Sunday, December 31, 2017

About Time, a Self Reminder

Tulisan untuk mengingatkan diri saya untuk bahagia



Kalau anda pecinta film, terutama film komedi romantis, kemungkinan besar anda tahu film ini. Sebuah film yang bercerita tentang seorang laki-laki British yang ternyata bisa menjelajah waktu (ke masa lalu). Bakat ini diturunkan dari ayahnya, dan kakeknya, dan kakek buyutnya, dan kakek buyutnya lagi. Saat menjelajah ke masa lalu dia dapat mengubah hal-hal di masa lalu, tetapi hanya yang khusus berkaitan dengan hidupnya. Jadi seperti kata ayahnya, (sayangnya) mereka tidak bisa membunuh Hitler di masa lalu dan mencegah terjadinya perang dunia.

Secara keseluruhan, ceritanya sangat sederhana. Tim (si penjelajah waktu) adalah pemuda canggung yang belum juga menemukan pasangan hidupnya. Setelah melalui beberapa kejadian dan dibantu dengan kemampuannya kembali ke masa lalu, dia menemukan pasangan jiwanya, Mary. Cinta mereka sederhana, seperti kisah cinta kita. Tak perlu drama mengharu biru, tetapi indah. Hingga mereka menikah dan punya anak. Beberapa kali Tim melakukan perjalanan ke masa lalu untuk "memperbaiki" hal-hal kecil di hidupnya. Beberapa berhasil, tapi ada juga yang gagal.

Sampai suatu hari, dia mendapat kabar bahwa ayahnya divonis kanker dan hanya punya waktu beberapa minggu saja. Tim dan keluarganya mereka sangat dekat, sehingga mendengar kabar ini Tim sangat terpukul. Saat dia pulang dan menghabiskan waktu dengan ayahnya, ada satu rahasia kecil dari ayahnya tentang tips untu menggunakan kemampuannya menjelajah masa lalu. Kata ayah Tim, coba ulangi lagi hari yang sudah lewat sekali lagi tanpa mengubah apapun tetapi untuk mensyukuri setiap hal besar maupun kecil yang terjadi dalam hidup.



Nah, part ini yang benar-benar mengena untuk saya. Setelah nonton film ini sekali lagi, baru saya mendapat pesannya.

Entah apa mungkin karena sudah sifat dasar manusia, kita cenderung menghabiskan banyak waktu untuk meratapi ketidakberuntungan daripada mensyukuri segala kebaikan. Lihat saja contohnya di TV, ketika beritanya adalah tentang bencana, tentang kasus korupsi, ataupun kasus-kasus kotor lainnya pasti pemberitaannya bersegmen-segmen, berjam-jam. Sedangkan kalau berita-berita baik, seperti misalnya atlet memenangkan kompetisi, penanaman sejuta pohon, pemenang penghargaan kalpataru, atau anak SMA pemenang olimpiade matematika beritanya hanya seperempat segmen. Beberapa detik saja. Rasanya kurang imbang.

Kalau ditanya kenapa, alasannya karena berita baik kurang menarik minat penonton berita. Sementara namanya stasiun TV kalau tidak ada yang nonton, tidak ada iklan, tidak ada pemasukan, bisa bangkrut.

Ah, tulisan ini sebenarnya bukan tentang TV, ini lebih tentang bagaimana mensyukuri setiap kejadian-kejadian kecil setiap hari. Tidak usah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk setiap hal buruk yang terjadi dalam hidup. Karena kalau mau adil pada diri kita, dalam waktu satu hari, tidak semuanya buruk. Pasti ada hal-hal baik. Berbagi tawa disaat makan siang dengan sahabat, air panas untuk mandi di pagi hari, kelap kelip lampu kota yang menemani jam pulang kerja, pilihan lagu-lagu favorit di spotify, dan bahkan banyak hal indah lainnya!

Seorang kawan pernah berkata pada saya "in life you need both positive and negative energy Winda. Just like the battery, you need both side to get the power"

Sempat saya mempertanyakan beberapa keputusan yang saya ambil dalam hidup. Tidak sepenuhnya menyesali, tetapi mengevaluasi (dan menuju ke arah penyesalan! Hahaha...) Merasa bahwa tidak ada lagi hal baik yang terjadi di sekitar saya, berpikir kenapa saya bisa mengambil keputusan ini. Apalagi saat menjalaninya rasanya banyak hal yang tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan. Rasanya terlalu banyak hal buruk terjadi. Menyalahkan keadaan, menyalahkan diri sendiri.

Pada akhirnya, saya malah kelelahan. Menghabiskan terlalu banyak energi untuk menyesal dan memarahi diri sendiri. Hasilnya, saya tambah stress! Ya, seolah-olah alam semesta berkonspirasi untuk membuat saya tidak nyaman. Parah kan!

Lalu, satu hari sabtu saya menonton ulang film ini. About Time. Dan disana saya merasa malu pada diri saya sendiri. Why on earth I did this to myself! Kenapa saya menyakiti diri saya sendiri. Kenapa saya tidak memberikan diri saya kesempatan untuk menikmati indahnya hidup.

Pelan-pelan saya berusaha untuk mensyukuri hal-hal kecil yang terjadi. Dari yang paling kecil, seperti sedapnya mi instan rasa soto yang biasanya tidak pernah habis saya makan waktu di Bali. Hangatnya matahari pagi dengan sedikit hawa dingin yang menyapa kulit saya. Lalu cerita seorang sahabat yang menertawakan dirinya sendiri ketika dimarahi atasannya, sampai pelukan beberapa anak kecil yang akhir-akhir ini saya temui sebagai ungkapan terimakasih mereka pada saya.

Kartu ucapan tahun baru terbaik yang pernah saya terima. Bahagia!

Saya sadar, hal buruk itu tak lebih dari beberapa jam saja dari keseluruhan 24 jam. Kenapa saya harus fokus pada itu. Bukankah lebih banyak hal baik yang bisa membuat saya lebih bahagia??

Bahagia bukan tentang mengharapkan orang lain yang melakukannya untuk kita. Bahagia adalah state of mind, adalah tentang bagaimana kita memandang setiap keadaan. Tentang kita menghargai diri kita sendiri dan memberi kesempatan pada diri kita untuk bersyukur. Untuk saya, dari sana datang bahagia.

Seperti seorang sahabat kemarin mengingatkan saya, "watch and learn Winda, but don't let them change who you truly are!" Ah, betapa beruntungnya saya punya mereka. Mereka yang mengingatkan saya, siapa saya sebenarnya. Tidak akan saya biarkan beberapa hal yang tidak sesuai harapan membuat saya sedih terus-terusan, saya ingin menjadi saya yang bisa menertawakan setiap kejadian dalam hidup saya.

Yaps, banyak hal yang bisa membuat saya sedih, kecewa, marah dan sakit hati. Tetapi jauh lebih banyak lagi yang bisa membuat saya bahagia.

Terimakasih 2017 untuk segala hal luar biasa yang terjadi, dan 2018 adalah saatnya saya menikmati setiap detail kecil yang membuat hidup lebih berwarna.

Nebeng disini sekalian untuk cita-cita di tahun 2018 yaa:
1. Lebih banyak traveling - mudah-mudahan disempatkan ke Sumba
2. Lebih banyak menulis - 1 tulisan sebulan paling tidak
3. Lebih banyak membaca - 2017 membaca sekitar 50 buku, target 2018 dibuat jadi 60 buku mungkin ya!
4. Kumpul uang untuk 2 adik asuh kuliah!!! - ini alasan harus kuat!!! Apalah artinya berkorban sedikit demi mereka masa depannya lebih cerah! Semangat Kak Windaaaa!!!!!
5. Lebih banyak liburan dengan Ibu Bapak Wika Esa dan Kak Bayu!

Oman, 31 December 2017




Thursday, November 16, 2017

Pandangan Ideal Ibu-Ibu ala Sinetron VS Pandangan Absurd Ibu Saya

Saya tidak tahu bagaimana interaksi Ibu-Ibu lain dengan anaknya. Entah anugerah atau musibah (saya rasa sih anugerah) saya punya Ibu yang agak luar biasa.

Setiap ibu, pasti punya “keanehan” masing-masing. Tidak mungkin ada Ibu yang “senormal” ibu-ibu ideal yang digambarkan di senetron-sinetron Indonesia.

Nah, kadang saya suka membayangkan, bedanya Ibu ala sinetron dengan Ibu Saya menghadapi berbagai situasi sehari-hari.

Note: beberapa hal disini tidak patut dicontoh, perlu kedewasaan untuk memahaminya. Hahahaha

TENTANG KEBAYA
Ibu Sinetron : (setelah anaknya bilang bahwa dia akan membeli kebaya baru) Janganlah Nak, yang kemarin bahkan masih bagus dan belum sempat kamu pakai, masa sekarang beli lagi. Kasihanlah buang-buang uang.

Ibu Saya: (setelah saya bilang beli kebaya dengan model nyentrik dan saya menyesal karena harganya mahal) Widih, mahal amat Kak! Tapi ga apa, ibu seneng kamu beli yang bagus-bagus, nanti bisa ibu pakai. 

MASIH TENTANG KEBAYA
Ibu Sinetron: (setelah anaknya menyampaikan dia berencana membeli bahan kebaya baru) Ya sudah kalau kamu memang mau beli yang itu, biar nanti ibu yang bawakan ke tukang jait. Modelnya jangan yang seksi-seksi, malu sama tetangga.

Ibu Saya: (setelah saya mengirimkan foto jenis kain yang rencananya saya beli) Wah, bagus tu kak. Ibu suka warnanya. Oh iya, ibu hari ini juga mau ke tukang jait, mau ambil jaitan kebaya. Ada 7 kebaya baru yang baru selesai dijait.

TENTANG RENCANA MENIKAH
Ibu Sinetron: (ketika anaknya bercerita ingin membuat resepsi terpisah hanya untuk teman-temannya) Kalau memang rencanamu seperti itu, ya Ibu pasti mendukung. Jangan foya-foya. Buat yang sederhana saja.

Ibu Saya: (setelah saya bilang akan bikin makan malam khusus hanya bersama sahabat utk merayakan pernikahan) Ibu Ikut lah!

MENELEPON KETIKA ANAK JAUH
Ibu Sinetron: (memastikan paling sedikit seminggu dua kali untuk menelepon anaknya yang merantau) Kamu apa kabar nak? Sudah Makan? Kuliah Lancar?

Ibu Saya: (tidak menelepon sampai kita yang bilang: bu telpon donk! Kangen) Kak tau gak…. *dilanjutkan dengan gossip-gosip hits yang terjadi di sekitarnya! Hahahaha

KETIKA NAIK GAJI
Ibu Sinetron: (setelah tau anaknya naik gaji) Wah, syukurlah Nak.. Semoga selalu dilancarkan rejekimu. Pokoknya selama itu cukup buatmu, Ibu ikut bahagia.

Ibu Saya: (setelah saya beri tahu kalau saya naik gaji) naik lagi berapa?! Sini cari utangan lagi buat investasi. Klo ga dipaksa ini anak pasti uangnya abis-abis ga jelas!

TENTANG BOLOS SEKOLAH SAAT SEKOLAH TIDAK ADA KEGIATAN BELAJAR 
(Umumnya minggu setelah ulangan umum dan sebelum pembagian raport)
Ibu Sinetron: (setelah anaknya bilang kalau dia malas sekolah karena hanya pembersihan kelas) Tidak boleh begitu nak, ga boleh malas.

Ibu Saya: (saya hanya bilang bahwa hari itu tidak ada kegiatan belajar) ya udh, ga ush sekolah aja kak. Mending di rumah aja, bisa main. Hahahahaha….


TENTANG DIET UNTUK BAPAK
Ibu Sinetron: (Ketika suaminya kegendutan)  Bapak harus mulai diatur pola makannya biar sehat

Ibu Saya: (Ketika kami berkeras kalau bapak harus di diet biar kurusan) Yaahh.. kalau bapak diet trus siapa yang makan masakanku?!

Sebenarnya masih banyak hal absurd dan kadang tidak masuk akal yang ibu sering ibu sy katakan. Dan sesungguhnya dialah center of attention kami di rumah. Dimana ada ibu, disana ada keriaan.

Kapan-kapan saya cerita lagi tentang keanehan ibu saya ya…


Atau mungkin pada mau kenalan dengan ibu saya??

Ini dia Ibu saya. Ayo tebak umurnya berapa??

Wednesday, October 25, 2017

11 Tahun, Tentang Jarak yang Akan Semakin Lebar dan Cinta yang Semakin Besar

11 tahun, ini cerita tentang saya dan dia.

2017 - Balangan
11 tahun, jangankan orang lain, saya saya kadang bingung harus menulis apa lagi tentang kami. Entah karena terlalu banyak cerita atau entah karena terlalu banyak hal masih kami ingin jelajah berdua.

2017 - Maumere

11 tahun, dan saya bingung entah kado apalagi yang harus saya berikan pada Dje tahun ini Hampir semua sudah. Sementara tahun ini kado dari Dje ke saya luar biasa tak ternilai! Mengijinkan saya mengejar mimpi-mimpi saya yang tidak biasa, tak hanya mengijinkan, tetapi diapun bahagia dan ikut berjuang  bersama saya untuk meraih kesempatan-kesempatan yang mungkin tak akan datang lain kali.

2016 - Busungbiu
11 tahun, saya masih heran bagaimana bisa setelah sebelas tahun saya masih kasmaran dan tergila-gila pada Dje. Mungkin saya yang alay, atau memang ini namanya cinta. Banyak orang bilang, kalau pacaran terlalu lama nanti malah tak lagi seindah diawal. Seingat saya, setiap hari, setiap tahun, tak sedikitpun saya tidak merindukan dia.

2016 - Belitung
11 tahun, kadang ragu dan sering juga cemburu. Lebih karena jarang bertemu dan setiap bertemu selalu berkejaran dengan waktu. Kalau saja jarak dan mimpi bisa bersatu di satu titik temu. Sayangnya tidak selalu begitu. Kami seringnya harus sering berkompromi menyepakati ini itu. Tapi akhirnya kami bahagia dengan keputusan-keputusan tak biasa yang membuat banyak orang tergugu.

2015 - Semarang
11 tahun, ada banyak hal yang kami lewati bersama. Kadang ada sedih dan galau melanda. Tetapi lebih banyak senyum dan tawa, lebih banyak lagi cinta. Perjalanan-perjalanan luar biasa mengunjungi timur Indonesia dan pantai-pantai luar biasa. Dari Belitung hingga Maumere, tempat yang membuat orang lain geleng kepala. Tapi bagi kita perjalanan itu luar biasa. Dari Dobiel hingga Mina Segara. Tempat yang sama yang membuat kita lagi-lagi jatuh cinta. Sama seperti saya, yang lagi dan lagi jatuh cinta pada dia.

2016 - Kenawa
11 tahun, masih banyak mimpi yang harus kami penuhi. Mengelilingi setidaknya separuh bumi. Maunya dari Afrika hingga Gunung Fuji. Meski saya tahu, ke Arika dia tak sudi. Tapi saya akan membawanya kesana, saya janji! Lalu kita ingin menjelajah Santorini! Ah, mimpi kami memang terlalu tinggi. Tapi tak apa, karena mimpi adalah kunci. Seperti yang selalu Bang Ikal sebut dalam bait-bait puisi.

2015 - Semeti
11 tahun, dari saya masih gadis lugu unyu-unyu, hingga sekarang wanita meski tak lugu tapi masih lucu. Dari Dje bahkan belum mahir naik motor bebek sampai sudah nyopiri saya kemana-mana. Dari saya tak mengerti urusan teknologi sampai saat ini masih juga tak begitu mengerti! Hahaha… Luar biasanya adalah dalam waktu sebelas tahun ini meski banyak hal telah berubah, ternyata masih banyak yang tetap tak berubah. Dje tetap tak suka balung, saya tetap benci kucing, Dje tetap movie maniak, saya tetap novel addict, Dje semakin suka photography dan saya semakin suka bernyanyi. Meski suara sumbang kesana kemari.

2014 - Gili Meno
11 tahun, dan beberapa bulan lagi harus memulai babak baru. Ketika harus menanggung rindu lebih lama, ketika harus mengukur jarak yang lebih jauh, dan ketika waktu tak lagi sama. Harus pintar-pintar membuat janji untuk sekedar bicara. Harus lebih hati-hati menghitung agenda untuk bisa bertemu. Tapi saya yakin kami mampu menutup jarak dan waktu, ini bukan hal baru, tapi tentu saja harus lebih sabar, harus lebih mengerti dan tentu saja harus lebih memahami.

2012 - Balangan
11 tahun, dan saya bersyukur orang itu kamu. Kamu yang mengubah setiap ragu menjadi rindu. Yang mengubah sendu menjadi lagu.

2011 - Ubud
11 tahun, dan saya cinta kamu. Dari dulu selalu begitu. 

2010 - Kedisan
2009 - Gili T
2008 - Somewhere in Kuta

Sunday, September 17, 2017

Me-Manage Perasaan Ketika Menjalani LDR

Menjaga hubungan terpisah pulau,
Adalah tentang membatasi bertemu,
Membunuh ragu,
Terkadang terkuras cemburu,
Me-manage rindu
Ya, rindu yang kadang tak kenal waktu
Tapi kalau cinta ya memang begitu…


That day, when we promise to travel the world together

Kalau teman-teman merasakan emosi yang sama dengan barisan kalimat diatas, tak diragukan lagi anda menjalani hubungan jarak jauh a.k.a LDR.

Sejauh apapun (mudah-mudahan bukan sejauh aku dimasa kini kamu dimasa lalu ya.. hehehe) asalkan cinta pasti ada jalan. Saya sangat percaya, terlalu percaya malah. Bagaimana tidak percaya kalau ini adalah satu-satunya hubungan yang pernah saya miliki dan langsung LDR dan baru 11 tahun berjalan. So, actually, this is the only relationship form that I know. Hahaha…

11 tahun ini banyak yang bertanya apa yang paling susah dari LDR yang saya jalani, dan bagaimana membuatnya tetap bertahan. Banyak banget kok yang nyinyir dengan bilang bahwa: ga mungkin Dje setia disana, atau seharusnya kami segera menikah dan ikut Dje kemanapun dia pergi, atau tidak mungkin membangun hubungan seperti ini terus menerus.

Entahlah, buat saya hubungan ini berhasil. Tak selalu mudah, tak selalu indah, tapi berjalan dengan luar biasa baik dan luar biasa menyenangkan. Setiap orang punya kondisi idealnya masing-masing. Ada yang idealnya tinggal serumah dulu baru bisa saling percaya. Ada yang idealnya dinikahi dulu baru bisa saling percaya, dan ideal-ideal lainnya. Sama seperti ukuran celana panjang, ukuran saya 12, belum tentu semua orang fit di ukuran 12 kan J

Sangat banyak hubungan-hubungan LDR yang berhasil di luar sana. Mulai dari kawan-kawan yang bekerja ke kapal pesiar dan hanya bertemu keluarganya setahun sekali, mereka yang bekerja sebagai TKI hingga ke Jepang dan belum tentu bertemu kekasihnya setahun sekali. Mau tau yang lebih extreme lagi, itu ada para astronot yang bertugas menjaga stasiun luar angkasa. Seperti yang diberitakan NASA baru-baru ini. Jangan hanya berpikir tentang berapa banyak hubungan LDR yang tidak berhasil, karena kalau mau fair, tanpa LDR-pun banyak hubungan yang gagal. So, this is not really because of the LDR, but it is really about the commitment from both.

When we were 7 years together

Anyway, buat saya tantangan terbesar dalam LDR adalah managing my expectation. Di awal pacaran, seringnya saya kecewa berat karena urusan remeh temeh ini. Uring-uringan juga karena hal-hal kecil yang saya harapkan terjadi tapi ujung-ujungnya tidak sesuai harapan.

Contoh 1 dan yang paling sering terjadi adalah jadwal bertemu. Entah Dje yang pulang atau saya yang mengunjungi dia. Biasanya kan kalau naik pesawat, saya sudah semangat 45 jemput dia sesuai dengan jadwal pesawat tiba. Eh, taunya pesawatnya delay! Delay-nya juga kebangetan, pernah sampai 3 jam sendiri. Kan syebel ya.. padahal rencanannya udah macem-macem. Sampai Bali langsung makan sana sini, jalan sana sini, akibat delay ya wis sanggupnya makan babi guling di kuta karena cuman itu tok sisa yang buka dari semua rencana yang disiapkan! Hahaha..

Lain urusan kalau dia pulang naik kapal laut, perjalanan harusnya 7 jam sudah sampai. Ini lebih parah dari naik pesawat bahkan, jadi kadang ya sudah sampai di pelabuhan, tinggal turun saja, kapalnya ngetemnya itu naudzubillah lamanya! Jadi pengen gigit-gigit bangku dah rasanya.

Dulu.. urusan gini-gini bikin saya uring-uringan ngomel-ngomel tidak jelas. Yang kena omel ya Dje, sebenarnya ya kasian bgt sih dianya, dia ga ada salah apa-apa, dia juga ingin cepat bertemu, tapi dia juga tidak bisa apa-apa, tapi saya malah ngomelin dia. Sukurnya dia level kesabarannya sudah setingkat dengan para guru di Kamar-Taj! Jadi ga boleh ya ngomel-ngomel gitu ke pacarnya.

Sekarang.. sudah jauh lebih sabar, ikhlas dan tawakal. Tanya saja Dje, tidak ada lagi saya yang dulu misuh-misuh ga jelas. Meskipun gondoknya segede bakso tenis, ya ga usah ditelan gitu aja, nanti malah keselek tidak bisa napas. Kunyah pelan-pelan baru telan (apaan sih ini). Maksudnya, kalau sekarang Dje pesawatnya delay atau ngetem di lautnya lama ya wis saya biasanya tidur dulu di rumah, atau baca novel dulu, kuris bulu kaki dulu, bersihin kandangnya Blu dulu, atau apalah kegiatan-kegiatan yang membuat hati gembira.

Dan kamu selalu berkata: sebentar lagi sudah ketemu, sabar ya sayang

Contoh 2 tentang cemburu menguras hati. Ya masa saya tidak pernah cemburu, yang lebih sering ketemu dia adalah mbak-mbak cantik di lingkungan pergaulannya daripada saya, pacarnya sendiri. Belum lagi Dje ini adalah tipe makhluk hidup yang berprinsip bahwa membantu sesama makhluk hidup lain itu wajib hukumnya meskipun membuat pacarmu uring-uringan setengah pengen teriak-teriak saking sebalnya.

Permasalahannya adalah, mungkin saya terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh (semacam mbak-mbak korban sinetron kan ya) jadinya ketakutan saya adalah orang lain menganggap kebaikan Dje sesuatu yg berbeda. Seperti yang selalu saya katakana pada dia “saya percaya kamu, orang lain yang tidak saya percaya.

Bersyukurlah kalau kalian bukan tipe yang mudah cemburu atau yang pacarnya tidak mudah cemburu. Masalah nomor 2 ini tidak akan terjadi. Tapi kalau ini terjadi, tips saya hanya satu, PERCAYA. Ya hanya itu, percaya pada Dje, percaya pada pertanda, dan percaya bahwa kalau sampai Dje macam-macam, siap-siap ada tivi 21 inch di perutnya (ini kalau org bali mesti ngerti maksudnya. Hahaha…)

You put your arms around me and I'm home!

Eh serius, cemburu itu buat saya penting. Perdebatan-perdebatan akibat cemburu ini biasanya berakhir manis. Semanis misalnya, Dje akan bilang “Iya pulang nanti kamu boleh deh belanja sepuasnya biar ga ngambek lagi” (I wish dia akan ngomong gitu! Hahaha…)

Tapiii, jangan hanya percaya hati. Khususnya saya, hati saya kadang suka nipu. Dia hanya memberi tahu saya apa yang saya ingin tahu, bukan apa yang saya harus tahu. Imbangi juga dengan logika, baca pertanda, lihat perubahan-perubahan kecil.

Contoh 3 tentang waktu bertemu yang berlari secepat Usain Bolt! Kuenceeeng reeeekkk!!! Niatnya saat ketemu jalan-jalan ke pantai ini itu, mengunjungi si ana dan si anu, nonton film ini itu, makan disini dan disitu. Kenyataannya, dari sebegitu banyak rencanya yang dijadwalkan palingan sanggupnya nonton film, makan malam sekali, ke pantai sekali, makan babi guling dua kali, sisanya leyeh-leyeh malas-malasan di rumah sambal baca novel dan nonton tivi, tetiba sudah waktunya ke bandara!

Ini buat saya masalah besar, rindu belum juga berlalu, tapi jadwal pesawat sudah menunggu. Belum juga sempat membawa mobil ke tempat cuci, tapi detik jam lebih dulu mengingatkan untuk segera berkemas dan kembali ke seberang pulau.
Kami kehabisan waktu dan museumnya tutup, dan janjimu untuk membawaku kembali sudah terpenuhi.

Sampai sekarang, Bandara menjadi lokasi yang dilematis bagi saya. Tempat saya penuh suka cita ketika menjeputnya. Tempat saya manyun, kadang tersedu ketika harus mengantarnya kembali.

Dulu, ketika jadwal bertemu saya sibuk berencana melakukan ini itu sampai sedetail-detailnya waktu. Niatnya biar maksimal, biar semua rencana terlaksana. Ujung-ujungnya, semua rencana sih terlaksana, tapiii… jadinya kita berdua terlalu kelelahan. Kesana kemari, jadinya malah tidak sempat ngobrol, bercerita dari hati, jadinya saat berpisah dalam kondisi lelah fisik dan lelah hati.

Sekarang, ketika jadwal bertemu, saya tetap merencanakan hal-hal yang ingin kami lakukan atau tempat-tempat yang ingin kami kunjungi (terutama makan dimana), tetapi yang kami perbanyak adalah waktu berdua untuk bercerita. Berpegangan tangan, bertatapan, tertawa, itu yang kami perbanyak.

Saya sangat mengerti, biasanya kita sangat ingin mencoba ini itu berdua, apa-apa bedua. Sehingga ketika bertemu itu semua dimampatkan dalam jadwal. Tidak usah, nikmati saja yang ada, perbanyak waktu bicara dan bercerita.

Contoh 4, jadwal bertemu yang tidak menentu. Pastilah ya kita mau setiap hari spesial si pacar ada bersama kita. Valentine, ulang tahun, anniversary, tahun baru, kawinan sahabat, saat antre dokter, acara-acara kantor, dsb-dst. Tapi apa daya, seringnya acara-acara macam itu jatuhnya tidak selalu weekend. Kalaupun weekend belum tentu ada uang untuk beli tiket pesawat. Akibatnya, lebih banyak momen spesial itu kita lewatkan sendiri.

Mencoba “sok kuat” atau “sok cuek” dengan bilang: ga usah valentine juga untuk ungkapin sayang, atau semacam kami bukan pasangan romantis yang ingat hari jadian, atau modelan wah kita sih cuek ya ga pakai kasi-kasi surprise pas ultah. Padahal dalam hati rasanya disayat sembilu, trus dikasi garam, tambah terasi dikit, cabenya 7, dicocol mangga muda. Perih, pedes, asem!!

Dulu, masih suka merengek sama Dje biar bisa valentine sama-sama atau nge-date pas anniversary. Ketika Dje menjelaskan alasan logis kenapa hal itu tidak mungkin dilakukan (karena di tengah-tengah weekdays, atau tanggalan sudah terlalu ranum sehingga saldo ATM mengering, atau harga tiket pesawat ke Bali yang harganya nampol jidat sampai benjol) saya biasanya ngamuk-ngamuk dan uring-uringan. Padahal tidak ada faedahnya sama sekali, karena kekesalan saya tidak akan membuat kami bisa ketemu yang ada saya malah tambah sakit kepala.

Sekarang, sudah sangat terbiasa tidak ditemani ketika ulang tahun, atau malam mingguan dengan lembur kerja di kantor atau anniversary dirayakan dengan post foto manis di Instagram. Yang jauh lebih penting bagi kami adalah long weekend dan kapan jatah saya dibolehkan cuti dari kantor! Itulah perayaan kami! Lalu ketika hari-hari special bukan berarti terlewat begitu saja, Dje tetap pacar yang luar biasa romantis (saya yang hopelessly romantic). Selalu ada sepenggal tulisan penanda cinta, terkadang bunga yang disiapkan dibantu kawan-kawan baik, dan tentu saja kalimat-kalimat menenangkan (sekaligus menyebalkan semacam: sabar ya, seminggu lagi ketemu).

8 hours trip to Sumbawa, and it worth every second we spent together

Jadi, selama 11 tahun menjalani LDR dengan bang Dje, pelajaran utama yang saya petik (jambu kali dipetik) adalah tentang ilmu sabar dan ikhlas. Beneran deh, sabar menunggu, ikhlas tidak bertemu.

Juga tentang belajar me-manage harapan. Agar tidak kecewa ketika ternyata tak jadi bertemu, agar tidak terlalu terpuruk ketika jumlah pulau yang membatasi semakin banyak dan semakin lebar. Agar tidak terluka ketika tidak ada genggaman tangan dan pelukan yang menenangkan, bahagia dengan susunan kata yang menggantikan waktu-waktu yang tidak dilewati bersama.

Not always colorful, but for sure beautiful

Bukan tentang mengeluhkan apa yang tidak terjadi. Tetapi tentang mensyukuri apa yang bisa kita lakukan bersama. Bukan tentang menyesali momen yang terlewat begitu saja, tapi tentang menjadi bahagia saat kita bisa bersama.

Bukankah kalau benar-benar cinta, semua lebih mudah?

Bukankah kalau benar-benar cinta, cerita pada akhirnya akan indah?

Selamat mengawali minggu dengan ceria, semoga tidak gundah.


P.S to Dje : Have I told you lately that I love you? 
Cikal bakal memulai liburan rutin tahunan :)

Saturday, September 9, 2017

Enaknya Punya Pacar Suka Foto

Bukan, pacar saya bukan photographer.
Kalau lagi siap-siap ambil foto
Pacar saya adalah laki-laki tulen, yang kebetulan punya kamera dan niat banget memanfaatkan kameranya untuk mengambil foto sunset, foto saya, dan foto-foto ketika kami berdua. Ya, saya memang beruntung, dan memang ada beberapa mbak-mbak yang iri juga gegara pacar atau suaminya ogah kalau diajakin berfoto.
Tukang foto yang juga suka difoto
Saya memang bahagia dengan hobby Bang Dje ini, bukan hanya saya yang kena bahagianya. Keluarga saya (terutama ibu dan tante-tante saya) juga agak terlalu bahagia kalau Dje ikut di liburan keluarga, alasannya adalah "Enak kalau ada Bayu, ga disuruh langsung di-foto-in. Fotonya juga bagus-bagus banget" Hahahaha... harap maklum ya, biasa kan ibu-ibu jaman sekarang juga kan eksisnya minta ampun di sosial media.
Foto model gini yang membuat ibu saya makin sayang sama Dje! Ha!
Aslinya, saya tidak terlalu suka berfoto. Apalagi kalau harus pakai kamera HP dan berfoto sendiri. Duh, malasnyaaa.. karena hasilnya jelek, saya yang tidak pandai berpose. Belum lagi kalau selfi dengan kamera HP, yang kelihatan muka semua sangking lebarnya ini wajah saya! Jadilah berfoto bukan kegiatan kesukaan saya.

Tapiiii, lain cerita kalau Dje pulang dengan kameranya. Soalnya foto-fotonya mesti bagus. Bukan hanya tentang kameranya, tapi juga tentang dia yang sangat sabar menunggu momen, mencari sudut yang pas, menunggu cahaya matahari yang pas, dan semua proses itu.
Foto modelan ini yang membuat cerita menjadi berbeda
Nah, dalam proses itu, Dje yang super sabar harus menambah lagi extra sabarnya untuk menghadapi saya. Ya, kelakuan saya kalau difoto yang suka aneh-aneh. Hahahaha... loncat sana sini, monyong gini gitu. Tapi saya juga sabar lho, coba deh fotoan sama Dje, akan sangat sering dia bilang "maju dikit yang, kanan lagi, kiri dikiiit, kiriii bukan kanan" sambil dia tunjuk-tujuk jari seenaknya, mana saya mudeng mana kanan mana kiri ya.. hahaha...
Pose habis gaya 1

Pose habis gaya 2

Pose habis gaya 3

Pose habis gaya 4

Belum lagi kalau skenarionya adalah saya hanya menemani dia hunting foto, nah saya paling duduk ndemprok di sudut sambil baca novel tiba-tiba dengar instruksi dia semacam "tegakin badannya yang, geser dikit novelnya biar ga ketutup mukanya, mundur dikiiit lagi" dih, kan saya ga ganggu dia hunting foto, harusnya dia juga ga ganggu saya baca kan.
Sunset Single Fin
Sunrise Sanur


Sunset Tegal Wangi

Tapi tak mengapa, karena hasil photonya itu tjakep abieeezzz!!!

Jadi, pesan moral dari tulisan yang kurang penting ini adalah:

1. Kalau mau punya banyak foto-foto bagus, carilah pacar yang suka foto. Not necessarily photographer ya, tapi harus yang suka fotoin kita. Soalnya saya banyak punya kawan photographer, tapi giliran fotoin pacarnya malas. Atau sebaliknya, jangan yang asal punya kamera bagus. Ada juga kawan saya kameranya bagus dan mahal tapi tidak pandai cari sudut foto, ya kasian kamera mahalnya.
Lucu kaannnn

2. Kalau pacarnya mulai bilang "aku mau beli lensa baru ya.." sudah amini aja. Syaratnya satu, dia pakai duit dia sendiri. Kan faedahnya untuk kita juga.. hahahaha...

3. Bersiaplah menemani dia hunting, tips dari saya, kalau hunting ini biasanya kan lama ya. Bawa deh hal-hal yang menemani menunggu. Misal, novel, HP full charge (oh siap-siap juga kalau ternyata tidak ada sinyal), kain pantai buat leyeh-leyeh, air minum (sekalian cemilan dan rujakan juga monggo). Mayan kan selesai hunting dapat foto gini.

Ini saya effortless karena Dje yang kesana kemari

Yang ini full effort karena saya kesana kemari dan ngotot novel harus keliatan!

4. Bukan berarti foto-foto saya super bagus kualitas photographer profesional ya, tapi menurut saya dan Dje photo kami ini lucu-lucu. Jadiiiii, dan ini point paling penting, foto-fotonya bisa dipakai untuk photo Pre-Wed! jadi tidak usah keluar uang lagi! #tipskawinanirit
Mayan lah ya buat foto pre-wed.

5. Banyak sabar, biasanya foto bagus itu perlu berpanas-panas, beberapa kali percobaan, beberapa kali tidak boleh gerak-gerak selama beberapa detik (dan ini susah!), beberapa kali nahan pipis dan sering kali diliatin orang-orang!
Ini contohnya tempatnya yang berpanas-panas

Tapi akan lebih bagus lagi kalau lakiknya tidak suka foto, pun perempuannya. Saran saya jangan baca tulisan ini, tidak berguna samasekali bagi anda soalnya! Hahahaha...

Selamat berakhir pekan, selamat berkumpul bersama yang tercinta 😍

Thursday, July 27, 2017

29 Tahun dan Terus Belajar dari Kehidupan

Beberapa waktu terakhir ini emosi saya seperti naik roller coaster.



Naik turunnya agak terlalu extreem. Saat naik tinggi tentu tak mengeluh karena bahagianya luar biasa, seperti ketika berlibur ke Maumere, berbagi seekor babi guling selepas odalan di kantor, atau ketika mendapat kejutan ulang tahun super manis dari teman-teman.

Yang menjadi masalah tentunya ketika kurvanya curam menurun. Rasanya sangat sedih, terpuruk, menangis (yang bahkan ibu saya berkata, tumben Winda nangis), dan marah! Ingin menghujat seisi dunia, merasa semua tidak adil, merasa kecil dan tak berdaya.

Saat itu (kurva menurun) sebenarnya saya langsung ingin menulis. Menjabarkan argumentasi-argumentasi logis bahwa saya benar dan mereka salah. Menguliti semua yang saya anggap menentang saya dan membeberkan aibnya pada dunia.

Ya, saya bahkan sudah siap dengan semua data dan fakta yang mendukung argumentasi saya. Saya siap menyerang, saya siap marah. Bagi saya, untuk urusan ini, urusan yang menyangkut prinsip hidup, tidak ada yang boleh mengganggu keputusan saya. Kalau memang mereka tidak terima, saya siap untuk bersama-sama terbakar dan kalah menjadi abu.

Mengerikan bukan?! Ya, begitulah kira-kira saat ego membutakan mata, saat emosi menguasai kepala, pada hakikatnya begitulah manusia terpuruk dalam keangkuhannya sendiri

Bersyukur saya punya orang tua luar biasa. Ibu dan Bapak saya, mereka yang dengan segala upaya berusaha menenangkan saya. Berkali-kali membisikkan agar mengalah untuk menang, mengingatkan saya untuk lebih tenang, berpikir kembali, menata hati, bicara sebagai orang dewasa - bukan sekedar badan saya yang dewasa.

Entah orang tua saya hatinya terbuat dari apa, bahkan teman-teman saya juga heran.. kata mereka kalau org tua saya bukan Ibu Bapak , pasti saya sudah dibantu menyusun strategi menyerang. Atau lebih-lebih, pasti mereka sudah menyuruh saya berhenti berurusan dengan pihak sebelah.

Ini mereka, Ibu Bapak Juara Satu

Nyatanya tidak, nyatanya mereka benar.. Mereka benar bahwa dengan lebih tenang, pikiran akan menjadi lebih terbuka, hati menjadi lebih lapang, dan sadar ketika kita ngotot melawan apalagi dengan kekerasan, pada akhirnya kita sama saja seperti mereka.

Bersyukur saya didampingi pacar luar biasa. Yang menguatkan di setiap sedih dan menjadi sandaran ketika jatuh. Entah dimana dia mendapat hati sebesar itu, menjadi penampungan segala frustasi dan kemarahan saya. Entah dimana dia mendapat hati sebaik itu, memaafkan semua kesahalan dan mengalah demi kebaikan saya.

Ini juga Dia yang cintanya Luar Biasa
Entah kenapa dia bisa mencintai saya...

Jika tiba waktunya, tentu ada saatnya bertahan dengan apa yang saya yakini atau malah mengalah demi apa yang mereka yakini.

Tetapi sekarang, saya rasa cukup meresapi setiap sakitnya. Menikmati setiap nyeri dan luka yang dibuatnya. Membuat saya sadar, betapa selama ini hidup saya sempurna.

Ketika belakangan ini tidak ada lagi yang perlu saya keluhkan. Saya punya pekerjaan yang sangat saya cintai, teman-teman kerja yang selalu membuat saya bahagia, adik-adik yang tidak pernah merepotkan dan selalu menjadi penghiburan, pacar dengan cinta seluas semesta dan tentu saja orang tua luar biasa dengan cinta tak berhingga.

Ketika semua berjalan seperti seharusnya dan tidak ada alasan saya untuk tidak bahagia, apakah cobaan kecil ini harus menghancurkan semuanya? Tentu saja tidak, dan sudah pasti tidak.

Ya, saya sempat jatuh terpuruk dan bersedih.
Tetapi itu hanya sebentar, bukankah untuk mensyukuri semua kebahagiaan kita harus pernah berpapasan dengan kesedihan?

Ya, saya sempat kecewa dan menangis.
Tetapi itu hanya sesaat, apa yang saya alami ini adalah penyeimbang hidup. Bukankan di bumi ini semua harus berpasangan dan seimbang?

Saya masih belajar mejadi sabar, menjadi dewasa, belajar mengalah untuk pada akhirnya memenangkan kebahagiaan.

29 Tahun, dan ini adalah awal dari semua pelajaran.

29 Tahun, dan saya bahagia



Monday, July 17, 2017

Masa Paling Indah – Masa Sekolah Dasar: Part 2 – Kegiatan-Kegiatan yang Berfaedah

Minggu pertama masuk sekolah! Yang riweh bukan hanya anak-anak sekolah. Orang tuanya lebih rempong lagi! Menyiapkan seragam, buku tulis, buku pelajaran, alat tulis dan segala printilan kecil-kecil sampai topi, dasi, pita rambut, segala rupa. Sampai urusan cukur rambut segala.



Saya buktikan sendiri. Setelah liburan sebulan, dan tahun ajaran baru, hari Sabtu kemarin toko buku Gramedia ramainya bukan main! tumben-tumben saya lihat mereka sampai buka 5 kasir dan di masing-masing kasir ada 15-20 orang antre. Rata-rata membeli buku dan alat tulis. Begitu juga saat saya mampir ke toko buku dekat rumah hari Minggu kemarin. Ramainya lebih-lebih! Bahkan disertai drama seorang anak menangis dan berguling-guling di lantai hanya gara-gara tidak dibelikan set buku tulis yang diinginkan. Memang kadang-kadang anak kecil itu kejam.

Keriaan hari minggu awal sekolah ini mengingatkan saya kembali tentang kenangan masa SD saya yang luar biasa indah dan unbeatable!

SD saya ada di kampung kecamatan. Tidak bisa dibilang pelosok karena terletak di jalan utama penghubung antar dua kabupaten, tetapi tidak bisa juga dibilang sekolah kota karena sekolah saya tidak ada pagarnya. Di belakang kelas saya ada kebun pisang yang rimbun, dan di persis di sebelah saya ada kali kecil yang dulu jadi tempat mandinya orang-orang sekitar.

Bagi saya, masa SD adalah masa luar biasa, ketika saya tak perlu khawatir gendut, jerawat, dan masalah-masalah remeh temeh orang dewasa lainnya. Masa ketika "taking the risk" bukan hanya motto di resume kerja, tetapi benar-benar saya lakukan.

Jadi, ini beberapa hal luar biasa di SD saya.

1. Piket Kelas, Liburan Juga Piket!
Apakah disekolahmu dulu ada jadwal piket harian? Di sekolah saya ada. Jadi setiap hari kami piket bergilir. Dari 40 orang siswa, setiap hari satu regu piket terdiri atas 5-6 orang yang mendapat giliran piket. Tentu saja kami harus membersihkan ruangan kelas, termasuk menyiapkan vas bunga untuk meja guru, ember kecil berisi air bersih untuk guru cuci tangan setelah mengajar (maklum, jaman itu sekolahan masih pakai kapur tulis, spidol masih barang mewah lah). Lagipula di sekolah kami tidak ada petugas kebersihan sekolah, jadi kebersihan adalah tanggung jawab penuh kami semua.


Beginilah kurang lebih suanasan piket kelas. Masih ingat??
Biasanya piket kelas paling rempong kalau diminta membawa vas bunga (lebih tepatnya, ibu-ibunya yang rempong) karena kan kita berusaha sangat keras untuk mendapat pujian dari guru (kelakuan ya...) jadi pasti di rumah merengek-rengek minta dibuatkan yang bagus. Sampai suatu hari ibu saya kesal krn bolak-balik harus membuatkan vas bunga, dia belikan saya vas bunga plastik yang cantik. katanya sekalian taruh di kelas tiap hari biar teman-temannya tidak repot lagi bawa-bawa dari rumah. Dari saya saya tau kalau ibu saya itu visioner (atau sebenarnya males ribet, beda tipis!)

Yang paling cadas dari urusan per-piket-an ini adalah, liburan sekolahpun piket tetap jalan!! Jadi setiap pagi kita tetap harus datang ke sekolah dan bersih-bersih seperti biasa (kecuali urusan bawa vas bunga dan air cuci tangan guru saja). Nah, saya tergolong bandel urusan ini, saya super jarang ikut piket saat liburan sekolah. Saya lebih memilih kabur sesegera mungkin setelah ulangan umum ke rumah nenek. Jadilah hukuman saya paling berat, yaitu bawa batu kali yang segede kepala! Hahaha... batunya bukan buat nimpukin saya lho.. tapi buat nambah-nambah material kalau ada pembangunan di sekolah. Cemerlang kan idenya!

Sekarang setelah dewasa, saya baru sadar kalau piket kelas ini bukan sekedar tentang membersihkan kelas saja. Tapi pelajaran moral dan tingkah laku! Ya disekolahlah saya belajar caranya menyapu, mengepel lantai, menghargai kebersihan. Kalau kotor kan yang repot kita juga. Entahlah jaman sekarang anak SD masih ada piket kelas atau tidak.

2. Kutukan Pup Anjing
Judulnya agak menyeramkan, aslinya juga agak menyeramkan sekaligus menjijikkan sebenarnya! Hahahaha...

Jadi, masih berkaitan dengan piket kelas. Kita tidak hanya bertugas menjaga kebersihan kelas sendiri tetapi juga kebersihan halaman. Jadi setiap kelas sudah "dijatah" bagian mana. Semakin tinggi kelas, semakin banyak jatahnya. Contohnya, anak kelas 1 belum kebagian jatah (karena masih kecil, bisa lap ingus sendiri saja sudah syukur ya), lalu anak kelas 2 di halaman pura sekolah yang relatif kecil, anak kelas 4 di halaman belakang sekolah, dan yang paling luas tentu anak kelas 6 yaitu di lapangan utama sekolah tempat kita upacara bendera (luas lapangannya kira-kira setengah lapangan sepak bola!)

Jadi harus pintar-pintar membagi waktu untuk membersihkan semuanya sebelum jam bel sekolah (jam 7.15 sepertinya berbunyi). Jadi sudah merupakan pemandangan jamak kalau pagi-pagi buta, anak-anak SD di kampung saya sudah berduyun-duyun berangkat sekolah. Ada bahkan jam 5.30 sudah disekolah! Aseli deh saya tidak bohong. Sebab, selain urusan membagi waktu untuk membersihkan jatah piket, ada urusan yang lebih krusial lagi, yaitu pup anjing!

Nah, tadi kan saya sempat cerita kalau sekolah saya tidak berpagar, jadi anjing-anjing kampung itu bebas berkeliaran terutama selepas jam pulang sekolah. Berkeliaran dan pup lebih tepatnya! Siapa yang harus membersihkan pup mereka? ya petugas piket!! Siapa lagi... hahahaha....

Pengaturannya adalah, nasib ditentukan oleh tingkat kerajinan. Semakin belakangan kita datang, semakin besar peluang untuk membersihkan pup anjing ini! Contoh, dari 7 orang yang piket, saya adalah yang datang terakhir, nah kalau ada 1spot pup anjing, maka itu menjadi jatah saya. Kalau ada 2 spot, jadi jatah org yg datang ke-6 begitu seterusnya. Sialnya ya lagi-lagi karena saya pemalas, saya termasuk golongan-golongan korban kutukan pup anjing! Hahahaha...

Kalau anjingnya unyul gini sih saya ikhlas! :)
Pesan moral dari kegiatan ini, entahlah apa. Mungkin dengan berurusan dengan hal ini dari kecil, saya tidak menjadi orang yang gampang jijik. Santai aja sob, dari kecil sudah khatam bersihin pup anjing! Hahahahahaha....

3. Mencari Batu ke sungai
Lagi-lagi bukan urusan belajar, sekolahan jaman dulu belum ada dana bantuan ini itu dari pemerintah maupun NGO. Jadinya kalau mau ada membangun sesuatu harus bisa irit-irit jatah dari pemerintah dan pandai-pandai putar otak untuk memanfaatkan segala sumber daya.

Kalau tidak salah, waktu itu sekolah kami akan membuat tembok beton untuk tanah miring yang agak berbahaya bagi para siswa. Nah, tembok ini kan perlu batu yang banyak ya.. jadilah di masa-masa setelah ulangan umum, kami semua dari kelas 1 sampai 6 diajak ke sungai untuk mencari batu! Jadi ukuran batunya sudah ditentukan ukuran minimalnya, 1 orang cukup mengangkut 1 batu saja. Nah, saat itu kegiatan ini malah yang paling saya tunggu-tunggu. Ke sungai yang cukup jauh, melewati kebun-kebun kopi, jalanan tanah yang curam, tapi kami bahagia, karena bisa bermain air di sungai beramai-ramai! Tentu ibu bapak guru juga menemani

Kurang lebih penampakan sungai kampung saya (photo dari google)
Kalau sekarang sepertinya tidak ada lagi. Kalau ada mungkin sekolahnya sudah dituntut pasal exploitasi anak di bawah umur oleh para orang tua!

Tapi saya benar-benar bahagia dengan kegiatan ini. Menjadi sangat dekat dengan teman-teman. Belajar tentang gotong royong (tidak pragmatis semata) sambil bermain.

4. Kutu Rambut Sebagian dari Tren
Menurut sharing pengalaman yang tidak penting dengan beberapa teman, ternyata kasus kutuan pada anak SD tidak hanya terjadi di kampung saya lho! Di kampung-kampung tetangga bahkan sampai lintas kabupaten juga kasusnya sama. Rata-rata dari mereka kutuan saat SD.

Entah karena kami anak-anak SD ini rata-rata jorok amit-amit, atau kepala anak SD adalah lahan yang subur bagi para kutu! Yang jelas, saya kutuan waktu SD. Semacam penyakit kambuhan yang dialami semua orang. Dari kelas 1 sampai kelas 6, laki- laki dan perempuan, rata!

Mungkin juga dulu kami sekolah jalan kaki melewati kebun-kebun dan pohon asam yang tinggi-tinggi. Menurut legenda, kutu-kutu ini dijatuhkan oleh hantu-hantu penunggu pohon, absurd memang!

Di awal-awal kutuan, jadwal resmi pulang sekolah saya adalah mekutu (dicari kutu) oleh ibu. Ini bukan kegiatan yang saya suka. Samasekali bukan. Bagaimana tidak, saat mekutu waktu bermain dengan teman-teman jauh berkurang. Pun, ketika mekutu, ibu saya ganas!! Rambut ditarik-tarik, kepala ditoyor-toyor, pokoknya dia belum selesai kalau punggungnya sendiri belum sakit atau matanya belum berkunang-kunang. Semakin saya menangis, semakin gaharlah dia! Hahaha...

Sampai suatu hari mungkin ibu saya lelah juga, karena setelah berbulan-bulan dan mekutu setiap hari, kutunya bukannya berkurang tapi malah semakin subur beranak pinak. Lalu ibu saya membelikan saya obat anti kutu, mereknya Peditox. Masih ingat saya, baunya lebih menyengat dari karbol. Waktu itu doa saya cuma satu "semoga kepala saya tidak botak setelah di Peditox!"

Sukurnya tidak! Rambut saya bersih dari kutu, meski ya nanti kena lagi, di peditox lagi!

Ada banyak cerita seru lain yang nanti pasti akan saya bagikan.
Masa-masa sekolah, apalagi SD dan SMP harusnya adalah masa kita dipenuhi keceriaan dan kebahagiaan.

Sedih melihat minggu pertama masuk sekolah diwarnai dengan berita bullying yang terjadi.

Mungkin itu adalah dampak kemajuan jaman, tetapi itu terjadi karena kita semua terlalu lalai. Termasuk saya, karena terlalu asik berpikir bahwa kita pemeran utama dalam kehidupan.

Semoga kita semua bisa belajar, kita semua lebih peduli, dan kita semua membawa kebahagiaan bagi mereka semua!!

Selamat hari senin, selamat memulai sekolah!!

Keceriaan dan kebahagiaan mereka adalah tanggung jawab kita semua!



A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates