Friday, October 25, 2013

Smart guy = Sexy Guy

Seminggu terakhir sedang mengikuti serial TV Sherlock. Pemeran utamanya Benedict Cumberbatch and he is just sexy!! And I realize that I’m in love with him. Gila! Sekarang saya mengerti kenapa banyak cewek yang teriak histeris saat ketemu Rob Pattinson atau ibu-ibu yang langsung galau kalau melihat George Clooney main film. Persis, itu yang saya rasakan melihat Ben memerankan Sherlock.

Not so many muscles exposed (only once in 4 episodes, dan super sedikit), no sweet words (kecuali kalimat ini dikatakan sexy “stop boring me and think! It’s a new sexy”, saat dia menyuruh Irine Adler berpikir untuk memecahkan kasus instead of telanjang bulat). Ga ada berantem – berantem jagoan karena hampir semua diselesaikan dengan logika. The sexiest thing adalah saat dia tahu Irine Adler mencintainya hanya dengan menyentuh nadi The Woman untuk tau detak jantungnya dan mengobserve pupil mata sang wanita. And dia bilang bahwa cinta bisa dijelaskan dengan science! Gosh! Don’t you think that was the sexiest thing ever? (Ok mulai lebay sih ini)

Kenapa saya sangat sangat suka pada Sherlock versi Ben ini? Yap karena dia cerdas, super cerdas, rapih dan dia orang inggris! (ya emang Sherlock cerdas dan inggris sih) Seberapa banyak sih pria cerdas dan benar-benar cerdas di dunia ini?

Tokoh lain yang juga sangat saya sukai karena kecerdasannya: Spock, the guy from Vulcan. Kalau anda nonton startrek pasti anda tau. Bahkan salah satu tokoh kartun kesukaan saya adalah Jimmy Neutron. Pria seksi lainnya tentu Einstein, Hawking dan Dje.

Buat saya, pria sexy itu syarat utamanya harus cerdas. Tak perlu badan six-packs, modis, gadget keren kalau pas di ajak ngobrol cuman bisa bilang “iyaaa.. o gitu..” bodo banget donk ya. Apalagi kalau ceweknya model – modelan saya yang suka kasi pertanyaan-pertanyaan aneh semacam “Yang, sebenarnya kenapa sih kok bisa ada perang dunia kedua” atau “Yang, film super hero yang nilainya paling bagus apa ya?” atau malah “kenapa Pele terkenal banget Yang?” lalu pertanyaan tentang pekerjaan “yang, gimana donk cara ngitung nilai persennya kalau kita Cuma tau angka awal dan kenaikannya aja” dan salah satu yang mungkin paling absurd adalah “Yang, menurut kamu tuhan itu ada gak?”.

Dje bisa menjawab hampir semua pertanyaan saya. Bahkan seringnya dia akan menceritakan banyak cerita luar biasa tentang mafia di Italia, peredaran narkoba, kenapa jumlah uang di suatu Negara harus di kontrol, kenapa Gandhi dan Mandela itu luar biasa, kenapa benua afrika miskin terus, kenapa Amerika jadi polisi dunia,  kenapa angka UMR Jakarta harus naik tinggi, dan banyak lagi! Buat saya itu seksi, sangat seksi! Apa serunya kalau pacaran 7 taun hanya ngobrol “kamu cantik, aku cinta” atau sekelas "jaga diri baik-baik ya, jangan nakal" (emangnya kalau situ ga ada saya bakal salto di tengah jalan raya) bosaaannn!

Cerdas itu seksi, Dje selalu membuat saya dan wika (editor saya) mau berdiskusi dengannya berjam-jam karena dia tau dan paham setiap topik yang kami debatkan. Sampai saat ini Dje menjadi semacam konsultan untuk segala keputusan-keputusan yang akan kami ambil. Seringnya saya akan bilang “Ntar, tak tanya Dje dulu”, malah pernah seorang teman “Ndows, pinjem kak boje bantuin bikin abstract skripsiku ya…” hahaha… bangga!

Dje itu cerdas, itu alasan utama kenapa saya mau pacaran 7 taun lalu dengan dia. Padahal dia masih mahasiswa yang kurus cungkring. Hahaha….

Oke, kembali ke Ben, I must say I’m in love with him dan sekali lagi Dje yang mengenalkan saya pada Ben.

Beberapa hal yang harus saya punya untuk menyempurnakan kesimpulan saya tentang being smart is sexy adalah The Great Design-nya Hawking dan film documenternya Hawking yang diperankan oleh Ben! Double attack!

 
Anyway, tulisan ini super absurd juga sebenarnya
Selamat berakhir pekan… J


the sexiest actor 2013

Thursday, October 24, 2013

Apa yang Bisa Terjadi dalam 7 Tahun?

Banyak hal bisa berubah dalam kurun waktu 7 tahun, cukup lama memang. Seorang anak manusia yang sudah berusia 7 tahun saat ini umumnya sudah kelas 2-3 SD, sudah bisa membaca dan mengoperasikan perkalian, beberapa juga sudah punya Samsung galaxy phone sendiri.

Mahasiswa S1 sudah ada di batas akhir penyelesaian skripsinya sebelum surat putusan DO keluar dari rektor. Kalau mahasiswa kedokteran 7 tahun masa kuliah berarti mereka sudah lulus dan beberapa sudah bekerja di rumah sakit sambil menunggu sekolah spesialisnya
Dalam politik, masa 7 tahun berarti masa rawan bagi pemimpin incumbent karena sebentar lagi sudah tak boleh nyalon baik jadi Kades, Bupati, Gubernur, bahkan Presiden. Masa inilah mereka harus memutuskan menjadi negarawan sejati berhubung sudah akan pensiun dan nothing to lose atau malah menyegerakan suksesi  program Dinasti kepemimpinan keluarganya sendiri atau segera menghubungi para kontraktor, investor dan semua pebisnis untuk mengeluarkan uang karena segala proyek akan disetujui menjelang akhir masa jabatan.
Ah kenapa pembahasannya menjadi begini berat ya…
Buat saya dan Dje, 7 tahun adalah hari ini. 7 tahun lalu ketika dengan segala imajinasipun bisa dikatakan bahwa proses jadian kami tidak romantis samasekali (padahal Dje orang yang sangat romantis). Ketika itu proses kami menjadi pacar benar-benar semacam gentlemen agreement. Lu jual gua beli. Hahahaha…..
Sangat sederhana, dari awal kami sudah berjauhan, begitupun memulai ini. Semua tersampaikan lewat SMS. Sampai akhirnya pada satu kesepakatan, ya gentlemen agreement itu
Dje (lewat SMS tentu saja): Nda, kalau kamu takut gitu gimana kalau kita pacaran aja? Tapi aku kan kuliahnya jauh, jadi susah tu buat orang yang baru pacaran (kurang lebih begitu kata-katanya)
Saya (balas SMS): iya, kenapa ga kita coba.
Tadaaaaa… dan kita sudah pacaran. So semacam "Deal??" "Deaaaallll…!!" hahahaha… bahkan dia sempat bertanya “ga apa tanggal jadian kita 25 Oktober? Atau kamu mau ganti tanggal lain?” mancabsssss…. Hahahaha….
Banyaaaaaakkkk sekali yang terjadi dalam 7 tahun. Sangat banyak malah. Hal-hal yang mengubah kami, menyesuaikan diri masing-masing, membiarkan cinta kami bertumbuh. Kadang tumbuh liar dan harus dipangkas, kadang ga tumbuh-tumbuh dan disegerakan ditambahkan pupuk subsidi KUD.
Tapi ternyata waktu 7 tahun tak mampu mengubah beberapa hal diantara kami. Banyak hal yang dia sangat suka tapi sangat saya tidak suka.
·       Kucing: Dje sangat suka kucing (pernah pelihara 9 ekor kucing dong!) sedangkan saya benci setengah mati sama kucing, lha saya kecelakaan naik motor terakhir nabrak kucing dimana saya babak belur dan kucingnya segar bugar!
·       Jus tomat: salah satu minuman kesukaan dia selain jus papaya. Iyuuuuuhhh baunya itu lhoooo, beberapa kali saya dipaksa minum (sama seperti beberapa kali saya paksa dia minum kiranti. Kapoookkk!)
·       Komik: kami sama-sama suka membaca, tapi khusus komik Dje sangat suka. Banyak cerita komiknya dia. Kalau saya, ogah! Soalnya komik udah tipis, banyakan gambar pula, rugilah kita belinya.
·       Mandi: nah kalau yang ini adalah sumber keributan utama kami. Buat saya mandi itu adalah kegiatan yang sakral dan tidak boleh dilakukan sering-sering, sedangkan buat Dje, mandi itu wajib hukumnya 2x sehari. Kalau sudah pada pertanyaan “sudah mandi belum” ini bisa jadi sumber uring-uringan sepanjang masa. (Tapi belakangan kalau libur saya sering mempengaruhi Dje jangan mandi dan berhasil!!)
Masih banyak hal lain yang dia senang tapi saya benci amit-amit. Tapi lebih jarang sih kalau yang saya suka tapi dia tidak. Soalnya Dje kan nrimo (males rebut aja kali ya…)
Tapi banyak hal yang akhirnya kami sukai bersama, meski sebelum bersama kami tidak sadar tentang hal itu:
·       Film: dari kecil Dje itu sudah TV junkies sekaligus movie freak (kalau ga percaya, coba suruh dia liat potongan film di sekitar semenit aja, langsung deh dia tau judulnnya), nah saya dari kecil tdk suka nonton TV. Tapi dalam waktu 7 tahun bahkan kurang Dje sudah mampu menjadikan saya penyuka film. Dia tidak akan pernah mengijinkan saya nonton film dengan review jelek di Rotten, biarpun kadang-kadang saya ga peduli sih.
·       Babi Guling: kecintaan saya pada babi guling mungkin selevel dengan cinta saya buat Dje. Sudah kebayang kan? Nah kecintaan ini yang saya tularkan pada dia hingga akhirnya Dje jadi brand ambassador gratisannya babi guling Dobiel (liat aja tulisannya dia di blog sebelah).
·       Foto: sebelum saya sama Dje saya tidak memandang berfoto adalah kegiatan yang menarik. Sampai saat ini juga sebenarnya masih seperti itu. Tapai kalau sudah dia ada, jadilah segala macam foto kami hasilkan. Oh iya, sahabat baik kami Joby yang membantu kami menghasilakn foto-foto keren akhirnya mengajukan surat pensiunnya setelah salah satu kakinya patah saat bertugas L
·       Leyeh-leyeh or the art of doing nothing: nah kalau yang ini sudah di anugerahkan oleh semesta alam jauuuhhh sebelum kami bersama. Jadi, saat sama-sama urusan leyeh-leyeh ini adalah satu hal yang semakin mengikat cinta kami. Apa yang kami lakukan saat leyeh-leyeh? Biasanya: saya baca novel sambil tidur-tidur ayam, dje main game psp sambil ngabisin makanan di kulkas yang saya telantarkan selama berbulan-bulan. Hahaha…
7 tahun, masih banyak hal yang belum kami lakukan. Terlalu banyak hal yang belum kami capai, banyak mimpi yang harus kami tabung.
Tidak selalu bahagia daketawa ketiwi cekikikan, banyak bertengkar dan marah-marahan (tadi malam saja sy masih marah gara-gara dia ketiduran abis nonton game of thrones).
Tidak selalu konyol dan unyu. Sangat sering kami kembali seperti masa “penembakan” dimana banyak keputusan kami ambil dengan jalan gentlemen agreement. Saat banyak pertimbangan kami kalkulasikan untung ruginya bagi kami berdua.

7 tahun, dan kami berencana ke Belitong tahun depan!!

Dear Dje,
Thank you for this fabulous 7 years
SHMILY

Monday, October 21, 2013

Memutuskan Menjadi Dewasa

Kita semua berharap menjadi manusia dewasa. Tidak hanya sekedar pintar, mapan dan tua tapi juga dewasa. Sangat banyak kriteria dewasa yang ideal, tapi bagi saya menjadi dewasa cukup sederhana. Dewasa adalah saat saya mampu menentukan pilihan saya dan bertanggung jawab dengan semua resiko atas pilihan yang sudah saya putuskan.

Dari sinilah muncul pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa menjadi dewasa itu sulit. Kenapa sulit, ya karena proses pengambilan keputusan dalam memilih itu. Banyak orang takut memutuskan. Mulai dari hal kecil, mau makan malam dimana? Sampai hal besar, mau tetap pacaran lalu menikah atau putus?

Kalau dipikir kembali, jawabannya sangat sederhana. Logika dan hati kita sebenarnya sudah tau pilihan yang kita inginkan. Hanya saja banyak pertimbangan-pertimbangan “manusiawi” yang memperlambat proses pengambilan keputusannya.

Mengenai makan dimana misalnya, kita sudah tau bahwa sebenarnya kita sangat ingin makan suki, tapi kita berpikir sepertinya teman kita tidak suka. Sehingga muncul pernyataan “terserah kalian saja”. Hal yang paling sering terjadi semua orang dari kelompok itu mengatakan “terserah kalian” lha trus gimana? Kenapa tidak bilang saja “saya mau makan suki” kalaupun ternyata teman-teman tidak setuju ya sudah, kita sudah menyampaikan apa yang kita inginkan. Ingat, menjadi dewasa adalah keberanian mengambil keputusan sekaligus menanggung resiko atas keputusan yang diambil. Kalau ujung-ujungnya makan bakso, sekali lagi keputusan kita, mau ikut makan bakso dan bersama teman-teman atau makan suki tetapi sendiri. Sebenarnya logika dan hati kita sudah menyiapkan jawaban.

Sama saja dengan hal-hal yang lebih besar. Kita sudah tau keputusan apa yang akan kita ambil, tetapi sekali lagi kita takut untuk menanggung resikonya atau malah kita takut menjadi berbeda dengan orang-orang disekitar kita. Contoh mengenai keputusan melanjutkan pacaran kemudian menikah atau putus, sering terjadi kita memutuskan untuk melanjutkan hubungan bukan karena masih cinta dan sayang (udah jelas-jelas sering bertengkar sampai lempar-lemparan piring sama pacarnya) tapi karena: udah pacaran lama, keluarga sudah saling kenal, belum tentu dapat yang lebih baik, apa kata orang-orang nanti kalau putus. Nah, sekali lagi kalau memang sudah memutuskan lanjut dan menikah, ya jangan ngeluh kalau besok-besok suaminya tetap kasar, jangan ngeluh kalau istrinya tetap suka dugem. Pilihan sudah diambil, jalani dan tanggung resikonya.

Kenapa kesannya jadi kejam begitu? Sebenarnya tidak samaskali, secara logika dan hati kita sudah tau apa pilihan yang harus kita ambil, tetapi karena kedewasaan kita hanya pada batas pemahaman “membuat semua orang menjadi nyaman” kita lupa bahwa diri sendirilah yang seharusnya dibuat nyaman terlebih dahulu.

Kok kesannya egois? Hanya kesan bukan? Kenyataanya? Bukankah kalau kita mengambil keputusan yang salah dan kemudian tidak bertanggung jawab atas resikonya semakin banyak orang yang menderita? Memutuskan menikah hanya karena “sudah umur” dan ga enak sama tetangga padahal dalam hati masih ingin melajang karena banyak hal yang harus dibatasi saat menikah (maen game misalnya), lalu setelah menikah menelantarkan istri dan anak biar bisa maen game seharian. Hayo, sekarang mana yang egois?

Buat saya, hal yang tersulit menjadi dewasa adalah mengambil keputusan. Terutama mengambil keputusan tanpa mengkaji resiko-resikonya dan tanggung jawab yang akan muncul akan keputusan yang kita buat.

Sama seperti keputusan saat 7 tahun lalu saya menyatakan kalau saya mencintai Dje, kalau dulu saya terlalu bimbang karena “kodrat” wanita harusnya ditembak bukan menembak, mungkin saya tidak akan sebahagia ini sekarang. Saat itu saya sudah memikirkan resiko terburuk, dia tidak cinta saya, ya sudah cari yang lain. Daripada saya galau berkepanjangan – toh akhirnya kami 7 tahun bersama J

Keputusan untuk mencintai dia dan untuk selalu bersama adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya ambil. Apapun nanti akhirnya, saya tetap tau ini keputusan terbaik. Karena saya sudah tau seperti apa nanti kami berakhir J
Selamat menjadi dewasa, selamat mengambil keputusan.



Sanur, 21/10/13
8.54pm

Friday, October 18, 2013

Bunga-Bunga Cinta (Semacam Lirik Lagu Dangdut)

Tujuh tahun pacaran, tujuh tahun segala keromantisan dan cinta yang tak pernah habis. Ya, pacar saya yang namanya Bayu Suteja (Dje) memang orang yang romantis. Haruslah saya berbangga saat gadis-gadis lain mengeluhkan pacarnya yang tidak bisa romantis, terlalu cuek, bla bla bla saya bisa dapat pacar romantis.

Kata-kata cinta, dinner di bawah bulan, pesan rahasia di TV, pelukan di segala cuaca, dsb dsb. Eh, ada yang ketinggalan ya? Urusan bunga bagaimana? Bukannya bunga adalah salah satu indikasi utama keromantisan seseorang? Nah ini dia yang harus saya kisahkan. Tentang BUNGA. Dalam arti sebenarnya, bukan korban pelecahan yang disamarkan namanya.

Entah kenapa jika kami berurusan dengan bunga pasti ujung-ujungnya jadi aneh dan kalau diingat bikin geleng – geleng kepala. Maaf kalau saya lupa tanggal dan waktu kejadiannya. Karena sekali lagi, tiada manusia yang sempurna, begitu juga keromantisan kami ;)

1.     Bunga Mawar Penyet: sepertinya ini adalah bunga pertama yang Dje berikan ke saya. Saat itu baru tahun pertama kami pacaran. Dje masih di Jakarta, entah angin apa yang membuatnya membawakan saya bunga. Hari itu saya menjemput dia di bandara (dia pulang dalam rangka libur kuliah sepertinya) dengan penuh suka cita dia mengeluarkan hand buket bunga mawar pink dari ranselnya. WOW! Bunga pertama dari cowok dalam hidup saya. Tapi sayang, bunganya penyet! Karena ransel itu diletakkan di kabin pesawat harus berdesak-desakan dengan tas lain. Maka jadilah bunga mawar pink yang cantik itu penyet. Cukup penyet, tidak sampai ringsek kok. Tapi tetap saja saya senaaaaang!!

2.     Bunga Mawar dalam Polybag: yang ini lebih absurd lagi. Setelah hampir 2 atau 3 tahun pacaran saya belum pernah mendapat bunga lagi (mungkin Dje masih trauma dengan tragedy mawar penyet). Sampai akhirnya saya minta dikasi bunga. Saat itu kami dari Singaraja ke Denpasar, di pasar bedugul yang duingin Dje berhenti di depan tukang jualan tanaman, dan ENG ING ENG…. Terbelilah satu pohon mawar merah dalam polybag hitam! Yap, sekalian dengan pohon – pohonnya, polybag hitam dekil, dan tanah yang bercampur kotoran ayam! Tapi tenang, pohonnya berbunga setangkai mawar. Pohon mawar ini akhirnya hanya bertahan 2 minggu di kos saya yang panah di Nusa Dua (mengingat nusa dua panas amit-amit dan saat itu saya masih ngekos di sebuah kamar di lantai 3). Sampai sekarangpun kalau diingatkan tentang kejadian ini Dje akan dengan enteng menjawab “Kan niatnya biar bisa dipelihara yang, jadinya bisa berbunga setiap saat dan aku ga usah beliin kamu bunga lagi.” -_-‘ mulia memang niatnya……

3.     4 tangkai mawar letoy: Kesalahan bukan pada pemberi tapi pada kurirnya yang super amatir! Jadi si bunga ini diberikan dalam rangka 4 tahun kami resmi pacaran. Berhubung dia jauh di seberang pulau, jadinya dia memanfaat 2 orang sahabat saya untuk memberikan surprise ini. Intinya, hari itu di kantor dari mulai gate depan semua orang sudah senyum-senyum melihat saya bahkan memberikan selamat, heran juga sih saya. Ternyata ini dikarenakan oleh 4 tangkai bunga mawar di atas meja kerja saya dengan ucapan “Happy 4th Anniversary”. Romantis bukan, pagi-pagi di atas meja sudah ada bunga mawar. Tapiiiiii bunganya itu adalah 4 tangkai bunga mawar letoy yang sudah layu dan nyaris tak bernyawa, diikat dengan pita merah seadanya dan yang paling mengenaskankartu ucapannya itu lho! Ditulis di kertas tempel (post it) warna kuning yang ada di meja saya sendiri dengan tulisan super cakar ayam dan langsung saya kenali itu tulisan sahabat saya. Jadilah saya ngomel – ngomelnya pada 2 sahabat ini. Alasan mereka “udah sukur ya itu kita beliin. Kita nyarinya udah jam 10 malem, dagang bunga udah tutup semua! Itu cuman 1 aja yang buka.” Ternyata kali ini Dje meminta bantuan pada pria-pria yang tepat dan sekaligus sangat tidak tepat.

4.     Sekantong Koran Bunga Krisan yang belum dipotong: karena kalau dibiarkan bernisiatif sendiri kisah perbungaan saya dan Dje selalu kacau, akhirnya sekali lagi saya minta dibelikan bunga. Saat itu kami diantar luna, saya langsung minta berhenti di depan sebuah toko bunga dan saya minta dia membeli bunga untuk saya. Karena ingin tetap menjaga efek surprise untuk keromantisannya, saya tidak ikut turun. Beberapa menit kemudian dia kembali ke mobil dan memberikan saya 1 kantong bunga krisan putih kecil - kecil dengan tangkai super panjang karena belum di potong samasekali. Jadi intinya itu bunga adalah bunga yang siap di kirim ke florist – florist untuk dirangkai lebih lanjut! Alamaaaaakkkkk…… lagi – lagi dengan kalem Dje bilang “aku tanya penjualnya, mas bunga mana yang bagus, dia rekomen bunga ini. Ya sudah aku beli.” Baiklah!

Aneh ya… orang seromantis Dje tapi saat berurusan dengan bunga nyaris selalu gagal. Kenapa nyaris, karena akhirnya setelah sekian pengalaman dan sekian tahun pacaran akhirnya di hari ulang tahun saya yang ke 23 Dje berhasil memberikan bunga tanpa tragedy. Sebuah buket mawar merah dikirm ke kantor saya oleh kurir. 5 tangkai mawar merah berpita yang sangat cantik. Akhirnyaaaaaa…. J

Kemudian sukses besarnya dilanjutkan dengan 1 buket besar mawar merah kembali dikirim ke kantor saya di hari jadi kami yang ke 25. Kata teman-teman pasti jumlahnya 99 tangkai karena itu artinya cinta abadi (entah dari mana datangnya cerita ini, tapi pokonya setelah saya googling juga artinya begitu). Sampai di rumah saya langsung hitung dan jumlahnya memang benar 99! Semakin berbungalah hati saya.

Sampai suatu ketika saya bertanya pada Mbak Yani, teman sekantor yang sering dikirimi bunga-bunga cantik oleh pacarnya, berapaan sih kisaran harga mawar? Jawabannya sangat mengejutkan saya “bisa sampai 9000an setangkai win, tapi kalau banyak mungkit dapat 5000 setangkai” Apa?! 5000 setangkai? 99 tangkai x 5000 = 495.000?? mahaaaallll!!! Mending saya beli novel, bisa dapat 3 novel bagus dan tebal yang bisa disimpan seumur hidup dan dibaca oleh anak cucu cicit suatu hari nanti.

Sejak saat itu saya tidak mau diberi bunga lagi! No, biarlah romantisnya Dje tanpa bunga. Seperti dia yang sebenarnya. Biarlah romantisnya Dje adalah membelikan saya novel-novel bagus dan dikirim langsung ke kantor atau membuatkan saya DVD video clip lagu-lagu favorit saya yang dia download dari youtube dan langsung dikirim ke kantor saya dengan amplop kantornya. Dan biarlah romantisnya Dje adalah menceritakan sejarah perang dunia ke-II beserta kisah heroik Mahatma Gandhi atau menemani saya saat perjalanan 3 jam nyetir sendiri pulang ke Singaraja meski lewat telepon.



7 years gone so fast J
Sanur, 18/10/13 6.48pm

Friday, October 11, 2013

Tidak Apa Kalau Tak Jadi Bernama RATU


Belakangan entah kenapa saya sering memikirkan pilihan-pilihan nama jika saya punya anak suatu hari nanti. Untuk anak perempuan rasanya ingin sekali menamai anak saya RATU. Ya RATU… konon katanya dalam cerita raja-raja, sang RATU bahkan lebih berkuasa daripada sang raja. Dan bukan rahasia lagi jika sang raja takut pada sang RATU. Yah semacam suami-suami takut istri saat ini. Nah itulah yang saya ingin dari anak saya kelak. Menjadi wanita yang kuat wanita yang berkuasa. Haha…

Tapi seperti biasa, Ibu pasti berkomentar. Dibalik segala kekonyolannya dan kekacauan yang kadang dia ciptakan, dia memberi nasehat urusan si RATU. Katanya dengan penuh keyakinan “Jangan namai anakmu RATU, nanti bisa-bisa dia jadi tidak bisa diatur dan keras kepala” tapi ya bodo amat, saya masih kekeuh menamai anak saya RATU. Tambahan kemudian ibu saya berkata “Mau ntar nasibnya anakmu macam grup band RATU, saling menghianati antar teman nanti dia itu” Waduh, makin tak percayalah saya karena nasehat ibu juga semakin kacau.

Nah, tiba-tiba ada lagi kasus RATU yang jauuuuhhh lebih heboh dari sekedar grup band RATU yang bubar jalan dan mempraharai rumah tangga masing-masing. Ini kasus datang dari kampung para jawara! Sang RATU dari negeri debus! Siapa berani, monggo adu makan api sama para jawara dari Banten. Kasusnya bukan kasus ecek-ecek, urusan korupsi, usuran Negara. Ngeri pokoknya.

Sebenarnya sih saya tidak terlalu mengikuti kasusnya apalagi turut menyumpahi sang RATU, saya tak tahu benar apa duduk perkaranya. Hanya saja saat wajah RATU muncul di TV saya langsung menarik kesimpulan “Waooooo, obat pemutin bu RATU mesti jagoan! Itu muka udah macam tembok!” dan sayapun setuju kalau dia namanya RATU, lha wong dia pemimpin para jawaran makan beling! Kurang sakti apa coba?! Mungkin hanya RATU Laut Selatan yang bisa menandinginya.

RATU ini juga nampaknya sangat soleha, beliau berjilbab! Seorang pemimpin yang menutupi auratnya. Bukankah dalam novel Laskar Pelangi Bu Mus pernah berkata bahwa menjadi pemimpin itu adalah tugas yang mulia, pasti didoakan oleh rakyatnya. Coba cek dalam upacara bendera pasti dalam doanya “berkatilah para pemimpin kami”. Bu Mus memang benar, RATU memang jagoan, sudah soleha plus didoakan oleh rakyatnya.

Tapi sayangnya bu RATU yang cantik ini tak patut ditiru. Karena kasus-kasunya yang semakin membuat para jawara geleng geleng kepala. Ah sudahlah biarlah bu RATU diadili oleh para punggawa KPK, mereka akan lebih paham apa yang selayaknya diterima bu RATU.

Hanya saja sekarang rasanya tak lagi menggebu untuk menamai anak saya RATU. Kurang greget saja rasanya. RATU sudah tercemar urusan – urusan kotor, entah apakah tangan sang RATU ikut kotor atau tidak. RATU terkontaminasi urusan – urusan kosmetik dan lupa nasib para jawaranya yang tidak diberi akses jalan dan listrik.

Tidak apalah namanya bukan RATU atau bolehlah namanya RATU asalkan kasus RATU yang satu ini sudah mulai terlupa.
Ibu RATU tenang saja, saya tak akan menamai anak saya RATU. Agar tak meniru-niru kamu.

A Piece of Mind . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates