Friday, January 19, 2018

Surprisingly Different Life: Hal-Hal yang Susah Dilakukan di Jabal Akhdar (Oman)

Ga berasa bentar lagi udah mau gajian lagi (halah..) maksudnya sedikit lagi sudah dua bulan saya merantau hingga ke negeri seberang ini.

Seperti yang saya cerita di tulisan sebelumnya (disini), saya bekerja di properti diatas gunung, literally out of nowhere. Sekeliling tempat kerja saya adalah gunung, tetangga saya adalah domba-domba, keledai dan rubah. Desa terdekat (dimana saya tinggal) jaraknya 30 menit dari tempat kerja. Desa lho ya, ga ada sejenis Indomaret-pun! Yang ada warung-warung kecil. Sukurnya warung ini jualan sembakonya kumplit. Mereka juga punya frozen food. Ikan, ayam, sayur, mayan lah...

My neighborhood 

Nama desanya Shabia, jarak dari desa ke kota terdekat (Nizwa) sekitar 1,5 jam naik mobil. Sayangnya disini tidak ada Grab, Uber, Gojek, maupun public transport lain. Pilihan buat saya satu-satunya adalah menunggu transport yang disediakan tempat kerja atau nebeng kalau ada teman Oman yang punya mobil dan pergi ke kota. Agun beneran deh disini

Itu keliatan ga Keledainya? Berangkat kerja papasannya sama Keledai


Meski begitu, desanya lumayan lengkap. Ada 1 pompa bensin (meski kadang kehabisan stok), 1 ATM (persis di sebelah pompa bensin), 1 toko roti (persis di sebelah ATM), yah kehidupan disini berpusat disekitaran pompa bensin.

Sudah mulai terbayang kan saya tinggal di tempat seperti apa. Nah di tulisan ini saya mau curhat, hal-hal yang menjadi kegiatan favorit saya sewaktu di Bali yang agak susah untuk saya lakukan disini.

Supermarket terkenal dan terdekat di Nizwa. Namanya Lulu


1. Makan Babi Guling
Surprisingly, saya lebih kangen Babi Guling Dobiel daripada kangen Bang Dje. Beneran deh! Apa mungkin krn saya sudah terbiasa LDR dengan Bang Dje tapi belum pernah LDR dengan Dobiel selama 12 tahun terakhir kali ya.

Sudah begitu, kalau sama Bang Dje kan bisa sering-sering chatting dan ngobrol di video call. Lha kalau sama Dobiel mana sanggup ilang kangen cuman dengan video call? Yang ada malah tambah ngiler toh!

Eh, ini malah bahas kangen Dobiel. Intinya, disini tidak ada dagang babi guling (ya kecuali di bali dimana-mana juga susah kali sis!). Bukan berarti disini tidak ada dagang daging babi. Meski Oman negara muslim, tapi di Muscat ada yang jual daging babi. Masalahnya ya di saya toh, saya ga bisa masak. Jadi meskipun di depan rumah ada jualan daging babi ya sama ae.

Sukurnya, Tuhan maha baik! Disini saya diadopsi oleh kawan-kawan dari Philipines. Jadi, teman-teman ini hobinya masak (sudah tau belum kalau orang Philipines makan 5x sehari instead of 3x sehari senormalnya kita) daann sangat sering mereka masak daging babi.

Jadi meskipun saya tidak makan babi guling setidaknya saya seminggu sekali makan daging babi! Pesan moral dari kisah ini adalah: banyak-banyaklah berkawan!

2. Nonton Bioskop
Tidak seperti Bang Dje yang movie junkies sih (sukurnya) tapi saya lumayan suka menonton di layar yang lebar dan besar dengan sound yang menggelegar. Utamanya film-film yang sedang hitz, film adaptasi dari novel or just as simple as film yang dibintangi aktor-aktor kesayangan yang membuat hati klepek-klepek.

Masalahnya, seringnya kalau filmnya bagus biasanya saya nontonnya lebih dari sekali. Bahkan waktu Doctor Strange kemarin saya nonton sampai 3x, Hunger Games, Harry Potter (apalagi) nontonnya berkali-kali (biasanya setelah itu atasan saya di Bali dulu sampai geleng-geleng kepala tau kebiasaan aneh saya)

Disiniiiii, tidak ada bioskop kengkawan. Bukan ga ada di seluruh bagian Oman sih.. maksudnya bioskop terdekat adanya di ibukota. Di Muscat, 2,5 jam naik mobil dari Shabia. Semacam waktu jaman SMA lah, tinggalnya di Singaraja, bioskopnya di Denpasar. Kan malas amat ya..

Ada beberapa film yang tidak akan bisa saya tontong di bioskop tahun ini dan akan membuat saya sedikit sedih: Segala rupa Marvel (Invinity War, Ant Man, Dead Pool, etc), Jurassic World, Pacific Rim, Ralph Breaks the Internet, dst. dsb.

Cara mengatasinya, kumpulin judul-judul filem kesukaan. Kirim ke Bali, minta di download-in (uuppsss!!)

3. Karaoke
Di Bali saya dan teman kantor punya group whatsapp nama groupnya "Secerah Hatiku", urusannya ya bersenang-senang. Makan malam sepulang kerja, nonton bioskop, dan yang paling utama adalah Karaoke bersama! Ha!

Entahlah, sebulan tanpa karaoke rasanya macam bisul yang ga meletus-meletus! Jadi mesti di-jeder-in biar ga jadi radang. Nah itulah alasan klub Secerah Hatiku ini terbentuk. Kami biasanya sengaja mencari-cari alasan biar bisa karaoke. Semacam merayakan hari Rabu (entah karena alasan apa) dengan karaoke.

Salah dua lagu wajib kami adalah: Bohemian Rhapsody (Queen) dan Sayang (Via Vallen). Dua jam karaoke dan lalu kamipun bahagia luar biasa!

Anggota tetap secerah hatiku

Disini, yah sayangnya karaoke mungkin hanya budaya kita orang-orang di Asia Tenggara dan sekitarnya. Jadi tempat yang memungkinkan karaoke adalah di restoran Philipines (suara orang Philipines rerata bagus! Karena sering nyanyi di Gereja sepertinya).

Sukurnya sekarang sudah ada spotify, jadi yang saya lakukan tinggal membuat play list lagu karaoke kesukaan saya, sampai di apartment di putar sambil nyanyi-nyanyi sendiri. Yah meski tidak seafdol karaoke tapi lumayan lah.

Life Savior - Spotify!


4. Piknik di Pantai
Dari rumah saya di Taman Giri. Ke pantai itu semudah sisiran! 10 menit dah sampai di pantai Pandawa atau pantai Nusa Dua, tambah 5 menit sudah nongkrong di Pantai Jimbaran. Tambah 15 menit dah sampai di Seminyak. Tembah 20 menit lagi dah sampai Sanur. Cincai lah urusan ke pantai ini.

Biasanya dulu saya sukanya piknik. Sendiri ataupun sama bang Dje. Pernah sekali sama anak-anak di kantor. Cukup bawa kain pantai, novel, air minum dan bantal. Alamak.. saya bisa sekalian tidur siang dah.

Ya kangen panta, ya kangen Bang Dje juga..

Disini, lagi-lagi pantai adanya di Muscat. Itupun saya belum pernah main ke pantai juga. Kangen sih birunya pantai, guling-guling di pasir dan tiduran di bawah pohon sambil sesekali basahin kaki di pantai (aneh memang, tapi saya ogah mandi di pantai, malas lengket).

Sabar lah, sebentar lagi ketemu pantai kok.

Maunya bikin 5 hal, tapi belum kepikiran apa. Soalnya saya bukan orang yang super aktif kesana kemari atau anak gaul yang suka main disitu disini, jadi pada dasarnya saya bahagia tinggal di desa kecil Shabia, dan ke kota sebulan sekali sudah menyenangkan untuk saya. Sudah kadung bahagia jadi anak desa sih!

Happy Weekend Everyone!!
Selamat berbahagia dengan yang tercinta

Tuesday, January 9, 2018

Surprisingly Different Life - Random Fact About Oman

Yap yap, I'm in Oman epribadeehh..



Genap sebulan disini, ya, saya jadi TKW. Bukan jalan-jalan, bukan liburan, bukan pula naik haji seperti yang beberapa orang pikir.

Selama disini banyak hal yang surprisingly different buat saya, ini dia listnya:

1. Disini Duingiiin
Oman ini kan di Timur Tengah ya, jadi bertetangga dengan Dubai, Arab Saudi, Bahrain, dll. Pertama kali pikiran saya pasti disini gurun melulu dan panas minta ampun. Ternyata, saya salah. Beberapa wilayah Oman seperti tempat saya tinggal sekarang di pegunungan Jabal Akhdar, Nizwa, kondisinya duingiiin amit-amit!

Apalagi musim winter ini, siang hari seperti sekarang rata-rata antara 10'C - 15'C. Kalau malam lebih parah, bisa sampai 3'C. Pernah jg 0'C! Jadi kalau mandi itu, meski sudah pakai air panas (panas lho ya bukan hangat) tetap saja menggigil.

Rasanya disini jauh lebih dingin daripada di Bedugul atau Kintamani, jadi bayangkan tiap hari saya bekerja sambil merinding-merinding kedinginan walaupun sudah pakai baju dan celana dobel-dobel. Kalau dulu di bali pakai flat shoes cantik, pakai kaos kakinya yang super pendek biar tidak kelihatan, kalau disini mau flat shoes cantik, mau heels, mau sport shoes pakainya tetap kaos kaki tebal! Hahahaha...

Flat Shoes Cantik + Kaos Kaki Olah Raga

Memang kalau main ke kota Muscat, cuacanya ya seperti yang kita bayangkan, agak panas. Tetapi berhubung saya tinggalnya literally diatas gunung, sekitar 2.800 dpl (Gunung Batur sekitar 1.700 dpl dan Gunung Agung sekitar 3.000 dpl) jadi terbayang kan kenapa disini menjadi sangat dingin! So, kalau mau mengunjungi saya, monggo siap-siap bawa baju hangat yang banyak (plus stok makanan Indonesia yang lebih banyak lagi!)

2. Kalau namamu Jessica atau Jean atau Janine atau berawal J lainnya, maka...
Maka niscaya namamu berubah menjadi Gessica, Gean, Ganine, dan G lainnya. Ini seriusan lho.. teman kantor saya namanya Joy, hari-hari menjadi Madam Goy. Lalu GM saya naman ya Julian, kemudian orang-orang memanggilnya Gulian!

Ini dia si Madam Goy :)

Awal-awal saya agak bingung ketika ngobrol dengan mereka. Terutama kalau sudah menyangkut yang namanya berawalan J. Saya sampai melongo, ini sebenarnya ngomongin siapaaa....

Mungkin sama seperti kebanyakan orang Sunda ya, agak susah bilang "F" (bukan F word lho ya). Seperti saat bilang Fitnah, jatuhnya Pitnah. Manggil Fitri, jadinya Pitri. Ya kira-kira begitulah, kebayang ya kalau namanya Justin, berubah jadi Gustin (duh Gustiiinnn.. eh duh Gusti maksudnya).

3. Disini Paket Internet Mahal
Kalau di Bali dulu saya pakainya Simpati kan, jadi sebulan biasanya beli paket data internet yang 8GB ++ (plus 8GB 4G, plus berapa GB utk nonton segala rupa) itu harganya sekitaran 150ribu. Itu buat Bang Dje udah pemborosan yang tidak perlu. Saya juga merasanya, duh kok ya mahal sih.

Tapiii... begitu saya ke Oman sini, betapa saya bersyukurnya kemarenan hidup di Indonesia (urusan perinternetan ini). Disini, salah satu provider terbesar namanya Omantel (Telkomselnya klo di Indonesia lah). Nah paket data internet yang mereka punya ada 2 biji:
 a. 1GB seharga OMR 5 -- kurang lebih Rp. 175.000
 b. 3 GB seharga OMR 10 -- kurang lebih Rp. 350.000

Astaghfirullah banget kaaan!!!! Jadinya selama saya disini memanfaat semaksimal mungkin wifi kantor, ato wifi mall. Sedangkan kalau pulang, di apartment berbagi dengan beberapa teman lain. (itupun susah sinyal karena kamar saya paling jauh sendiri). Wifi untuk di rumah (modem pakai Ooredoo) paket yang paling hemat itu OMR 28 (sekitaran sejuta) sebulan! Kan males gelooo...

Untungnya perbadaan waktu disini dan di Bali itu lebih cepat di Bali 4 jam. Jadi saat saya sampai apartment jam 7 atau 8 malam, di Bali sudah jam 11 atau 12 malam. Jadi orang rumah sudah tidur semua dan whatsapp group sudah sepi.

Doakan agar saya segera dipertemukan dengan paket internet murah meriah seperti di Indonesia ya..

4. Negara Muslim yang sangat Terbuka
Kemarin waktu awal-awal rencana pindah kesini, komentar teman-teman Bali pasti semacam "duh aman ga nanti disana", "awas lho nanti disana kan strict bgt" bahkan ada juga "nanti pakaianmu gimana, kamu nanti dihukum pancung disana" (ini sih semacam khayalan yang kelewatan ya...)

Jadiiii, Oman memang di timur tengah dan memang negara muslim, tetapi negara ini tergolong sangat terbuka dan modern. Pekerja asing ada dimana-mana, sebagian besar India, Bangladesh, Pakistan, Srilanka, Maroko, Philipine, dan tentu saja Indonesia macam saya.

Yang paling membuka mata saya ya, selama saya disini dan bergaul dengan teman-teman Oman, mereka tidak pernah sekalipun mempermasalahkan apa agama kita. Fanatik yang tidak perlu itu lho maksudnya, ga ada! Malahan Natal kemarin kita merayakannya bersama. Mendekorasi Team Restaurant dengan hiasan natal juga bersama-sama! Jadi kepikiran pas di Indonesia gimana! 




Bagi saya. dalam hidup yang penting adalah tidak sekedar menghargai perbedaan tetapi merayakan perbedaan!! (ini semacam tagline salah satu koran deh kayaknya). Tapi beneran lho, menghargai mungkin sebatas kita tidak mengganggu perayaan atau perbedaan yang ada (ini cukup banget), tapi alangkah indahnya kalau kita ikut serta merayakannya!! Kan seru tuh, jadi sering-sering open house. Pas lebaran main ke rumah teman muslim, Natalan main ke rumah teman kristen, Imlek main ke rumah teman yang Cina, asik kan!

Pun begitu disini, selama kita bisa membawa diri. Saya rasa semua akan berujung baik. Seperti orang bijaksana bilang "Dimana Bumi Dipijak, Disana Langit Dijunjung" Berusaha sebaik mungkin untuk menjadi bagian dari lingkungan sekitar. Bukan mengubah jati diri, tapi seperti yang saya bilang tadi, merayakan perbedaan.

Kawan-kawan baru saya

5. Porsi Makanan Serba Jumbo!
Nih saya kasi contoh nyata ya. Rerata teman-teman pasti pernah makan fast-food kan. Disini juga ada KFC, MCD, Pizza Hut dan sodara-sodaranya. Sempat dibelikan paket nasi KFC oleh teman yang jalan-jalan ke kota (maklum saya AGUN disini). Dipikiran saya ya mirip-mirip paket panas atau combo di Indonesia kan ya.

Jeng jeng jeng.. datangnya adalah nasi kuning seember (ini ember beneran bucketnya, seukuran separo bucket yg kalau di Indonesia yang isi 12 pcs ayam!!) plus 2 potong ayam ukuran besar. Mana abis kan!!

Versi Oman - nasinya se-ember!

Versi Indonesia - Nasinya sekepal

Ternyata tidak hanya di KFC saja. Dimana-mana. Mau makanan tradisional Oman, Thai Food, makan di kantin, makan di restoran, sama semua! Sekali waktu saya makan di restoran hotel tempat kerja, pesannya ayam panggang, dikasinya ayam seekor! Bukan ukuran ayam taliwang tapi, ukuran ayam beneran! Guedeeee...

Beberapa teman pernah cerita, saat kondangan ke rumah teman Oman dijamu dengan makanan sepanci untuk porsi sendiri! Mateng kan! 

Jadi kalau suka makan, yuk main ke Oman!

Olrite, lima saja dulu yaa... nanti saya kumpulkan lagi yang lain dan saya tuliskan. Sebulan ini saya belum sempat kemana-mana. Hanya tempat kerja - apartment - tempat kerja. Semoga minggu depan bisa jalan-jalan jadi lebih banyak bisa berbagi cerita!!

Happy Weekday everyone!! 
Don't forget to love your self :)

A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates