan dan memaksakan kehendak, but somehow we manage. Kami menemukan jalan tengah untuk berdamai. Kami menemukan cara untuk bersepakat tentang keputusan-keputusan yang kami ambil. Dan ajaibnya lagi, as I requested to him, he become the one I can really trust.

Time to time saya masih suka misuh-misuh karena kelakuannya yang aneh, dia juga masih sering ngomel ke saya karena kelakuan saya yang aneh. Yah mungkin karena sama-sama menyadari kalau kami aneh makanya kami bisa bertahan menghadapi satu sama lain.

My support system


Bahkan, kami punya selera humor yang agak tidak biasa yang membuat org lain jantungan mungkin. Contoh yg baru saja terjadi beberapa hari lalu, karena satu hal kebodohan saya di internal meeting dengan salah satu senior manager bos sy bilang ke sy "you are bloody unuseful" buat sebagian org itu insults, buat kami itu lawakan kasar kami dan saya ketawa ngakak sambil bilang "that's the best thing you've said to me by far! You only realize it by now!!". Kasihan senior manager saya sih, setelah meeting berulang kali dia tanya "Winda are you ok" saya lanjut ngakak!

Makanan
Sudah saya sebut tadi kan kalau disini makanannya berputar antara curry, garam masala, dan dal. Chicken curry, mutton (kambing) curry, fish curry, veg curry, beef curry, segala hal di muka bumi bisa di masak curry pokoknya.

Meanwhile buat saya, entah kenapa segala per-curry-an ini rasanya tak cucok di lidah. Terutama aroma garam masala, saya heran kenapa di film The Hundred Foot Journey si pemeran utama bisa jadi chef terkenal gegara nambahin garam masala di hampir setiap masakannya.

Silahkan bayangkhan klo tiap hari 3x sehari makannya cem gini

Lagi-lagi 3 bulan pertama saya makan tak jelas. Sering makan siang hanya jeruk sebiji. Makan malam terlewat. Bukan karena diet, tapi ya itu, pilihan makanan yang terbatas (tak ada pasar senggol dan rombong bakso keliling ato warung makan pinggir jalan) plus kebodohan saya (saat itu) yang tak becus masak. Alhasil saya turun 10 kilo! Ini berkah atau kutukan ya bingung juga.

Sampai suatu hari saking bosannya dengan makanan-makanan disini saya mulai belajar membuat sambal yang sangat sederhana, sambal kebanggaan orang Bali, sambel matah! Dan berhasil! Hahahaha...

Mulailah mencoba ini itu, dipandu Ibu atau Wika atau salah satu kawan disini pelan-pelan saya mulai bisa masak, dan rasanya tidak semengerikan yang saya bayangkan! Mulai dari telur goreng, sop ayam, ayam bumbu bawang & lemon grass, nasi goreng, tumis sayur, tumis kacang panjang telor, soto ayam, sambal tomat, sampai sop babi!! Jago khaaannn...

Jadi kalau Winda yang tadinya rebus telur saja gagal dan sekarang bisa masak sop babi, yakin deh kamu bisa masak! Seperti yang dikatakan Chef Gustave di film Ratatouille "Everyone can cook" dan saya buktikan benar! Meski tak sejago Ibu ato Nenek, but at least I can feed myself well.

Perbajuan
Namanya saya tinggal di Bali, kemana-mana defaultnya ya celana pendek, kaos, sendal jepit. Ke mall, ke bank, ke warung, ke pantai, ke pasar, pulang kampung, berangkat kerja, pokoknya sama semua. Hidup juga serasa tidak ribet, karena tidak harus pusing ganti-ganti baju. Bangun tidur, cuci muka, cus mau pergi kemana.

Lalu segalanya berubah ketika negara api menyerang, eh ketika saya pindah ke Oman. Ya namanya pindah ke negara dengan culture dan value yang jauh berbeda dari Bali. Oman sebagai salah satu negara arab, tentunya dan selayaknya saya mulai mengevaluasi gaya berpakaian saya.

Tak ada lagi celana pendek dan kaos compang-camping (kaos busuknya cuman bisa untuk tidur saja terpaksa). Belanja kentang ke warung depan saja harus berpakaian lengkap! Minimal kaos dan celana panjang.

Default saya ada dua sebenarnya:
1. Summer - Kaos dan legging, tapi kaosnya yang longgar. Kalau pas jalan ke Nizwa atau ke Muscat tambahannya pakai outer macam cardigan.
2. Winter - Jeans ato celana panjang bahan plus sweater. Kalau sudah masuk Desember - Januari tambahannya kaos kaki tebal, leging (sebagai pelapis sebelum celana panjang) dan jaket tebal (sebagai pelapis setelah sweater) karena dinginnya yang kebangetan.

Kawan-kawan di rumah suka kaget kalau melihat update foto-foto saya di social media. Katanya "sekarang Winda jadi sopan ya bajunya". Tuntutan pekerjaan dan tuntutan tempat tinggal sih ya.

Winda dan baju sopannya
Dulu-dulu saya selalu menganggap kalau pakai celana panjang atau rok panjang saya akan terlihat gendut dan bulat semacam bantal guling yang sarungnya kekecilan. Eh, setelah disini ternyata saya baru ngeh kalau ternyata not bad at all kok. Malahan lucunya, ketika beberapa minggu belakangan saya sering pakai rok panjang, teman-teman di Bali malah minta titip beli!

Jadi Sekarang saya sedang mengevaluasi apakah perlu saya buka jastip rok-rok india sebelum pulang ke Bali. Hahaha...

Traveling
Part ini sih sujud syukur sebenarnya. Tahun 2018 ini saya travelingnya lumayan banyak. Paling banyak dari tahun-tahun sebelumnya malah.

Februari ke Thailand, Juni ke Turki, September ke India, dan Desember nanti pulang ke Bali!!!

Menyenangkannya tinggal di Oman adalah, banyak negara yang bisa dijangkau dengan mudah dan murah! Contohnya ya India itu. Hanya 3 jam penerbangan sudah di India. Begitu juga Nepal dan Srilanka rata-rata 4 jam penerbangan saja. Belum lagi Gulf country yang lain semacam UAE, Qatar, Bahrain, Kuwait, dan lainnya.

Tidak semua cerita jalan-jalannya direncanakan dengan baik, dan tidak semuanya berjalan baik juga. Sewaktu ke Thailand misalnya, itu adalah traveling terakhir dengan sahabat terbaik saya. Semoga suatu hari dianya mau jalan-jalan lagi dengan saya.

Last Trip with my best friend for 11 years :)


Lalu cerita ke Turki, dimana saya traveling sendiri lagi setelah lebih dari 11 tahun, karena cuaca saya batal naik balon udara di cappadocia dan yang lebih epik lagi adalah, karena kecerobohan saya yang tak terbatas, saya jatuh menggelinding di trotoar di Istanbul!
A glimpse of Cappadocia

Lain lagi cerita ke India, saya mengunjungi Rajashtan. Mungkin ini jalan-jalan pertama dan terakhir saya dengan seorang sahabat lain, yang saya pikir bertahan lebih lama tapi as Wika said, not more than a summer love. Hahaha...
Kurang India apa coba!



Personal Life
Ini yang sebenarnya roller coaster ride-nya paling parah.

Setahun di Oman, saya patah hati jauh lebih banyak dari pada 29 tahun saya di Bali! Well selama 29 tahun di Bali saya tidak pernah putus cinta sih, putusnya baru setelah di Oman, dan 2 kali pulak. Ini mungkin cerita paling epic lah.

No, I'm not ok now, but in the same time I'm still in a good shape and ready to laugh at my love stories.

Believe it or not, I dont hate them. Mereka adalah orang-orang baik, yang jatahnya di cerita saya ya segitu saja. Mereka berdua adalah pria baik yang ditugaskan membahagiakan saya untuk jangka waktu itu saja. That's it.

Bukan berarti saya ga sedih ya.. Sedih banget lah pasti. Menurut andaaa... when you give your heart and your soul to someone and it just doesnt work, of course you fall into pieces. I believe all of us experience it at least once in life.

Sekarang pun masih sedih, but then again, as my very best friend said "winda, it's ok to be not ok".

So here i am now, taking my time to be ok :)

Happy weekend peeps















A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates